Sabtu, 28 Februari 2009

LAPORAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu usaha yang sudah berkembang secara pesat dan telah menyebar di wilayah Indonesia. Dalam setiap usaha peternakan harus memperhatikan 3 hal yang sangat penting untuk keberhasilan usaha penggemukan ternak sapi yaitu 1) breed, 2) feed, dan 3) manajemen, ketiga hal tersebut harus berkaitan dan berhubungan satu sama lain.
Untuk keberhasilan usaha penggemukan sapi potong, maka yang harus diperhatikan adalah manajemen pemeliharaan yang terarah dan pengelolah yang professional. Usaha penggemukan sapi potong sangat berkembang pesat karena masyarakat sadar akan kebutuhan hewani, sehingga permintaan akan daging terus meningkat.
Usaha penggemukan sapi potong tidak hanya diusahakan oleh industri-industri besar tetapi juga diusahakan oleh petani peternak meskipun dalam hal manajemen pemeliharannya petani peternak masih relative sederhana. Usaha penggemukan sapi potong berkembang sangat pesat karena sapi potong sebagai ternak yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi.
Tingginya nilai ekonomis ini ditentukan oleh berat karkas dan kualitas daging. Usaha penggemukan sapi potong memiliki keuntungan ganda, selain pertambahan bobot badan ternak sapi, limbah kotoran sapi dapat diproses untuk dijadikan pupuk.
Manajemen pemeliharaan usaha penggemukan sapi potong harus diperhatikan yang meliputi: 1) perkandangan, 2) pembibitan, 3) pakan dan pemberiannya, 4) pengendalian penyakit, 5) recording, 6) pemanenan hasil/pemasaran, 7) penaganan limbah dan 8) manajerial. PKL (Praktik Kerja Lapang) diprogramkan agar mahasiswa dapat secara langsung turun dilapangan untuk membandingkan teori dan keadaan sebenarnya.


B. Tujuan
• Untuk mengetahui manajemen pemeliharaan sapi potong
• Untuk mengetahui permasalahan yagn dihadapi dalam usaha penggemukan sapi potong
• Untuk membandingkan teori dan kondisi nyata dilapangan
• Sebagai salah satu persyaratan dalam kegiatan pembelajaran program D4 VEDCA.

C. Sasaran
• Manajemen pemeliharaan sapi meliputi perkandangan, pembibitan, kesehatan, recording, pakan dan pemberiannya, penaganan limbah dan pemasaran
• Mendapat pengalaman yang riil di lapangan
• Untuk diterapkan didalam dunia kerja.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Kebutuhan Daging Sapi di Indonesia
Usaha penggemukan sapi akhir-akhir ini semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat diberbagai daerah yang mengusahakan penggemukan sapi potong. Perkembangan usaha penggemukan sapi ini di dorong oleh permintaan daging yang terus meningkat dari tahun ketahun.
Menurut Anonimus (2004) kebutuhan daging sapi dalam negri pada tahun 1998-2003 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan data kebutuhan daging pada tahun 1998 sebesar 405.000kg sedangkan pada tahun 2003 kebutuhan daging meningkat menjadi 441.000kg.

B. Metode Penggemukan Sapi Potong
Di Indonesia sistem penggemukan sapi dikenal dengan sistem kereman. Dalam penggemukan sapi sistem kereman ini sapi yang dipelihara didalam kandang terus menerus dalam periode tertentu. Sapi tersebut diberi makan dan minum di dalam kandang, tidak digembalakan ataupun dipekerjakan (Sugeng, 2002).
Menurut Siregar (2003), sistem penggemukan terdiri dari tiga macam penggemukan 1)Dry Lot Fattening yaitu pemberian ransum dengan pemberian biji-bijian atau kacang-kacangan, 2) Pasture Fattening yaitu sapi yang diternakan digembalakan dipadang pengembalaan, 3)Kombinasi anatara Dry Lot Fattening dan Pasture Fattening yaitu system ini dilakuakn dengan pertimbangan musim dan ketersedian pakan. Di daerah tropis pada saat musim produksi hijauan tinggi penggemukan dilakukan dengan Pasture Fattening sedangkan pada saat hijauan berkurang penggemukan dilakukan dengan cara Dry Lot Fattening.


1. Perkandangan
Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga. Menurut Siregar (2006) pembuatan kandang untuk penggemukan memerlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :
a. Memberi kenyamanan bagi sapi-sapi yang digemukkan dan bagi si pemelihara ataupun pekerja kandang.
b. Memenuhi persayaratan bagi kesehatan sapi
c. Mempunyai ventilasiatau pertukaran udara yang sempurna
d. mudah dibersihkan dan terjaga kebersihannya
e. memberi kemudahan bagi peternak ataupun pekerja kandang pada saat bekerja sehingga efisiensi kerja dapat tercapai
f. bahan-bahan kandang yang digunakan bertahan lama, tidak mudah lapuk, harganya relative murah dan mudah didapat didaerah sekitar
g. tidak ada genangan ait didalam ataupun diluar kandang.

2. Pemilihan Bibit Sapi Potong
Pemilihan bibit akan menentukan majunya peternakan yang akan dikembangkan. Bangsa-bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan pakan sesuai sehingga mampu memberikan keuntungan tertentu dibandingakan bangsa lainnya. Bangsa-bangsa sapi dapat dibagi menjadi 4 yaitu bangsa Eropa, bangsa India, bangsa yang dikembangkan di Amerika Serikat dan yang terakhir disebut bangsa eksotik. Sebenarnya tidak ada bangsa yagn sempurna sebab setiap ternak memeliki sifat-sifat yang cocok untuk keadaan tertentu ataupun tidak cocok untuk keadaan tertentu pula. Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan peternak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi reproduksi, kemauan memelihara dan menyusui anak, ukuran badan dan pertambahan berat badan. (Blakely dan Blade, 1996)



3. Penyakit
Kejadian penyakit diare pada pedet sangat tinggi diare dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan protozoa. Anonimus (2006) menyatakan bahwa E. coli merupakan salah satu penyebab diare pada sapi, yang menyebabkan jaringan epitel dalam usus berubah fungsi dari metode penyerapan (nutrisi) menjadi metode pengeluaran. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengobatan penyakit diare berupa antibiotik (streptomicyn) dapat mengurangi populasi bakteri sehingga proses pencernaan dapat berjalan dengan normal kembali.
Hardjopranjoto (1995) menyatakan bahwa ukuran pedet yang terlalu besar pada waktu partus, menyebabkan kontraksi dinding perut yang kuat, mendorong dinding uterus membalik keluar, sedang serviks masih dalam keadaan terbuka lebar (kendor).
Toelihere (1985) menyatakan bahwa pada dasarnya retensio secundinae diakibatkan oleh kegagalan pelepasan kotiledon selaput dari karangkula induk. Pengobatannya adalah plasenta yang masih tertinggal dikeluarkan dengan cara enukleasi. Selain itu juga penyakit yang sering menyerang induk adalah prolapsus uteri.
Prolapsus uteri atau pembalikan uterus terjadi sesudah patrus dan jarang terjadi beberapa jam setelah itu, apabila pembalikan uterus paling tinggi hanya mencapai canalis cervicalis keadaan ini disebut inversion uteri.Inversio uteri jarang terjadi tanpa prolapsus uteri oleh karena itu disebut prolapsus uteri, dimana seluruh uterus membalik dan menggantung keluar dari vulva (Toelihere, 1985).

4. Pakan
Menurut Hartadi (1986) konsentrat adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keseimbangan nutrisi dari keseluruhan bahan pakan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau pakan pelengkap.
Menurut Murtidjo (1990) bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. 1)Pakan hijauan yaitu semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan. Yang termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan lain. Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu berupa hijauan segar dan kering. 2) pakan penguat yaitu pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar relative rendah dan mudah dicerna.
Bahan pakan penguat meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil kelapa, tetes.. yang berfungsi untuk meningkatkan dan memperkaya nilai nutrient pada bahan pakan lain yang nilai nutriennya rendah. 3) pakan tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang hidupnya berada dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain vitamin A dan D, mineral terutama Ca dan P, urea. (Anonimus, 2001).
Dalam menyusun pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu tersedianya bahan baku pakan yang digunakan, kandungan zat-zat pakan dari bahan baku tersebut dan kebutuhan zat pakannya. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak karena kebutuhan zat pakan dan jumlah konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan pertambahan bobot badan tidak maksimal (Tillman, 1998).
Pakan adalah bahan yang dapat dikonsumsi dan dicerna oleh ternak, yang mengandung kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan ternak. Pakan menurut cullison (1982) memiliki fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama bagi ternak adalah;
• Sebagai bahan material untuk menyusun dan menjaga struktur tubuh.
• Sebagai sumber energi.
• Untuk menjaga keseimbangan metabolisme dalam tubuh.

Adapun fungsi tambahan pakan adalah sebagai sumber energi untuk proses produksi susu, daging, kulit, dan wool. Bahan pakan yang dipilih harus berkualitas dan memenuhi syarat yaitu tidak berjamur dan tidak berdebu. Konsentrat adalah pakan ternak yang berasal dari biji – bijian atau hasil samping dari pengelolaan produk pertanian seperti; bungkil kacang, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, ampas tahu, tetes dan sebagainya. Biasanya pakan konsentrat mengandung protein yang tinggi (Darmono, 1992).
Dalam menyusun pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tersedianya bahan baku yang akan digunakan, kandungan zat – zat makanan dari bahan baku tersebut dan kebutuhan zat makanannya. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak karena kebutuhan zat makanan dan jumlah konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan pertambahan bobot badan tidak maksimal (Tillman, dkk; 1998).

5. Penanganan Limbah
Limbah dari ternak dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi apabila dikelola dengan baik. Kotoran cair dan padat dari etrnak pada umumnya digunakan sebagai pupuk organic bagi tanaman pertanian ataupun lahan hiajuan makanan ternak (Darmono, 1992)

6. Reproduksi
a. Program Induk dan Pedet
Jarak beranak (calving interval) adalah jarak melahirkan induk antara kelahiran yang satu dengan kelahiran berikutnya. Pramono (2003) mengatakan bahwa calving interval sapi PO adalah 14,29 bulan.
Talib dan Siregar (1998) menyatakan bahwa berat lahir sapi PO adalah sekitar 25,4 kg. Sugiharto (2003) menambahkan bahwa pertambahan bobot badan sapi 0,24 kg.

b. Pelaksanaan Perkawinan
Hafez (1993) menambahkan bahwa pejantan sapi potong mampu mengawini 30 – 60 induk dalam sistem perkawinan pasture. Berdasarkan standart Departemen Pertanian (2006), sapi pejantan yang digunakan sebagai pemacek harus memenuhi kriteria sebagai berikut: umur 3 – 4 tahun, kesehatan organ reproduksi secara umum baik, libido tinggi, tidak cacat dan bobot badan diatas 300 kg.
c. Pemeriksaan Kebuntingan
Pemeriksaan kebuntingan merupakan salah satu metode untuk mengetahui status reproduksi dan mendeteksi lebih dini kemungkinan terjadi masalah pada saluran reproduksi induk (Kroker dan Clarke, 2000).
Palpasi rectal pada sapi dilakukan dengan meraba uterus melalui rektum rectal untuk mengetahui perkembangan fetus bila terjadi kebutingan. Metode ini dilakukan pada masa awal kebuntingan hasilnya, cukup akurat dan dapat diketahui segera (Hafez, 1993).

d. Gejala-gejala Kelahiran
Harbers (1981) menyatakan bahwa pada sapi dan kerbau ligament-ligamen pelvis, terutama ligamen sacroischiadicus sangat mengendur menyebabkan penurunan ligament dan urat daging. Pada kebanyakan sapi pengenduran ligamen-ligamen menandakan bahwa partus akan terjadi dalam waktu 24-48 jam.

e. Tahap-tahap Kelahiran
Gillitte dan Holm (1963) mengatakan bahwa ada tiga tahap kelahiran yaitu 1) adanya kontraksi aktif serabut-serabut urat daging longitudinal, sirkuler pada dinding uterus dan dilatasi cervix, 2) pemasukan fetus kedalam saluran kelahiran yang berdilatasi, rupture kantung allantois, kontraksi abdominal atau perejanan dan pengeluaran fetus melalui vulva, 3) pengeluaran selaput fetus dan involusi uterus, sesudah pengeluaran fetus uterus tetap berkontraksi secara kuat selama 48 jam dan melemah.
Ritchi dan Anderson (2006), menyatakan bahwa salah satu inisiasi kelahiran adalah faktor hormonal terutama menurunnya hormone progesterone dan disekresikannya oxytocin sehingga induk terus mengejan dan terlihat gelisah.

f. Penanganan Kelahiran
Thomas (1992), menyatakan bahwa salah satu upaya untuk meminimalisasi kematian pedet yang baru lahir adalah memberikan disinfektan pada pusar berupa iodium 7% untuk mencegah infeksi.
Menurut Kirk (2006) pedet yang baru lahir tidak memiliki antibodi untuk memproteksi dirinya dari penyakit. Sesaat setelah dilahirkan induk memberikan antibodi pasif melalui pemberian kolostrum, kolostrum mengandung antibodi dalam bentuk immunoglobulin (Ig) yang dapat melindungi pedet dari serangan penyakit.

g. Pemberian Tanda/Penomoran Pada Pedet
Duren (2006) menyatakan bahwa hal-hal yang dapat dicatat pada recording pedet adalah nomor identifikasi induk, pejantan, nomor identifikasi pedet, waktu lahir, berat lahir dan jenis kelamin. Sedangkan Ebert (2006) menyatakan bahwa penandaan pada ternak, sangat penting untuk recording yang akurat untuk tiap ternak, dalam program pemuliaan ternak adanya tanda pada ternak akan mempermudah untuk mengetahui silsilah dari tiap ternak. Selain itu adanya tanda pada ternak yang didukung oleh recording yang akurat dapat memberikan gambaran produksi dari ternak tersebut.

h.Penyapihan
Perubahan kondisi tubuh induk akan mempengaruhi proses biologis. Induk yang menyusui secara fisiologis akan berusaha memenuhi kebutuhan tubuhnya dan susu pedet.












BAB III
METODE PELAKSANAAN PKL


A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL
Kegiatan PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan yang dimulai dari tanggal 12 mei 2008 sampai dengan 25 july 2008, yang dilaksanakan di Loka Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan Jawa Timur. Adapun beberapa jadwal kegiatan PKL yang dilaksanakan yaitu orientasi dilakukan hari pertama mahasiswa berada di lokasi PKL , observasi, adaptasi dilakukan setiap hari baik itu dilingkungan industri maupun dilingkungan masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan PKL di industri setiap mahasiswa PKL didampingi oleh pembimbing dari Industri. Penulisan laporan dilakukan dua minggu sebelum kegiatan PKL telah dilaksanakan di tempat industri yaitu kurang lebih tiga bulan.

B. Metode PKL
1. Orientasi
Oreintasi dilakukan setelah mahasiswa PKL telah berada di lingkungan industri untuk mendapat pengarahan dari pimpinan industri ataupun pihak yang telah menerima mahasiswa untuk kegiatan PKL. Mahasiswa dikumpulkan dalam satu ruangan untuk mendapat pengarahan dan petunjuk dari pihak industri dan pembimbing, dalam kegiatan ini mahasiswa mempelajari struktur organisasi Loka Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan, ruang lingkup kegiatan mencakup kegitan penelitian dan manajemen pemeliharaan ternak sapi potong. Loka Penelitian Sapi potong Grati Pasuruan mempunyai ruang tata usaha, gedung pertemuan, laboratorium, perumahan karyawan.

2. Observasi
Observasi dilakukan langsung oleh mahasiswa PKL untuk memperoleh data dan informasi mengenai lokasi, situasi dan kondisi lapangan yang berhubungan dengan materi PKL.

3. Adaptasi
Adaptasi sangat penting dilakukan oleh mahasiswa dengan pihak industri agar kegiatan PKL berjalan dengan baik. Adaptasi dengan pembimbing industri dengan cara bertanya seputar kegiatan selama pelaksanaan PKL, masalah-masalah yang terjadi di industri dan untuk mengumpulkan data atau bahan untuk pembuatan laporan. Adaptasi juga dilakukan dengan semua karyawan di industri yaitu dengan cara ramah terhadap setiap karyawan dan meamtuhi peraturan industri, selain itu kita juga harus beradaptasi dengan masyarakat tempat tinggal yaitu dengan cara ramah serta ikut membantu dalam kegiatan social atau kemasyarakatan.

4. Pelaksanaan PKL
Pelaksanaan PKL dilakukan pada tanggal 12 mei 2008 sampai dengan tanggal 25 july 2008. Prosedur kegitan PKL yaitu mahasiswa menyesuaikan dengan jadwal yang telah diberikan dari pihak industri dan harus dipatuhi oleh mahasiswa. Jadwal kerja yaitu hari senin sampai dengan hari sabtu..
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran umum perusahaan
Loka Penelitian Sapi Potong terletak di Desa Ranuklindungan Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan. Merupakan Unit Pelaksana Teknis Badan Litbang Pertanian yang dibentuk pada tahun 2002, berada dibawah dan bertanggung jawab angsung kepada Puslitbang Peternakan, sesuai dengan Surat Keputusan Mentri Pertanian No. 72/Kptn/OT.210/1/2002.

1.Letak Geografis
Loka Penelitian Sapi Potong terletak sekitar 16 km dari Kota Pasuruan kesebelah timur, tepatnya sekitar 1700m dari jalan raya antara Pasuruan-Probolinggo sehingga memudahkan dalam transportasi. Lolit Sapo terletak di sebelah timur Kabupaten Pasuruan berbatasan dengan Desa Alas Tlogo di sebelah utara, Desa Sumur Waru disebelah barat dan Desa Semambung disebelah selatan.
Luas Lolit Sapo kurang lebih 23 Ha dengan beberapa kandang diantaranya kandang penggemukan, kandang bunting, kandang laktasi, kandang kawin atau kandang campuran, kandang kelompok, dan kandang pemebesaran. Selain kandang terdapat pula kantor dan laboratorium, luas kantor dan laboratorium sekitar 1 Ha dan sisanya 2 Ha berupa kandang. Selain itu Lolit Sapo juga memiliki kebun hijauan seluas 20 Ha yang ditumbuhi oleh rumput dan leguminosa.
Komoditas dari Lolit Sapo adalah sapi potong diantaranya sapi PO. Sapi PO memiliki keunggulan tropis yaitu daya adaptasi iklim tropis yang tinggi, tahan terhadap panas, tahan terhadap gangguan parasit, disamping itu juga menunjukkan toleransi yang baik terhadap pakan.



2.Struktur organisasi



Gambar. 1 Struktur Organisasi Loka Penelitian Sapi Potong
3. Tugas dan fungsi Loka Penelitian Sapi Potong, yaitu:
1. pelaksanaan eksploirasi, evaluasi, pelestarian dan pemanfaatan plasmanutfah sapi potong
2. pelaksanaan penelitian pemuliaan, reproduksi dan nutrisi sapi potong
3. pelaksanaan penelitian komponen teknologi system dan usaha agribisnis sapi potong
4. memberikan pelayanan teknik budaya sapi potong
5. penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian sapi potong


4.Visi dan Misi
a. Visi
Lembaga penelitian sapi potong skop nasional bertaraf internasional yang berperan aktif dalam mengembangkan dan merekayasa teknologi peternakan melalui pelestarian dan pemanfaatan sumber daya plasma nutfah sapi potong dengan penelitian teknologi pemuliaan, reproduksi, pakan dan manajemen pemeliharaan untuk mendapatkan bibit sapi potong local yang unggul.
b. Misi
1. produk biologi berupa sapi potong
2. rekomendasi model, metode dan formulasi pakan
3. informasi peternakan sapi potong
4. mengembangkan kerjasama penelitian sapi potong.

5. Ruang Lingkup Pekerjaan
1. penelitian sapi potong
2. produk kompos
3. pelatihan
4. manajemen pemeliharaan sapi potong
5. semen cair













B. Hasil dan Pembahasan Kegiatan PKL
1. Perkandangan
Tata laksana perkandangan merupakan salah satu factor yang menunjang dalam setiap usaha peternakan. Dalam setiap pembuatan kandang yang harus diperhatikan adalah kontruksi kandang yang meliputi lantai kandang dinding kandang, atap kandang, tempat pakan dan minum serta ukuran kandang. Adapun beberapa persyaratan dalam mendirikan kandang yaitu:
1. memenuhi persyaratan kesehatan ternak
2. memiliki ventilasi yang cukup
3. efisiensi dalam pengelolaan
4. melindungi etrnak dari pengaruh iklim dan pencurian
5. tidak berdampak pada lingkungan sekitar.
Fungsi kandang meliputi:
1. melindungi ternak dari perubahan cuaca atau iklim
2. mencegah dan melindungi etrnak dari penyakit
3. menjaga keamanan ternak
4. memudahkan dalam pemeliharaan seperti pemberian pakan dan minum, pengelolaan kompos dan perkawinan.
Tipe kandang meliputi:
1. kandang individu
Kelebihan :
• sapi lebih tenang dan tidak mudah stress
• pemberian pakan dapat terkontrol dan sesuai dengan kebutuhan ternak
• menghindari persaingan pakan dan perkelahian dalam kandang
Kekurangan:
• memerlukan biaya yang relative mahal
• memerlukan tenaga kerja yang lebih didandingkan dengan kandang kelompok


2. kandang kelompok (koloni)
Kelebihan:
• biaya relative murah
• memerlukan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan kandang individu
Kekurangan:
• mudah terjadi penularan penyakit
• terjadi persaingan pakan dan perkelahian
• pemebrian pakan tidak terkontrol

Tipe kandang yang digunakan di Loka Penelitian Sapi Potong adalah model kandang individu dan kelompok. Model kandang individu untuk ternak pejantan, ternak untuk kegiatan penelitian dan untuk induk dan pedet yang baru lahir. Kandang individu untuk ternak pejantan bertujuan agar dalam perawatan dan pengontrolan lebih efektif karena ternak pejantan yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong digunakan sebagai pejantan pemacek karena system perkawinan yang digunakan adalag system perkawinan alami, selain itu ternak pejantan yang ada bertujuan dalam pengambilan atau penampungan sperma untuk pembuatan semen cair.
Kandang individu untuk kegiatan penelitian bertujuan agar pengontrolan ternak dalam kegiatan penelitian lebih efektif dan mudah dalam pengumpulan data. Kandang individu untuk induk yang baru melahirkan bersama pedetnya bertujuan agar pedet mudah dalam menyusui induknya sehingga pertumbuhan pedet lebih optimal sampai pedet lepas sapih.

Gambar 2.Kandang individu Gambar 3. Kandang Individu
untuk ternak pejantan untuk induk/pedet
Model kandang koloni atau kelompok dibuat untuk ternak betina bunting, pedet lepas sapih, dan untuk ternak betina. Model kandang kelompok untuk ternak betina bunting bertujuan untuk memisahkan ternak yang tidak bunting dengan yang bunting sehingga perawatan ternak bunting lebih terkontrol, selain itu untuk pembuatan kompos. Model kandang kelompok untuk pedet bertujuan untuk memisahkan pedet dari induknya setelah lepas sapih.
Model kandang kelompok untuk ternak betina bertujuan karena system perkawinan di Loka Penelitian Sapi Potong dengan cara perkawianan alami secara kelompok dimana betina sekitar 20 ekor dan ternak pejantan 1 ekor. Sanitasi kandang dilakukan setiap hari yaitu membersihkan tempat pakan dan minum, memandikan ternak sapi, membersihkan drainase dan lantai kandang.


Gambar 4. Model Kandang Kelompok Sapi Betina
a. Ukuran kandang
1) Ukuran kandang sistem kelompok
o Kandang 23 x 12 x 360 m
o Tempat pakan 5,8 x 0,6 x 0,3 m
o Tempat minum 1,8 x 0,6 x 0,3 m
o Draenase 0,2 m

2) Ukuran kandang sistem individu
a) Ukuran kandang sistem individu untuk sapi jantan dan induk bunting per sekat
 Kandang 1,2 x 1,8 x 0,7 m
 Tempat pakan 0,7 x 0,5 x 0,2 m
 Tempat minum 0,2 x 0,5 x 0,2 m
 Draenase 0,2 m
b) Ukuran kandang sistem individu untuk sapi yang sedang menyusui
 Kandang 2,9 x 2,7 x 2,6 m
 Tempat pakan 0,7 x 0,5 x 0,2 m
 Tempat minum 0,2 x 0,5 x 0,2 m
 Draenase 0,3
Kontruksi lantai kandang yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong terbuat dari semen dan dibuat sedikit miring agar air tidak tergenang pada lantai kandang selain itu permukaannya dibuat agak kasar agar lantai tidak licin. Menurut Sugeng (1994) lantai kandang yang terbuat dari semen dengan permukaan agak kasar bertujuan untuk keamanan sapi pada saat beraktifitas agar tidak terjatuh. Sedangakan untuk lantai kandang sapi yang bunting beralaskan litter atau sekam yang nantinya bercampur dengan kotoran sapi untuk pembuatan kompos.
Atap kandang terbuat dari genteng dan asbes, menurut Atmadilaga (1986) bahwa atap kandang yang terbuat dari genteng memiliki kelebihan karena mudah didapat dan tahan lama, selain itu antar genteng terdapat celah-celah udara sehingga memudahkan sirkulasi udara.
Dinding kandang terbuat dari beton dan besi, untuk kandang kelompok dindingnya terbuat dari beton sedangkan untuk kandang kelompok terbuat dari besi. Permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan dinding besi yaitu jarak antara besi terlalu lebar sehingga menyebabkan pedet bisa keluar dari kandang.
Drainase di Loka Penelitian Sapi Potong baik itu kandang individu dan koloni bertujuan untuk mengalirkan liimbah atau kotoran ternak sapi langsung ketempat panampungan limbah yang bertujuan untuk pembuatan bio gas selain itu limbah atau kotoran ternak langsung dialirkan ke kebun rumpaut disekitar kandang.
Di setiap kandang dilengkapi dengan gudang peralatan dan tempat penimbangan. Sarana dan prasarana yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong sudah lengkap dilihat dari ketersediaan alat angkut atau transportasi, listrik dan air. Selain itu perlengkapan kandang seperti skop, gerobak dan ember sudah lengkap. Sarana dan prasarana dalam peternakan sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan peternakan.

2. Pembibitan
Pembibitan merupakan bakalan dari ternak yang telah diseleksi untuk dijadikan sebagai bibit ungul yang akan dipelihara. Atau merupakan salah satu kegiatan untuk menyeleksi ternak unggul yang dilihat dari postur badan. Status fisiologis, kesehatan ternak. Ternak sapi yang ada di Lolit Sapo didatngkan dari pasuruan dan probolinggo.
Jenis sapi potong yang digemukkan di Loka Penelitian Sapi Potong adalah sapi PO (Peranakan Ongole) dengan ciri-ciri warna bulu berwarna putih dan abu-abu, leher dan punuk untuk sapi jantan berwarna putih keabuan, kepala panjang, telinga sedang dan agak menggantung, tanduk pendek, punuk bulat dan besar, bobot badan betina 450kg dan jantan 600 kg. sapi PO juga tahan terhadap udara panas, kelembapan. Sapi PO sangat cocok untuk tujuan penggemukan karena populasinya banyak dan tahan terhadap lingkungan serta tidak mudah terserang penyakit.
Umur sapi bakalan yang di pelihara di Loka Penelitian Sapi Potong antara 1,5-2,5 tahun. Dalam pemilihan bibit bakalan sebaiknya memilih ternak jantan karena karkas dari ternak jantan mencapai 50% sedangkan betina 40%, hal ini dikarenakan karena ternak betina memiliki lemak yang lebih tinggi disbanding ternak jantan. Selain itu dalam pemeilihan bibit yang harus diperhatikan adalah bobot badan minimal 350 kg, kepala pendek, dan yang penting adalah nilai palatabilitas yang dimiliki oleh ternak tinggi.




3. Pakan dan Pemberiannya
Peningkatan produksi daging merupakan salah satu sasaran yang akan dicapai dalam setiap usaha penggemukan. Untuk itu pakan yang diberikan harus diperhatikan, selain itu dengan pemberian pakan secara teratur dan pakan yang diberikan memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan berkualitas serta ekonomis. Maka usaha penggemukan tidak akan terhambat. Fungsi pakan antara lain:
• Sebagai bahan material untuk menyusun dan menjaga struktur tubuh.
• Sebagai sumber energi.
• Untuk menjaga keseimbangan metabolisme dalam tubuh.
Pakan dikatakan baik apabila pakan tersebut mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup ternak yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin. Jenis pakan yang diberikan di Loka Penelitian Sapi Potong adalah hijauan berupa rumput gajah, jerami, gamblong, dedak, konsentrat, garam dan tetes. Pemberian jenis pakan tersebut tergantung pada ketersediaan jenis pakan yang ada. Selama kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapang) di Loka Penelitian Sapi Potong Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari dan sore hari. Pada pagi hari pemberian pakan untuk ternak dilakukan setelah kegiatan sanitasi kandang sekitar jam 08.00, sedangkan pada siang hari pemberian pakan pukul 13.00.
Jenis pakan yang diberikan pada pagi hari berupa dedak, konsentrat, garam dan tetes. Untuk siang hari jenis pakan yang diberikan berupa rumput gajah. Pemberian pakan yang beragam bertujuan untuk saling melengkapi kekurangan nutrisi yang terkandung dalam setiap jenia pakan. Pemberian pakan tidak disesuaikan dengan Bobot Badan tiap ekor ternak sapi karena karena akan menghambat dan memperlambat pekerjaan serta tidak efektifnya waktu yang diperlukan , kecuali ternak sapi untuk tujuan penelitian pemberian pakan harus sesuai dengan bobot badan.
Pemberian jerami secara ad libitum (secara terus menerus). Selain itu pemberian air minum juga harus dperhatikan karena mempunyai fungsi sebagai sarana transportasi nutrisi membantu menyeimbangkan suhu tubuh dan membantu proses metabolisme dalam tubuh.

Gamabr 5. Jerami Kering
Jerami padi merupakan limbah pertanakan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak dimana limbag tersebut tersedia dalam jumlah yang relative banyak.
Selama kegiatan PKL ( Praktek Kerja Lapang) di Loka Penelitian Sapi Potong secara umum pemberian pakan untuk kandang individu sebanyak 5 kg/ekor/hari dedak, 1,5 kg/ekor/hari konsentrat, tetes 0,5 ml/ekor/hari, dan garam segenggam, hijauan 8 kg/ekor/hari. Sedangkan untuk kandang koloni disesuaikan dengan jumlah ternak yang ada dalam kandang tersebut.
Permasalahan yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong adalah jenis pakan yang diberikan sering diganti sehingga mengakibatkan nilai palatabilitas ternak terhadap jenis pakan relative rendah. Selain itu sebaiknya pada saat akan mengganti jenis pakan yang di berikan terlebih dahulu ternak harus bisa beradaptasi terhadap pakan tersebut.
Bahan pakan berupa konsentrat dan dedak yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong selama kegiatan PKL terkadang yang dikonsumsi oleh ternak sudah rusak dan berkutu, hal ini dapat menyebabkan ternak sakit. Menurut Santosa (2005) bahan pakan yang baik adalah tidak mengandung racun, tidak menampakkan keadaan yang berbeda dengan keadaan yang sebenarnya seperti warna, rasa, atau bau. Hijauan yang di berikan berasal dari kebun rumput milik Loka Penelitian Sapi Potong.
Penyimpanan bahan pakan di Loka Penelitian Sapi Potong berupa dedak dan konsentrat disimpan dalam gudang penyimpanan yang berada disekitar kandang. Penyimpanan bahan pakan sebaiknya harus diperhatikan karena apabila penyimpanan pakan dilantai tanpa menggunakan alas berupa papan dapat menyebabkan kualitas pakan menurun karena lembab sehingga pakan tersebut akan rusak atau busuk, pakan sebaiknya tidak disimpan terlalu lama karena dapat menimbulkan kutu dan jamur. Susunan penyimpanan pakan sebaiknya pakan yang sudah lama dan belum terpakai berada pada tumpukan paling atas sedangkan pakan yang baru berada pada tumpukan paling dibawah.
Menurut Williamson dan Payne (1993) penyimpanan bahan pakan harus disimpan dalam keadaan kering, bebas dari gangguan perusak pakan, udara harus sedapat mungkin dapat bertukar bebas.

4. Pengendalian Penyakit
Penyakit merupakan penyimpangan atau perubahan yang terjadi pada ternak yang disebabkan oleh organisme hidup. Selain itu penyakit juga bisa disebabkan karena kecelakaan, keracunan makanan dan perubahan cuaca. Penyakit merupakan salah satu faktor yang menghambat kegiatan usaha peternakan, penyakit dapat dengan mudah berkembang dan menyerang ternak.
Selama kegiatan PKL penyakit yang menyerang pedet adalah cacingan dan diare. Penanggulangan cacingan dengan cara diberikan obat cacing calbazen secara oral. Sedangkan untuk pedet diare penanggulangannya dengan pemberian antibiotic dan vitamin B-kompleks. Selain itu selama kegiatan PKL berlangsung terdapat ± 3 ekor pedet yang mati, yang disebabkan karena tidak memperoleh kolostrum dari indukya karena kurang memiliki sifat keibuan (mother ability) sebagai akibat dari induk yang stress pada saat melahirkan..
Pengambilan sample darah dialakukan 2 kali. Pengambilan sample darah dilakukan untuk mengetahui penyakit yang diderita oleh ternak. Sample darah yang diambil dibawa ke Bogor untuk diteliti, tetapi sebelum di kirim ke Bogor terlebih dahulu dilakukan pengambilan serum yang nantinya akan di teliti
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara vaksinasi atau penyemprotan disinfektan untuk kandang yang kosong sebelum sapi yang baru didatangkan ditempatkan dikandang tersebut. Pencegahan penularan penyakit di Loka Penelitian Sapi Potong yaitu dengan cara ternak sapi yang baru datang ditempatkan di kandang karantina terlebih dahulu sebelum disatukan dengan ternak lainnya, hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa sapi tersebut tidak sakit, pemeriksaan dilakukan oleh pihak Loka Penelitian Sapi Potong. Penyakit yang menyerang pedet dan induk di Loka Penelitian Sapi Potong selama pelaksanaan kegiatan PKL adalah sebagai berikut:
a. Pedet
Selama kegiatan PKL penyakit yang menyerang pedet adalah cacingan dan diare. Penangulangan cacingan dengan cara diberikan obat cacing calbazen secara oral. Sedangkan untuk pedet diare penanggulangannya dengan pemberian antibiotic dan vitamin B-kompleks. Selain itu selama kegiatan PKL berlangsung terdapat ± 3 ekor pedet yang mati, yang disebabkan karena tidak memperoleh kolostrum dari indukya karena kurang memiliki sifat keibuan (mother ability) sebagai akibat dari induk yang stress pada saat melahirkan..

b. Induk
Selama kegitan PKL penyakit yang sering terjadi adalah
1) Retensio Plasenta
Retensio terjadi pada induk yang baru melahirkan, hal ini ditandai dengan pelepasan selaput fetus yang tidak normal yaitu lebih dari 12 jam. Pengobatannya yaitu dengan cara pelepasan plasenta yang masih tertingal dengan cara enukleasi, kemudian vagina diirigasi menggunakan cairan kalium permanganate. agar ridak terjadi infeksi. setelah plasenta keluar, 2 collibact bolus dimasukkan kedalam vagina yang berfungsi untuk antibiotik dan dilanjutkan dengan penyuntikan vitamin secara intramuscular.

2) Prolapsus
Penyakit ini ditandai dengan pembalikan uterus atau vagina menggantung keluar. Penanggulangannya yaitu uterus dan vagina dibersihkan dengan cairan kalium permanganat. Setelah bersih, uterus dan vagina direposisi ke dalam saluran reproduksi dan dilanjutkan dengan penjahitan vulva. Tindakan terakhir yaitu penyuntikan antibiotik dan pemberian vitamin.


Gambar 6. Sapi Betina Yang Prolapsus

3) Blot atau Kembung Perut
Penyakit ini dapat diakibatkan karena ternak mengkonsumsi pakan yang basah, sehingga gas CH4 sulit keluar. Penyakit ini ditandai dengan perut sebelah kanan agak membesar, nafsu makan menurun dan ternak terlihat sangat pasif. Penanggulangan penyakit tersebut yaitu dengan cara diberi timpanol dan pemberian minyak goring ± 0,5 liter secara oral.
4) Panas
Gejala penyakit ini ditandai dengan suhu tubuh tenak sapi tidak normal yaitu lebih dari 380c, nafsu makan menurun, dan terlihat tidak aktif. Penyebab penyakit ini yaitu apabila, pakan yang dikonsumsi oleh ternak serat kasarnya terlalu tinggi dan konsumsi air terlalu sedikit. selain itu perubahan cuaca dapat menyebabkan ternak sakit.



5. Rekording
Recording merupakan kegiatan pencatatan mengenai data tentang ternak sapi. Recording sangat penting dalam setiap usaha peternakan karena bertujuan untuk mengetahui keberhasilan usaha peternakan.
Jenis recording yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong antara lain:
1. Rekording identitas ternak
Recording identitas ternak merupakan kegiatan pencatatan yang berisikan no. ternak, jenis kelamin ternak, status fisiologis.
2. Rekording kesehatan
Recording kesehatan ternak merupakan kegiatan pencatatan yang berisikan jenis penyakit yang diderita ternak, pengobatan ternak,.
3. Rekording penimbangan
Recording penimbangan merupakan kegiatan pencatatan yang berisikan no ternak, bobot badan awal dan akhir setiap ternak, pertambahan bobot badan.
4. Rekording kelahiran.
Rekording kelahiran merupakan kegiatan pencatatan yang berisikan no. induk pedet, bobot badan induk, no. pedet, jenis kelamin, tinggi depan, tinggi belakang, dan panjamg badan.
5. Rekording pemberian pakan
Recording pemberian pakan merupakan kegiatan pencatatan yang berisikan no identitas ternak, jenis pakan yang diberikan.

6. Pemanenan Hasil/Pemasaran
Pemasaran di Loka Penelitian Sapi Potong bukuanlah tujuan utama, melainkan sebagai sarana penelitian. kegiatan pemasaran yang ada hanya bertujuan untuk menjual sapi-sapi yang sudah tidak produktif lagi. Penjualan ini bertujuan sebagai tambahan modal untuk menggati atau mendatangkan sapi-sapi yang baru dan produktif. Selain itu Loka Penelitian Sapi Potong juga menjual hasil sampingan dari peternakan yaitu berupa kompos dalam bentuk kemasan.


7. Penaganan Limbah
Limbah merupakan hasil sampingan dari usaha peternakan, limbah terdiri dari dua bentuk yaitu dalam bentuk cair dan padat.
Walaupun hanya merupakan hasil sampingan peternakan yang berasal dari kotoran ternak dan urine limbah juga bermanfaat bagi manusia. Limbah yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong dalam bentuk cair berfungsi sebagai pupuk yang langsung dialirkan ke kebun rumput yang ada disekitar kandang, selain itu limbah cair dialirkan kedalam tempat penampungan yang berfungsi sebagai Bio-Gas. Sedangkan limbah dalam bentuk padat dibuat pupuk kompos.
8. Tata Laksana Reproduksi
Kegiatan manajerial yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong adalah kegiatan pemeliharaan pedet dari lahir, yang meliputi:
a. Pelaksanaan Perkawinan
Pelaksanaan perkawinan yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong adalah secara alam. Keunggulan dari perkawinan dengan cara ini adalah tidak memerlukan deteksi birahi, proses perkawinan tidak memerlukan bantuan manusia dan tingkat keberhasilan kebuntingan cukup tinggi.
Menurut Anonimus (2002) keberhasilan perkawinan alami mampu mencapai 85% - 90% dan nilai tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem kawin IB. Sapi induk yang ideal digunakan sebagai bibit sumber dimulai pada umur sekitar 18 – 24 bulan yaitu ditandai dengan mulai bunting yang pertama. Sedangkan untuk pejantan yang digunakan sebagai pemacek adalah umur 3- 4 tahun, kesehatan secara umum baik, mampu berejakulasi, libido tinggi, tidak cacat, serta dalam keadaan sehat.
Pejantan dan ternak betina dikumpulkan dalam satu kandang selama kurang lebih 60 hari selama 24 jam sepanjang waktu. Rasio pejantan dan betina dalam setiap perkawinan sekitar 1 : 20, dimana seekor pejantan mampu mengawini ternak betina sampai 20 ekor. Menurut Hafez (1993) mengatakan bahwa pejantan sapi potong mampu mengawini 30 – 60 ekor ternak betina. Dalam pelaksanaan perkawinan betina yang digunakan merupakan induk dan dara.
b. Pemeriksaan Kebuntingan (PKB)
Pemeriksaan kebuntingan dilakuka setelah 2 bulan perkawinan. Pemeriksaan kebuntingan dilakukan oleh pihak Loka Penelitian Sapi Potong, sebelum pemeriksaan kebuntingan dilakukan penimbangan terhadap ternak betina. Pemeriksaan kebuntingan bertujuan untuk mengetahui ternak betina yang positif bunting, dilakukan secara palpasi rektal pada uterus ternak betina. Menurut Hafez (1993) palpasi rektal dilakukan pada sapi yaitu uterus diraba melalui rectal untuk mengetahui perkembangan uterus bila terjadi kebuntingan.
c. Kebuntingan
Setelah kegiatan PKB selesai dilaksanakan, maka ternak yang positif bunting harus dipisahkan dengan betina lainnya dan dipindahkan kekandang kelompok P, Q, R, S. Kandang tersebut bertujuan untuk menampung ternak yang telah bunting tua sampai melahirkan. Tujuan ternak bunting dipisahkan dengan ternak yang tidak bunting agar dalam pemeliharaannya lebih terjangkau khususnya dalam pemberian pakan.

d. Penanganan Kelahiran
Gejala induk bunting yang akan melahirkan adalah nafsu makan menurun, vulva membengkak dan keluar lendir kental atau keruh. Kelahiran yang sering terjadi di Lolit Sapo terjadi pada malam hari, setelah pagi hari dilakukan penimbangan induk dan pedet yang baru lahir. Penimbangan bertujuan untuk mengetahui berat badan induk dan pedet. Setelah pedet ditimbang dilakukan pengukuran pajang badan, tinggi depan dan tinggi belakang pada pedet. Selain itu dilakukan penomoran pada pedet guna mengetahui perkembangan pedet setiap harinya. Pada saat pedet lahir harus menyusui induknya guna mendapatkan kolostrum. Karena kolostrum berfungsi sebagai antibodi untuk daya tahan tubuh pedet terhadap serangan penyakit.




e. Pemeliharaan Pedet Lepas Sapih
Induk yang baru melahirkan bersama pedetnya dipindahkan ke kandang individu. Hal ini bertujuan agar induk dapat menyusui pedetnya lebih optimal karena pedet yang baru lahir sangat membutuhkan air susu khususnya kolostrum sebagai antibodi untuk ketahanan tubuh pedet agar tidak gampang terserang penyakit. Pedet dikandangkan bersama induknya sampai mencampai umur 4-7 bulan dimana pedet sudah lepas sapih, setelah umur 4-7 bulan pedet dipindahkan ke kandang pembesaran (rearing) yaitu di kandang A, B, C, D, dan E.


Gambar 7. Kandang Untuk Pedet Yang Baru Lahir Dengan Induknya










BAB V
PENUTUP


A. Siimpulan
Dari hasil kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapang) yang di laksanakan di Loka Penelitian Sapi Potong dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kontruksi kandang yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong untuk kandang pedet masih belum memenuhi syarat, karena kontruksi pada dinding kandang dapat menyebabkan pedet dapat keluar dari kandang.
2. Bangsa sapi yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong adalah sapi Peranakan Ongole.
3. Manajemen pemberian pakan di Loka Penelitian Sapi Potong belum memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ternak, karena pemberian pakan sering diganti tanpa adanya adaptasi pakan terhadap ternak terlebih dahulu.
4. pengendalian dan penanganan penyakit sudah baik, karena setiap ternak yang sakit langsung dipindahkan ke kandang karantina dan dipisahkan dengan ternak yang sehat.
5. Recording yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong adalah recording identitas ternak, penimbangan, pemberian pakan, kelahiran, dan kesehatan.
6. Penaganan limbah yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong yaitu berupa pembuatan pupuk kompos dalam bentuk kemasan yang dijual, Bio-Gas, dan langsung dialirkan ke kebun rumput yang berada disekitar kandang.
7. Pemasaran di Loka Penelitian Sapi Potong yang ada adalah hanya menjual ternak sapi ayng sudah tidak produktif lagi dan hasil dari penjualan pupuk kompos.
8. Manajerial yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong yaitu pemeliharaan pedet dari lahir.




B. Saran
1. Sebaiknya sebelum pemberian pakan yang baru harus ada adaptasi pakan terlebih dahulu untuk ternak.
2. Dinding kandang untuk pedet atau kandang pembesaran sebaiknya jaraknya dibuat jangan terlalu jarang.
3. Drainase sebaiknya dibuat agak lebar sehingga kotoran dengan mudah mengalir kesaluran pembuangan.

























DAFTAR PUSTAKA

Anonymus. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius : Yogyakarta.
Anonymus. 1992. Petunjuk Beternak Sapi Potong, Kanisius : Yogyakarta.
Anonymus. 2006. Diare Pada Pedet Sapi. Malang.
Astuti, M. 2004. Potensi dan Keragaman Sumber Daya Genetik Sapi PO, Proseding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veterinier. Pusat Penelitian dan Peternakan, Bogor.
Blakely, J and Bade, D.H. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. University Gajha Mada, Press : Yogyakarta.
Darmono. 1992. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius : Jakarta.
Departemen Pertanian. 2006. Petunjuk Teknis Penelitian dan Pengkajian Nasional Peternakan dan Perkebunan : Sistem Integrasi Padi Ternak.
Duren, E dan Miller, R.C. 2003. Beef Catlehand Book : Prevention and Treatment Bloat.
Ebert. 2006. Animal Feed Resources Information Sistym.
Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction In Farm Animal. Philadelpia.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Ternak. Universitas Airlangga Press : Surabaya.
Hartadi, H.S. dan R. A.D.Tillman. 1986. Tabel Komposisi Pkan Untuk Indonesi. Universitas Gajha Mada Press : Yogyakarta.
Murtidjo, B.A. 1995. Beternak Sapi Potong. Kanisius : Yogyakarta.
Siregar, S.B. 2005. Penggemukan Sapi. Cetakan ke-sebelas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sugeng, Y.Bambang. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Williamson, G dan Payne, W.J.A. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Universitas Gajha Mada Press, Yogyakarta.
Wijono, D.B.M dan Hartuti. 2005. Korelasi Bobot Hidup Induk Menyusui Dengan Pertambahan Bobot Hidup Sapi Peranakan Ongole.

3 komentar:

  1. Jual limbah singkong berupa bonggol singkong Rp. 750/kg dan singkong sortiran Rp 1500/kg kondisi fress (baru) untuk pakan pengemukan sapi atau untuk bahan baku tepung pati maupun tepung pakan ternak. Siap kirim 7 ton/2 hari sekali. Hub. Bpk Heru Malang - Jawa Timur. Hp/Wa 081334272800 blog saya di www.belisingkongsegar.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Jual limbah singkong berupa bonggol singkong Rp. 750/kg dan singkong sortiran Rp 1500/kg kondisi fress (baru) untuk pakan pengemukan sapi atau untuk bahan baku tepung pati maupun tepung pakan ternak. Siap kirim 7 ton/2 hari sekali. Hub. Bpk Heru Malang - Jawa Timur. Hp/Wa 081334272800 blog saya di www.belisingkongsegar.blogspot.com

    BalasHapus