BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inseminasi buatan adalah suatu proses mengawinkan ternak dengan cara buatan atau beternak secara modern yang sudah diterapkan dalam sejumlah usaha peternakan, yang sangat efisien untuk meningkatkan produktifitas ternak. Pada perkawinan secara alami pejantan hanya bisa mengawini satu ekor betina dalam satu kali kawin, berbeda dengan pekawinan secara IB dimana semen atau sperma yang dihasilkan oleh seekor pejantan dalam satu kali ejakulasi (pemancaran sperma) dapat digunakan untuk melayani lebih banyak betina setelah semen tersebut sudah diproses dan dalam bentuk straw.
Inseminasi buatan di Indonesia pertama kali pada permulaan tahun 1950, namun baru pada permulaan tahun 1973 untuk pertama kali semen beku di impor ke Indonesia atas kerjasama pemerintah Indonesia dengan pemerintah Inggris dan Selandia Baru. Sejak saat itu semen beku yang diperoleh dalam bentuk straw telah dipakai pada hampir semua program IB pada sapi.
Ternak merupakan sumber protein hewani yang sangat diperlukan oleh manusia disamping manfaat yang lain. Untuk meningkatkan produktifitas ternak maka efisiensi reproduksi yaitu ditingkatkan dengan teknologi Inseminasi Buatan (IB). Dengan teknik ini maka mutu genetic ternak dapat meningkat lebih baik sehingga produktifitasnya juga semakin baik, dengan begitu pendapatan peternak juga meningkat. Peningkatan mutu genetic melalui teknologi IB memang perlu dilakukan karena penerapan IB dilapangan sudah menjadi kebutuhan para peternak khususnya peternakan sapi perah dan sapi potong. Selain itu IB mempunyai beberapa keuntungan yaitu dapat mencegah penyakit kelamin menular pada ternak, menghemat biaya perkawinan, menghindari resiko perkawinan, (toelihere, 1985).
Selain itu IB juga bermanfaat untuk meningkatkan angka kelahiran sehingga populasi ternak cepat bertambah atau meningakat, disamping itu bermanfaat dalam peningkatan ternak secara kuantitatif, memperbaiki mutu genetic (secara kualitatif), sehingga akan membantu perusahaan – perusahaan peternakan dan bahkan para petani peternak yang tidak atau belum mampu memiliki pejantan unggul yang harganya relatif mahal.
Dalam pelaksanaanya IB perlu ditunjang oleh beberapa faktor yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sehingga diharapkan hasil yang maksimal dalam waktu yang singkat. Dengan semakin majunya teknologi semen dari pejantan yang unggul dapat dibuat dalam bentuk semen beku. Dengan adanya semen beku maka dapat menjawab kesulitan-kesulitan yang dialami dalam penggunaan semen cair. Terlebih lagi ditemukannya kemasan dalam bentuk straw maka semen dapat hidup dan dapat digunakan pada tempat dan waktu yang berbeda, sehingga program IB dapat berjalan dengan baik dan efektif.
B. Tujuan
• Untuk mengetahui menajemen pemeliharaan sapi pejantan untuk keperluan Inseminasi Buatan
• Untuk mengetahui cara penampungan semen pada sapi
• Untuk mengetahui proses pembuatan semen beku
• Untuk mengetahui cara penilaian semen
• Sebagai salah satu persyaratan dalam kegiatan pembelajaran program D4 VEDCA.
C. Sasaran
Dalam pelaksanaan PKL ini sasaran atau ruang lingkup kegiatan PKL dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran Semarang, yang dalam kegiatannya bergerak dalam bidang pemiliharaan sapi pejantan untuk Inseminasi Buatan dan produksi semen beku.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teknik Penampungan Semen
Metode penampungan semen khususnya pada ternak sapi telah mengalami perubahan dari tahun ketahun, dan perubahan – perubahan ini merupakan langkah yang penting dalam peningkatan dan perkembangan IB, (Toelihere, 1981) menyatakan bahwa penampungan semen merupakan suatu proses pengambilan semen pejantan yang sudah dewasa kelamin pada saat ejakulasi dengan menggunakan vagina buatan, elektroejakulator dan pemijatan. Hal yang penting didalam program inseminasi buatan adalah proses penampungan semen yang benar, hal ini meliputi pengaturan interval pejantan yang baik pada saat penampungan semen, persiapan pejantan, dan teknik yang benar didalam penampungan semen (hafez, 1993).
Faktor yang mempengaruhi penampungan semen terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal meliputi hormonal, metabolisme, keturunan, umur dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan, cuaca, sarana dan prasarana, dan hewan pemancing. (Djanuar, 1985). Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh menjaga kualitas dan kuantitas dari semen. Foster et al (1970) menyatakan bahwa seorang penampung harus mempelajari agar dapat memanfaatkan tersebut semaksimal mungkin, khususnya dalam penampungan semen.
Penampungan semen dilakukan apabila penis sudah benar – benar tegang dan tampak kemerahan serta sapi tersebut sudah menaiki pemancing sebanyak 3 – 4 kali. Kolektor yang bertugas memegang vagina buatan dengan tangan kanan sementara tangan kiri memegang praepetium dan berdiri di sebelah kanan teaser dengan posisi vagina buatan memebentuk sudut 450C garis dengan horizontal. Penis diarahkan ke vagina buatan yang dipegang dengan menggunakan tangan kanan. Disusul dengan tekanan kedepan dan terjadi ejakulasi. Saat ejakulasi penjantan harus dibiarkan mendorong penisnya sendiri kedalam vagina buatan untuk memperoleh ejakulasi yang optimal (Salisbury dan van demark, 1985).
(Hale dan almquist, 1960) menyatakan bahwa rangsangan yang ditimbulkan oleh satu pemancing akan terus menurun pada setiap penampungan berikutnya dan pada akhirnya pejantan akan menolak menaiki pemancing tersebut, dengan mengganti pemancing umumnya libido dapat dipulihkan kembali dan bahkan dapat dilakukan beberapa kali penampungan.
B. Semen
Semen atau air mani adalah cairan yang terdiri dari hasil sekresi kelenjar kelamin aksesoris dan spermatozoa yang sudah masak dari epididimis seekor sapi pejantan dewasa (srigandono, 1987). (hafez, 1993)menyatakan bahwa semen terdiri dari campuran spermatozoa yang dihasilkan oleh jaringan testis didalam tubulus semineferus dan plasma semen yang berasal dari kelenjar kelamin pelengkap. Plasma semen berfungsi sebagai medium smigelatinous yang membawa spermatozoa dari saluran reproduksi hewan jantan kedalam saluran reproduksi hewan betina (toelihere, 1981).
Spermatozoa terdiri dari bagian kepala yang mengandung bagian inti dan bagian ekor untuk bergerak (tomaszewska et al.. 1991) mengatakan bahwa bagian depan dari kepala ditutupi dengan sebuah pembungkus yang disebut dengan acrosome yang akan dilepas sesaat sebelum spermatozoa memasuki sel telur. Pelepasan acrosome ini penting untuk penetrasi dan melangsungkan pembuahan. Plasma semen yaitu campura sekresi dari epididimis, vas deferens, vesikulo seminalis, kelenjar prostate dan cowper yang mengandung bermacam – macam zat organic dan anorganik serta air (partodihardjo,1982).
Jumlah semen dan konsentrasi antara spesies berbeda – beda. Sifat fisik dan kimiawi semen sebagian besar ditentukan oleh plasma semen (Lindsay et al.. 1982). (Flipse dan almquist 1961) menyatakan bahwa berat badan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pejantan menjadi lamban, sulit untuk berkopulasi karena kemalasannya, kelemahan kaki – kaki belakang dan penurunan libido. Lebih lanjut dikatakan bahwa belum dapat dibuktikan bahwa gerak badan dapat mempengaruhi produksi spermatozoa secara kualitatif dan kuantitatif (Snyder dan Ralston, 1955).
C. Karakteristik Semen
Pemeriksaan semen dapat dilakukan dengan cara makroskopis, mikroskopis, biologis dan kimia faali. Pemeriksaan secara makroskopis meliputi pemeriksaan volume semen, konsistensi, warna dan ph ejakulat (toelihere, 1985). (Almquist 1968) menyatakan bahwa kisaran normal volume semen sapi antara 8 ml (2ml – 15ml), motilitas 65% (50% - 80%), dan konsentrasi sperma 1200 juta/ml (400 juta/ml – 2000 juta/ml). kisaran semen sapi jantan menurut (Hafez 1993) yaitu volume semen 5ml – 8ml, gerakan massa sperma (2+) – (3+), motilitas sperma 65% (50% - 80%), konsentrasi sperma 1000 juta/ml – 1800 juta/ml, persentase sperma hidup 70% dan abnormalitas sperma 20%.
Pemeriksaan dan pengujian untuk menjaga kualitas semen beku daapt dilakukan tiga macam test yaitu; test after thawing, test water incubator, dan pewarnaan. Test after thawing bertujuan utuk mengetahui apakah semen beku masih layak digunakan untuk inseminasi buatan, (dirjen peternakan, 2000). Lebih lanjut dijelaskan bahwa test after thawing yang dinilai adalah persentase spermatozoa yang motil progresif terhadap keseluruhan jumlah spermatozoa dan gerakan individual spermatozoa. Test water incubator bertujuan untuk mengetahui jumlah spermatozoa yang dapat bertahan sampai didalam alat reproduksi betina dalam waktu kurang lebih 4 jam, sedangkan tujuan test dengan pewarnaan adalah untuk mengetahui presentase spermatozoa yang hidup dan mati berdasarkan perbedaan warna spermatozoa.
1. Karakteristik Semen Secara Makroskopis
(Salisbury dan van demark, 1985) menyatakan bahwa volume semen akan bertambah banyak sesuai dengan besar tubuh, Kesehatan reproduksi, daya kekuatan dan frekuensi penggunaan pejantan. Produksi semen yang tinggi diperoleh dari volume tiap pancaran semen yang tinggi dengan konsentrasi ayng tinggi, (hardjopranjoto, 1991).
Kisaran ph yang normal menurut (almquist 1968) sebesar 6,2 – 6,7. sedangkan menurut (Sorensen 1979) yaitu 6,3 – 6,9. ph semen yang cenderung asam mencerminkan aktifitas sperma pada kondisi anaerob, sperma yang menghasilkan asam laktat semakin rendah nilai ph, maka motilitas sperma akan semakin rendah pula. Dinyatakan oleh (Masuda 1992) bahwa ph semen biasanya berasal pada kondisi netral atau asam lemah 6,5 – 6,8). Ph semen dipengaruhi oleh sekresi kelenjar aksesori, ph semen yang berlebih memperlihatkan fungsi abnormal organ tersebut atau kemungkinan tercampuri oleh bahan lain (urin).
2. Karakteristik Semen Secara Mikroskopis
Pemeriksaan semen secara mikroskopis meliputi gerakan massa, motilitas, konsentrasi, persentase sperma hidup dan abnormalitas sperma dilakukan secara berurutan (Toelihere, 1985). (Perry 1968) menyatakan bahwa semen yang baik memiliki pola mikroskopis gelombang massa baik hingga sangat baik. Sperma dikatakan berkualitas apabila mengandung sperma yang bergerak aktif denagn gerakan massa yang tinggi (Toelihere, 1981). Gerakan massa sperma dinilai berdasarkan dengan kecenderungan sperma bergerak ke satu arah (Toelihere, 1985).
Motilitas sperma mencerminkan konsentrasi dan daya hidup sperma dengan rata – rata yang berguna untuk menilai fertilitas pejantan (Lasley dan Campbell, 1977). Motilitas sperma dilihat dari persentase gerak atau hidup sel sperma (Sorensen, 1979). Lebih lanjut dijelasakan oleh (Partodihardjo, 1982)bahwa pergerakan sperma meliputi gerakan massa atau progresf, mundur atau reverse, bergetar atau vibratory, dan berbutir atau sirculatory. Stimulus awal bagi motilitas sperma berasal dari isi kelenjar asesoris saat semen diejakulasikan (Hunter, 1995). Motilitas juga dipengaruhi oleh temperature (Takahashi, 1992).
(Lindsay et al.., 1982) menyatakan bahwa standar minimum semen sapi jantan yang dikoleksikan dengan vagina buatan dan dipakai untuk IB memiliki persentase motil 50%. Menurut pernyataan (Masuda, 1992) menyatakan bahwa motilitas tergantung pada spesies hewan, temperature dan plasma semen. Sperma sapi jantan bergerak normal kedepan pada temperatur 370C – 380C, gerakan akan berhenti dan metabolisme sangat lambat pada 50C dan pada 540C – 560C akan mati. Perubahan suhu secara cepat sangat berbahaya bagi sperma (shok temperatur).
Pengencer dan tekanan osmotic yang sesuai dengan semen menunjang motilitas. Motilitas sperma menurun pada kondisi sangat asam. Sinar matahari berbahaya bagi sperma karena mempengaruhi DNA dan aktifitasnya. Gas oksigen dan karbondioksida yang berlebihan serta logam berat dapat mempengaruhi motilitas sperma.
Konsentrasi sperma merupakan jumlah sperma per ml semen (Toelihere, 1985). Konsentrasi semen yang lebih pekat pada umumnya mempunyai konsentrasi sperma yang lebih tinggi. Konsentrasi sperma berbeda nyata dari pejantan yang satu dengan yang lain diantaranya; kelompok umur pejantan berbeda, Perbedaan musim dalam setahun, perbedaan tempat geografis, perkembangan seksual dan kedewasaan sapi jantan, kualitas pakan yang diberikan dan kesehatan reproduksinya (Salisbury dan Van Demark, 1985).
Menurut pendapat (Masuda, 1992) bahwa jumlah sperma berbeda sesuai dengan spesies hewan, ras, individu, umur ternak, metode penampungan, frekuensi ejakulasi dan musim. Konsentrasi merupakan jumlah sperma tiap unit volume semen dan penting untuk menentukan rasio pengenceran semen yang akan diproses lebih lanjut (Hafez, 1993).
Persentase hidup sperma didasarkan atas perbedaan daya permeabilitas terhadap cairan pada sperma hidup dan mati. Sperma hidup tidak menyerap cairan dan berwarna terang , sedangkan sperma mati menyerap cairan sehingga tampak gelap dimikroskop. Persentase tinggi pada sperma mati tidak dapat ditunjukkan pada waktu mengamati sperma dibawah mikroskop pada waktu pengamatan motilitas karena banyak sperma inaktif tersapu oleh pergerakan sperma yang hidup (Lasley dan Cambell, 1977). Persentase hidup mati sperma memiliki rataan sebanyak 60% (Putro, 2001).
Abnormalitas sperma meliputi abnormalitas primer dan sekunder (Lindsay et al.., 1982). Abnormalitas primer terajadi karena kelainan pada tubuli seminiferi dan ganguan testiskuler yang ditandai kelainan bentuk pada kepala dan ekor yang dapat menghambat gerak dan menurunkan fertilitas. Abnormalitas sekunder terjadi didalam saluran kelamin jantan dan sewaktu ejakulasi setelah sperma meninggalkan epitel kecambah pada tubuh seminiferi, meliputi kepala terpisah dari leher, leher patah, ekor kusut, patah dan tergulung (Pane, 1986).
Kelainan bentuk sperma diakibatkan oleh shok dingin, panas, sinar X, dan ketidakseimbangan nutrisi dan hormonal/endokrin yang dapat mempengaruhi spermatogenesis. Kualitas semen yang baik memiliki jumlah sperma abnormal 5% - 15% (Lasley dan Campbell, 1977). Sedangkan menurut (Masuda, 1992) sebanyak 10% (1% - 20%). Produksi sperma dapat terganggu akibat chryptorchidismus, testis yang tersembunyi, penyakit kulit, deman dan kelembaban yang tinggi. Penurunan semen normal (Toelihere, 1981). Suhu lingkungan yang terlampau tinggi mempengaruhi fungsi termoregulatoris skrotom dan berakibat pada spermatogenesis (Wodzicka Tomaszeska, 1991).
D. Bahan Pengencer dan Pengenceran Semen
Pengenceran merupakan campuran dari bahan – bahan yang bisa mencukupi zat – zat makanan bagi sel mani. Sehingga kebutuhan hidupnya diluar saluran reproduksi dapat terpenuhi (Djanah, 1989). Lebih lanjut dikatakan bahwa bahan yang banyak digunakan sebagai pengencer adalah bahan – bahan yang berupa susu, kuning telur, glukosa dan gliserin dalam perbandingan tertentu. (Almquist 1968) menyatakan bahwa bahan tersebut masih ditambahkan antibiotic dan penicillin guna mencegah penyebaran kuman – kuman.
Fungsi dari pengencer adalah untuk memperbanyak volume sehingga semen yang didapat itu dapat dibagi - bagi untuk menginseminasi banyak betina dari satu ejakulat, sumber nutrisi spermatozoa untuk mempertahankan hidupnya, melindungi spermatozoa dan sebagai bakteriostatik dimana pengencer harus mengandung zat – zat ini sehingga zat – zat renik dalam semen dapat dihentikan aktifitasnya serta sebagai pelindung spermatozoa terhadap perubahan – perubahan temperature atau anti shok (Toelihere, 1981).
Lebih lanjut dikatakan bahan pengencer juga harus memenuhi syarat antara lain; murah, sederhana dan praktis dibuat tetapi mempunyai kemampuan pemeliharaan yang tinggi, mengandung unsur yang sama dengan sifat fisik dan kimiawi semen, tidak boleh mengandungzat – zat toksit terhadap spermatozoa, serta harus memeberi kemungkinan penilaian sperma sesudah pengenceran.
Untuk semen yang tidak dibekukan dengan penambahan gliserol dapat meninggikan daya hidup spermatozoa terutama dengan suhu pengencer, tidak pada pengencer sitrat- kuning telur (Willet dan Ohms, 1956). Mc Lean (1956) menyatakan bahwa spermatozoa didalam semen yang diencerkan dengan susu pengencer ditambah 10% gliserol ternyata mempunyai daya tahan hidup dan fertilitas yang baik.
E. Proses Pembekuan Semen
Pembekuan adalah suatu proses untuk menghentikan aktifitas sperma agar daya hidup sperma dapat diperpanjang sampai batas waktu yang lama. Apabila suatu larutan dibekukan maka pelarut air membeku menjadi kristal – kristal es dan bahan – bahan terlarut tidak bersatu dengan kristal – kristal tersebut melainkan berakumulasi dan makin pekat (Toelihere dan Taurin, 1979). Lebih lanjut dikatakan bahwa pada umumnya problem pembekuan semen berkisar antara dua fenomena yaitu pengaruh cool shok terhadap sel yang dibekukan dan perubahan – perubahan intraseluler akibat pengeluaran air yang bertalian dengan pembentukan kristal – kristal es.
(Toelihere, 1985) menyatakan bahwa untuk mencegah kejutan dingin semen diberi gliserol yang berfungsi sebagai zat pelindung pada saat pembekuan. Cara penambahan gliserol tersebut harus secara bertahap dan berselang selama satu jam. Penambahan gliserol kedalam bahan pengencer sangat penting untuk proses pembekuan semen sebab penambahan gliserol dapat menyebabkan kenaikan daya hidup sperma dalam penyimpanan diatas titik beku (Polge et al.., 1949).
Batas suhu terendah untuk penyimpanan semen sapi adalah pada suhu -1960C. bahan yang digunakan untuk membekukan semen tersebut adalah N2 cair (Salisbury dan Van Demark, 1985). (Forgason et al.., 1961) menyatakan bahwa straw yang telah terisi oleh semen dibekukan didalam mesin yang diatur penurunan suhunya oleh uap nitrogen cair dan apabila suhu -800C sudah dicapai, semen didinginkan lebih cepat lagi sehingga mencapai suhu -1960C. lebih lanjut dikatakan pembekuan dapat pula dilakukan dengan menempatkan ampul – ampul didalam uap nitrogen cair.
F. Penyimpanan dan Pengangkutan Semen Beku
Penyimpanan semen beku pada suhu beku ditujukan agar semen tersebut dapat digunakan secara optimal sebagai sarana pembuahan atau sebagai sarana untuk mempertahankan daya fertilisasi dengan jalan menghambat seminimal mungkin secara fisik dan kimiawi semua aktifitas yang penting dalam spermatozoa, sehingga proses metabolisme yang terjadi dapat dikurangi (Hardjoprandjoto, 1991).
(Toelihere dan Taurin, 1979) menyatakan bahwa untuk penyimpanan dan pengankutan semen beku ditempatkan pada beberapa cantingan atau canister dan disimpan dalam bejana atau container yang berisi nitrogen cair. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bentuk – bentuk straw dan pellet dapat pula ditempatkan dahulu kedalam tabung – tabung plastic pendek (goblet) sebelum ditaruh didalam canister. Container yang mengandung semen yang baik dalam bentuk ampul, straw, atau pellet, harus selalu mengandung nitrogen (Toelihere, 1985).
G. Perkandangan
Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga. Menurut Siregar (2006) pembuatan kandang untuk penggemukan memerlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :
1. Memberi kenyamanan bagi sapi-sapi yang digemukkan dan bagi si pemelihara ataupun pekerja kandang.
2. Memenuhi persayaratan bagi kesehatan sapi
3. Mempunyai ventilasiatau pertukaran udara yang sempurna
4. Mudah dibersihkan dan terjaga kebersihannya
5. Memberi kemudahan bagi peternak ataupun pekerja kandang pada saat bekerja sehingga efisiensi kerja dapat tercapai
6. Bahan-bahan kandang yang digunakan bertahan lama, tidak mudah lapuk, harganya relative murah dan mudah didapat didaerah sekitar
7. Tidak ada genangan ait didalam ataupun diluar kandang.
H. Penyakit
Kejadian penyakit diare pada pedet sangat tinggi diare dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan protozoa. Anonimus (2006) menyatakan bahwa E. coli merupakan salah satu penyebab diare pada sapi, yang menyebabkan jaringan epitel dalam usus berubah fungsi dari metode penyerapan (nutrisi) menjadi metode pengeluaran. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengobatan penyakit diare berupa antibiotik (streptomicyn) dapat mengurangi populasi bakteri sehingga proses pencernaan dapat berjalan dengan normal kembali.
I. Pakan
Menurut Hartadi (1986) konsentrat adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keseimbangan nutrisi dari keseluruhan bahan pakan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau pakan pelengkap.
Menurut Murtidjo (1990) bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. 1)Pakan hijauan yaitu semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan. Yang termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan lain. Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu berupa hijauan segar dan kering. 2) pakan penguat yaitu pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar relative rendah dan mudah dicerna. Bahan pakan penguat meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil kelapa, tetes. yang berfungsi untuk meningkatkan dan memperkaya nilai nutrient pada bahan pakan lain yang nilai nutriennya rendah. 3) pakan tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea.
Pakan tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang hidupnya berada dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain vitamin A dan D, mineral terutama Ca dan P, urea. (Anonimus, 2001).
J. Penanganan limbah
Limbah dari ternak dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi apabila dikelola dengan baik. Kotoran cair dan padat dari ternak pada umumnya digunakan sebagai pupuk organic bagi tanaman pertanian ataupun lahan hijuan makanan ternak (Darmono, 1992)
BAB III
METODE PELAKSANAAN PKL
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL
Kegiatan PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan yang dimulai dari tanggal 17 september 2007 sampai dengan 28 desember 2007, yang dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran, JL. MT. Haryono No. 53 A Ungaran Telp. (024) 6921107 Ungaran, Semarang. Adapun beberapa jadwal kegiatan PKL yang dilaksanakan yaitu orientasi dilakukan hari pertama mahasiswa berada di lokasi PKL , observasi, adaptasi dilakukan setiap hari baik itu dilingkungan industri maupun dilingkungan masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan PKL di industri setiap mahasiswa PKL didampingi oleh pembimbing dari Industri. Penulisan laporan dilakukan dua minggu sebelum kegiatan PKL telah dilaksanakan di tempat industri yaitu kurang lebih tiga bulan.
B. Metode PKL
1.Orientasi
Oreintasi dilakukan setelah mahasiswa PKL telah berada di lingkungan industri untuk mendapat pengarahan dari pimpinan industri ataupun pihak yang telah menerima mahasiswa untuk kegiatan PKL. Mahasiswa dikumpulkan dalam satu ruangan untuk mendapat pengarahan dan petunjuk dari pihak industri dan pembimbing, dalam kegiatan ini mahasiswa mempelajari struktur organisasi Balai Inseminasi Buatan Ungaran Semarang, ruang lingkup Balai Iseminasi Buatan Ungaran tersebut spesifik kedalam kegiatan produksi semen beku untuk keperluan Inseminasi Buatan. Fasilitas di Balai Inseminasi Buatan Ungaran menpunyai ruang tata usaha, gedung pertemuan, laboratorium, perumahan karyawan, mes utnuk mahasiswa PKL maupun untuk diklat. Selain produksi semen beku kegiatan lain yang dilaksanakan adalah pemasaran.
2. Observasi
Observasi dilakukan langsung oleh mahasiswa PKL untuk memperoleh data dan informasi mengenai lokasi, situasi dan kondisi lapangan yang berhubungan dengan materi PKL
3. Adaptasi
Adaptasi sangat penting dilakukan oleh mahasiswa dengan pihak industri agar kegiatan PKL berjalan dengan baik. Adaptasi dengan pembimbing industri dengan cara bertanya seputar kegiatan selama pelaksanaan PKL, masalah-masalah yang terjadi di industri dan untuk mengumpulkan data atau bahan untuk pembuatan laporan. Adaptasi juga dilakukan dengan semua karyawan di industri yaitu dengan cara ramah terhadap setiap karyawan dan mematuhi peraturan industri, selain itu kita juga harus beradaptasi dengan masyarakat tempat tinggal yaitu dengan cara ramah serta ikut membantu dalam kegiatan social atau kemasyarakatan.
4. Pelaksanaan PKL
Pelaksanaan PKL dilakukan pada tanggal 19 september 2007 sampai dengan tanggal 28 desember 2007. Prosedur kegitan PKL yaitu mahasiswa menyesuaikan dengan jadwal yang telah diberikan dari pihak industri dan harus dipatuhi oleh mahasiswa. Jadwal kerja yaitu hari senin sampai dengan hari jumat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah berdirinya BIB Ungaran
Pada tahun 1953 melalui program pemerintah yang disebut Rencana Kesejahteraan Istimewa (RKI) didirikanlah Balai Pembenihan Ternak yang terletak di Desa Sidomulyo Kec. Ungaran Kab. Semarang dengan luas lahan ± 2 Ha. Di balai tersebut pertama kali diadakan aplikasi kegiatan inseminasi buatan di Indonesia dengan menggunakan semen cair. Perkembangan kegiatan IB selanjutnya menggunakan semen beku import pada tahun 1972 dan Balai Pembenihan Ternak berubah menjadi UPT-IB Sidomulyo.
Dengan berdirinya BIB Lembang 1976 dan BIB Singosari 1988, maka tugas UPT-IB Sidomulyo hanyalah sebagai penerima dan pendistribusi semen beku baik impor maupun produksi dalam negeri (BIB Lembang dan Singosari) mulai tahu 1976 hingga tahun 2002.
Pada tahun 1997 di Indonesia mengalami krisis moneter yang berkepanjangan sehingga populasi di Jawa Tengah mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena tingginya permintaan daging sapi potong dari luar propinsi, menurunya jumlah peternak ayam pedaging serta terhentinya impor sapi bakalan.
Sebagai salah satu upaya yang ditempuh Dinas Peternakan Jawa Tengah untuk mengatasi penurunan populasi sapi yaitu peningkatan penggunaan teknologi IB, namun usaha ini terbentur oleh terbatasnya produksi semen beku dalam negeri. Sajlan dengan otonomi daerah dan desentralisasi BIB, maka pada tahun 2001/2002 melalui proyek peningkatan fungsi UPT-IB Sidomulyo didirikan Balai Inseminasi Buatan (BIB) Jawa Tengah yang selanjutnya dikenal denagn nama BIB Ungaran yang dibangun diareal eks-TC Peternakan (Training Center Peternakan atau Mix Farming) dengan luas areal ± 7 Ha.
Pada bulan juni 2002 mulai memproduksi semen beku dengan menggunakan pejantan simental 12 ekor dan 8 ekor limosin, dimana pengadaan pejantan tersebut 10 ekor bantuan pusat dan 10 ekor dari APBD I. BIB Ungaran didirikan berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2002 Tanggal 2 April 2002, sedangkan operasionalnya diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 27 Februari 2003.
2. Letak Geografis
BIB ungaran terletak di Desa Sidomulyo Kecamatan Ungaran, berada sekitar ± 2 km dari Ibukota Kabupaten Semarang kearah timur, berada pada ketinggian ± 316 m dari permukaan laut dengan suhu udara sekitar 24-300c. luas areal BIB Ungaran sekitar 7 Ha (70.000 m2).
3. Struktur organisasi
Struktur organisasi BIB Ungaran Jawa Tengah ditetapkan berdasarkan Perda No. 1 Tanggal 2 April 2002. Struktur organisasi BIB Ungaran Tahun 2006/2007 adalah sebagai berikut:
1. Kepala Balai di pimpin oleh Ir. Ardiana Rustana, M.Si.
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh Soetowo SH.
3. Kepala Seksi Produksi, Distribusi, dan pemasaran dipimpin oleh Eddy Suwarsana.
4. Kepala Seksi Pemeliharaan Ternak dipimpin oleh Drh. Hamam.
4. Visi dan Misi
a. Visi
BIB Ungaran mempunyai visi menjadi Balai Inseminasi Buatan yang berkualitas, profesional dan kompetitif untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui perbaikan genetic ternak di Jawa Tengah.
b. Misi
Misi dari BIB Ungaran adalah:
1. Menyediakan benih ternak secara tepat mutu, tepat jumlah dan tepat waktu
2. Meningkatkan kualitas dan proses pelayanan
3. Memberikan citra yang terbaik bagi petani peternak.
5. Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan di Balai Inseminasi Buatan meliputi manajemen pemeliharaan ternak pejantan untuk IB dan produksi semen beku serta pemasarannya.
B. Hasil kegiatan PKL
1. Manajemen Pemeliharaan Pejantan
Manajemen pemeliharaan ternak sangat penting khususnya untuk pejantan karena akan berpengaruh pada kualitas semen. Agar pejantan yang dipelihara mencapai kondisi prima untuk menghasilkan semen segar dan berkualitas yang akan diproses menjadi semen beku. Selain itu juga dapat menberi nilai tambah untuk jumlah straw yang akan dihasilkan dari proses produksi semen segar menjadi semen beku. Dalam hal ini akan dibahas mengenai beberapa aspek atau faktor ayng harus diperhatikan dalam pemeliharaan ternak pejantan yang meliputi;
a. Perkandangan
BIB (Balai Inseminasi Buatan) dalam pemeliharaannya paerkandangan sangat penting untuk ternak karena mempunyai beberapa fungsi yaitu;
1) Melindungi ternak dari panas, hujan, dan angin
Fungsi kandang yang dimaksudkan adalah agar kondisi ternak dalam keadaan prima dan sehat karena terbebas dari panas, hujan, dan angina yang dapat menyebabkan kesehatan ternak terganggu dan dapat terkena penyakit seperti bloat, cacingan, dan hidrasi.
2) Melindungi ternak dari ganguan binatang lain
Dimaksudkan agar ternak dapat melakukan aktifitas dengan tenang dan tidak stress serta dapat merasa aman dari gangguan ternak yang mengancam keselamatan ternak.
3) Mempermudah dalam penanganan ternak
Dimaksudkan agar dalam Penanganan ternak seperti pemberian pakan dan minum, Penanganan kesehatan lebih mudah serta dalam sanitasi kandang, lebih efektif untuk setiap ternak.
4) Sebagai tempat ternak melakukan aktifitas
Kandang merupakan tempat yang cocok untuk ternak untuk beraktifitas seperti makan dan minum, bereproduksi dan berproduksi.
Adapun persyaratan yang harus diperhatikan dalam pembuatan dan kontruksi kandang yang meliputi;
• Ventilasi cukup
Dalam pembuatan kandang ventilasi harus diperhatikan agar sirkulasi udara dapat teratur dan sinar matahari pagi bisa masuk karena penting untuk kesehatan ternak dan dapat mengatur temperature dalam kandang agar kandang tidak lembab
• Temperature dan kelembaban cukup
Suhu juga sangat penting diperhatikan karena keadaan kandang tidak seharusnya lembab karena hal demikian dapat menyebabkan bakteri atau bibit penyakit mudah berkembangbiak sehingga dapat menggangu kesehatan ternak.
• Mudah dalam kegiatan sanitasi
Kontruksi kandang luar dan dalam harus diperhatikan dalam hal ini drainase karena darinase berperan sebagai tempat mengalirnya limbah kotoran ternak yang langsung menuju ketempat penampungan limbah, dan ketinggian lantai kandang yang harus dibuat agak tinggi agar dalam pembersihan lantai mudah, serta sarana dan prasarana dalam kegiatan sanitasi lengkap.
• Alas kandang tidak licin dan agak miring
Alas kandang dibuat tidak licin agar ternak tidak terpeleset dan jatuh karena kalau hal demikian terajadi akan berpengaruh pada kesehatan ternak dan rumen ternak. Demikian pula dengan alas kandang yang dibuat agak miring agar air dapat mengalir dengan mudah ke drainase sehingga tidak menyebabkan alas kandang lembab, dan juga mudah dalam sanitasi.
• Drainase
Dalam pembuatan kandang harus dilengkapi dengan saluran air atau untuk limbah cair yang disebut drainase, hal ini penting karena dapat berfungsi untuk mengalirkan kotoran bersama air kedalam bak penampungan sehingga kandang terlihat bersih dan tidak tergenang air yang dapat menyebabkan lantai kandang menjadi lembab dan bau. Ukuran drainase harus dibuat agak lebar agar dalam pembersihan efektif.
Ukuran kandang di BIB (balai inseminasi buatan) ungaran, semarang secara umum adalah 4 x 2,5 x 2,5 meter. System kandang yang digunakan adalah kandang panggung dengan ketinggian kayu dari lantai beton 25cm – 30cm, sehingga memudahkan dalam sanitasi seperti pembersihan kotoran dari lantai kandang. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum, rantai pengikat ternak. Ternak diikat dengan rantai pada kedua sisi kandang, sehingga ternak mengarahkan kea rah tempat pakan dan minum.
Model kandang yang ada di BIB adalah model kandang individu yang bertujuan agar dalam Penanganan atau pemeliharaan ternak lebih mudah baik darisegi pemberian pakan dan minum, Penanganan kesehatan, dan perawatan serta sanitasi kandang. Berdasarkan tujuan dari kandang individu yang digunakan seperti yang diuraikan diatas sangat cocok untuk ternak sapi pejantan yang bertujuan untuk pengambilan sperma agar sperma yang dihasilkan berkualitas dan tingkat mortalitasnya bagus. Kandang setiap hari dibersihkan dari kotoran ternak dan lumut lumut tumbuh disekitar kandang, kandang setiap sebulan sekali dilakukan pengapuran untuk mencegah tumbuhnya lumut
.
Gambar 1. Sanitasi Kandang
b. Pembibitan
Pembibitan merupakan bakalan dari ternak yang telah diseleksi untuk dijadikan sebagai bibit ungul yang akan dipelihara. Atau merupakan salah satu kegiatan untuk menyeleksi ternak unggul yang dilihat dari postur badan. Status fisiologis, kesehatan ternak, dan lain - lain. Bibit ternak pejantan yang ada di Balai Inseminasi Buatan ungaran, semarang didatangkan dari luar negri, seperti sapi limousine dan simental yang langsung didatangkan dari Australia. Adapun yang didatangkan dari dalam kota maupun luar kota seperti sapi PO. Bibit yang sudah diseleksi tersebut lansung dikirim ke Balai Inseminasi Buatan ungaran dipelihara untuk pengambilan semen dan produksi semen.
Gambar 2. Ternak Pejantan
c. Pakan dan Pemberiannya
Manajemen Pakan dan pemberian pakan sangat penting dan harus diperhatikan dalam setiap usaha pemeliharaan ternak karena dengan begitu ternak yang dipelihara bisa bertahan hidup. Adapun beberapa jenis pakan yang diberikan untuk ternak pejantan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran antara lain:
1) Pakan Konsentrat
Pakan konsentrat diberikan dalam bentuk butiran (pellet). Konsentrat tersebut terbukti mengandung asam amino yang solid dan diperlukan oleh pejantan terutama untuk pembentukan spermatozoa.
2) Pakan Tambahan (feed additive)
Pakan tambahan diberikan dalam bentuk tepung yang dicampur dengan konsentrat pada saat pemberian, pakan tambahan yang digunakan adalah customix yang merupakan beberapa campuran vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral yang terkandung didalamnya adalah vitamin A,D3,E, antioxidant-ethoxyquin, Mn, Fe, Cu, Co, I.
Adapun kegunaan dari pakan tambahan yang diberikian untuk ternak di Balai Inseminasi Buatan adalah sebagai berikut:
• Melengkapi kebutuhan pakan seperti vitamin dan mineral untuk tubuh ternak
• Meningkatkan nafsu makan
• Meningkatkan fertilitas
• Mencegah penyakit yang disebabkan karena kekurangan vitamin dan mineral
3) Hijauan Pakan Ternak
Hijauan pakan ternak yang diberikan berupa rumput gajah (pennisetum purpureum). Pemberian rumput gajah sangat penting karena mengandung serat kasar yang tinggi yaitu 36,34%. Hal ini berguna dalam siistem pertumbuhan ternak.
Manajemen Pemberian pakan ternak dilakukan 3 kali dalam sehari setiap harinya yaitu pada pagi hari dimulai dari jam 07.00 berupa pakan konsentrat dalam bentuk pellet sebanyak 5 kg serta ditambahkan pakan tambahan (feed additive) yang dicampur dengan konsentrat, setelah itu ditambahkan dengan pemberian kecambah, pemberian kecambah berfungsi untuk produksi dan kualitas semen. Selanjutnya pada siang hari sekitar jam 09.00 diberikan hijauan yaitu berupa rumput gajah yang telah dicacah sebanyak 30 – 40 kg/ekor/hari. Pemberian pakan sore hari pukul 15.00 berupa hijauan yang telah dicacah sebanyak 30 – 40 kg/ekor/hari.
Rumput gajah yang baru dipanen disimpan selama 18 jam sebelum dicacah yang bertujuan untuk melayukan rumput sehingga kadar airnya berkurang, tujuan pencachan adalah untuk mencapai efisiensi konsumsi hijauan oleh ternak, sehingga memudahkan ternak dalam mengkonsumsi hujauan karena semua bagian dari rumput baik itu batang dan daun dapat dimakan oleh ternak.
Gambar 3. Pemberian Pakan Hijauan
d. Pengendalian Penyakit
Agar semen yang dihasilkan oleh pejantan berkualiats baik seahrusnya pejantan selalu dalm kindisi sehat. Karena pejantan yang tidak sehat dapat mengakibatkan kuantitas semen akan turun. Untuk itu di Balai Inseminasi Buatan Ungaran perawatan kesehatan ternak pejantan digolongkan sebagai berikut: 1) pencegahan penyakit, 2) pengendalian penyakit, 3) dan pengobatan penyakit.
1) Pencegahan Penyakit
Upaya pencegahan penyakit sangat penting untuk melindungi ternak dari penyakit adapun beberapa tindakan yang dilakukan seperti pemotongan kuku hal ini dilakukan agar ternak pada saat menaiki ternak pemancing atau teaser mudah, selain itu tujuan dari pemotongan kuku adalah agar ternak mudah bergerak dan tidak terserang penyakit. Pemotongan kuku dilakukan selama 1 bulan sekali dengan menggunakan rennet, pahat, palu, dan kikir. Kuku pejantan juga diolesi oleh cool teer agar mencegah jasad renik masuk kedalam kuku yang lunak.
Vaksinasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh ternak terhadap penyakit sedangkan pemberian vitamin dilakukan setiap 2 mingga sekali. Perawatan kulit juga sangat penting agar ternak tidak mudah terkena penyakit, ternak pejantan setiap hari dimandikan dan membersihkan tubuh ternak dari kotoran
Gambar 4. Penyemprotan Desinfektan
2) Pengendalian Penyakit
Pemeriksaan kesehatan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran dilakukan secara laboratorium yaitu dengan cara pengambilan sample darah dan feses. Hal ini dilakukan untuk mengetahui penyakit pada ternak dan untuk mengantisipasi penyakit menular. Selama kegitan PKL berlangsung pengambilan sample darah hanya dilakukan satu kali.
3) Pengobatan Penyakit
Ternak pejantan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran pengobatannya hanya berupa penyemprotan gosanek dan salap antiseptic karena ternak hanya menderita luka karena gesekan dan goresan.
e.Recording
Recording untuk pemeliharaan pejantan IB yang ada di Balai Inseminasi Buatan adalah recording kesehatan dan berat badan. Sedangkan recording untuk produksi semen beku adalah recording produksi, penjualan dan hasil pengujian fertilitas semen beku.
1. Recording Kesehatan
Recording kesehatan merupakan pencatatan mengenai data kesehatan ternak sehingga memudahkan dalam pengontrolan ternak pejantan.
2. Recording Penimbangan
Recording penimbangan merupakan pencatatan untuk mengetahui pertambahan berat badan pada setiap ekor pejantan. Kegiatan penimbangan yang ada di Balai Inseminasi Buatan ungaran, semarang dilakukan setiap akhir bulan.
3. Recording Produksi
Recording produksi merupakan pencatatan terhadap jumlah produksi per hari, per bangsa sapi maupun jumlah komulatif harus dicatat sehingga memudahkan mengetahui jumlah produksi yang telah dicapai.
4. Recording Penjualan
Recording penjualan merupakan pencatatan terhadap jumlah penjualan per daerah dan per bangsa sapi.
5. Recording hHasil Pengujian Fertilitas Semen Beku
Rekording hasil pengujian fertilitas semen beku merupakan pencatatan terhadap jumlah Inseminasi per kebuntingan, pencatatan meliputi data per pejantan, per bangsa sapi dan per daerah.
f. Pemanenan Hasil/Pemasaran (Distribusi Semen Beku)
Sesuai dengan fungsinya Balai Inseminasi Buatan Ungaran mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan, promosi, distribusi dan pemasaran semen beku khususnya di propensi jawa tengah. Adapun produksi semen beku ditetapkan berdasarkan kesepakatan kerjasama antara koperasi Gembala Makmur yang menetapkan harga sebesar Rp. 5.000/dosis.
Daerah tujuan distribusi semen beku BIB Ungaran sekitar jawa tengah. Adapun syarat-syarat pelaksanaan administrasi yang harus dipenuhi dalam penjualan semen beku adalah mengeluarkan/mencatat semen beku yang dijual pada buku masing-masing pejantan, mengisi buku induk penjualan semen beku, menghapus kartu penyimpanan semen beku sesuai dengan jumlah yang dijual. Setelah itu mengisi data masing-masing penjualan semen beku pada kartu untuk dipindahkan, kemudian membuat kartu petunjuk dan berita acara serah terima semen beku sesuai dengan jumlah semen beku yang dikirim.
g. Penanganan limbah
Limbah yang ada di Balai Inseminasi Buatan Ungaran berupa limbah padat dan cair, limbah padat dari kotoran sapi setiap hari disimpan di tempat penampungan untuk dijadikan pupuk kompos yang bertujuan sebagai pupuk untuk kebun rumput yang berada disekitar kandang, sedangkan limbah cair ditampung dan digunakan untuk pembuatan biogas, selain itu langsung dialirkan kekebun rumput disekitar kandang.
Gambar 5. Pengangkutan Limbah
2. Proses Produksi Semen Beku
Balai Inseminasi Buatan Ungaran merupakan unit pelaksana teknis dinas peternakan jawa tengah yang bertugas untuk memproduksi, mendistribusikan dan memasarkan semen beku. Adapun beberapa kegiatan proses produksi semen beku antara lain:
a. Pembuatan Bahan Pengencer
Bahan pengencer adalah suatu dengan syarat – syarat tertentu yang ditambahkan kedalam semen segar dengan perbandingan tertentu, sehingga volume semen beratambah. Pembuatan pengencer dilakukan sehari sebelum penampungan semen.
1) Syarat Pengencer
a) Murah, sederhana, praktis dan mudah dibuat
b) Tidak mengandung zat – zat toksik/ beracun terhadap spermatozoa maupun saluran reproduksi betina
c) Mengandung unsur atau sifat fisik atau kimiawi yang sama dengan karakteristik semen
d) Memberi penilaian sperma sesudah pengenceran
e) Tidak melebihi daya fertilisasi sperma
2) Fungsi Pengencer
a) Melindungi spermatozoa terhadap cool shok
b) Menyediakan zat makanan sebagai sumber energi spermatozoa
c) Memperbanyak volume semen
d) Mencegah pertumbuhan kuman
3) Bahan dan Cara Pembuatan Pengencer Semen Sapi
a) Susu skim
b) Aquabidest
c) Kuning telur
d) Glukosa
e) Gliserol
b. Cara Membuat Pengencer
1) Membuat buffer 1000 cc
• Susu Skim 100 ml
• Aquabidest 960 ml
Kedua bahan tersebut dicampur dan kemudian dipanaskan sampai mencapai suhu 920c - 950 c, setelah mencapai suhu tersebut didiamkan selama 12 menit kemudian disaring dan setelah dingin disimpan didalam refrigenerator. Setelah dingin ditambahkan antibiotika berupa penicillin 2 flc dan streptomycin 5 flc dicampur dan ditambahkan aquab€dest sampai volumenya menjadi 30 cc.
2) Membuat penngencer part A (untuk 400 cc)
• Buffer Antiiotika 360cc
• Kuning Telur 40cc
3) Membuat pengencer part B (400)
• Buffer Antibiotika 360cc
• Gliserol 40ml
• Kuning Telur 40ml
• Glukosa 8 gram
Masing – masing pengencer tersebut dicampur sampai homogen.
Gambar 6. Pembuatan Pengencer
3. Proses Penampungan Sperma
a. Mempersiapkan Vagina Buatan
Sebelum melakukan penmapungan sebaiknya mempersiapkan vagina buatan, sebagai berikut:
1) Memasang corong karet pada badan vagina buatan dan posisi lubang udara pada corong harus sejajar dengan kran vagina buatan kemudian diikat dengan tali pita agar pada saat pelaksanaan penampungan, corong tidak terlepas dari tabung vagina buatan.
2) Memasang tabung sperma pada ujung corong AV lalu diikat dengan tali pita kemudian ditempel kertas label sesuai dengan kode pejantan yang akan ditampung. Pemberian label bertujuan untuk mengetahui hasil penampungan dari pejantan.
3) Memasang pelindung tabung sperma dengan tujuan agar sperma tidak langsung terkena sinar matahari dan melindungi pecahnya tabung sperma dari benturan.
4) Memasang plastik pelindung sehingga corong ataupun tabung sperma tetap terlindung dari kotoran dan tidak terlepas dari badan vagina buatan.
5) Mengisi air hangat dengan suhu 420c- 480c.
6) Memberi vaselin secukupnya melalui vagina buatan 1/3 bagian, dengan menggunakan stick glass atau fibber glass bertujuan agar pada saat penampungan penis pejantan setelah masuk kedalam vagina buatan tidak terluka.
7) Mengisi udara melalui kran vagina buatan dengan cara memompa atau meniup dan diatur kekenyalannya menyerupai aat kelamin betina.
8) Mengecek kembali vagina buatan sebelum digunakan untuk penampungan.
b. Pelaksanaan Penampungan Semen
Penampungan semen adalah proses pengambilan semen dari pejantan yang telah dewasa tubuh dan dewasa kelamin dengan menggunakan vagina buatan ataupun dengan elektroejakulator yang dibuat menyerupai alat kelamin betina, Balai Inseminasi Buatan Ungaran penampungan semen dilakukan setiap 2 kali dalam seminggu yaitu pada hari senin dan kamis, pengambilan semn menggunakan vagina buatan. Adapun beberapa prosedur dalam penampungan semen yaitu;
1) Mempersiapkan pejantan yang akan ditampung beserta teasernya, pajantan dan teaser harus dalam keadaan bersih dan sehat khususnya pada bagian preputium agar tidak mempengaruhi kualitas semen. Memasukkan teaser kedalam kandang kawin atau kandang jepit.
2) Mendekatkan pejantan dengan teaser dan mengusahakan pejantan tersebut menaiki teaser beberapa kali sampai libidonya memuncak, pada saat pejantan menaiki teaser dan penis pejantan keluar collector harus dalam keadaan siap kemudian mengarahkan penis pejantan dengan memegang pangkal dari preputium ke posisi samping atau kearah collector, tangan kiri menggunakan sarung tangan plastic untuk setiap pejantan.
3) Tempat penampungan harus selalu dalam keadaan tenang dan lantai tempat penampungan diberi lapisan matras berupa sabut kelapa agar tidak licin dan pada saat hentakan kaki pejantan pada saat menuruni teaser tidak terlalu keras.
c. Melakukan penampungan semen
Pada saat penampungan sebaiknya collector selalu dalam keadan siap sehingga saat pejantan menaiki teaser dan libidonya telah memuncak maka penis dari pejantan akan keluar maka pada saat itu collector harus memegang penis dan mengarahkan kedalam vagina buatan sehingga mempermudah proses ejakulasi terjadi.
Semen yang telah ditampung segera dibawa ke laboratorium untuk diperiksa untuk menentukan apakah semen tersebut layak untuk diproduksi menjadi semen beku
4. Pemeriksaan Semen Segar
Semen dari hasil penampungan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa sebelum diproses menjadi semen beku. Pemeriksaan semen segar yang ada di Balai Inseminasi Buatan Ungaran dilakukan dengan cara makroskopis dan mikroskopis, pemeriksaan secara makroskopis bertujuan untuk mengetahui volume (rata – rata pada sapi 5cc), warna (susu, krem, kuning), dan konsistensi (encer, sedang, kental).
Sedangkan pemeriksaan secara mikroskopis meliputi (konsentrasi, gerakan massa, motilitas minimal 55%) bertujuan untuk mengetahui gerakan dan jumlah sperma serta untuk mengetahui ketahanan sperma didalam alat reproduksi betina, karena selama perjalanannya dalam saluran reproduksi betina sperma mengalami perubahan fisiologik.
Untuk mempertinggi daya fertilitasnya, proses ini disebut kapasitasi. Setelah pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis selesai semen yang tidak memenuhi standar dibuang, sedangkan yang memenuhi standar segera diproses melalui prosespengenceran.
5. Proses Pengenceran
Proses pengenceran merupakan tahapan selanjutnya dari proses produksi semen beku, yang bertujuan untuk memperbanyak volume semen.
Di Balai Inseminasi Buatan Ungaran pengenceran dilakukan setelah semen segar telah dievaluasi atau diperiksa. Pengenceran semen dilakukan dengan cara semen yang akan diproses dicampur dengan part A yang telah disimpan dalam ingkubator (water jaket) dengan suhu 370C dan diberi label no bull, kemudian disimpan dalam cool toop dengan suhu 40C selama 35 menit, setelah 35 menit water jaketnya dilepaskan, 50 menit kemudian dilakukan pencampuran dengan part A extra yang telah disiapkan dalam cool top.
Pencampuran part B dilakukan 4 kali selama 15 menit didalam cool top (proses glycerolisasi), dua stengah jam (2,5 jam) setelah pencampuran dengan part B selesai dilakukan pemeriksaan pemeriksaan melalui mikroskop untuk mengetahui persentase hidup dan mati spermatozoa. Menurut djanuar (1985) menyatakan bahwa pengenceran yang tepat bagi semen sapi jantan yang diketahui fertilitasnya sebaiknya didasarkan atas jumlah spermatozoa dan kandungannya bukan atas volumenya.
Gamabar 7. Proses pengenceran Di CoolTop
6. Printing Straw
Printing straw adalah proses mencetak identitas pejantan pada yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan, identiras tersebut meliputi, jenis pejantan, nama pejantan nomor, kode pejantan, batch number dan nama produsen semen beku.
Warna straw yang digunakan juga bervariasi hal ini disesuaikan dengan jenis pejantan yang semennya akan diproses atau diproduksi. Warna straw untuk jenis pejantan Brahman (biru tua), Simmental (bening), limousine (merah muda), untuk FH (abu - abu). Menurut toelihere (1981) bahwa straw dapat dibuat dalam berbagai warna, dimana setiap warna untuk identifikasi tertentu. Pelaksanaan printing straw dilakukan bersamaan dengan waktu pengenceran semen setelah diketahui jumlah straw yang akan dicetak. Volume semen yang dapat ditampung untuk setiap straw adalah 0,25 cc. straw yang telah dibuat atau telah diprinting disimpandalam cool top.
7. Filling dan Sealing
Filling dan sealing adalah suatu proses pengisian mini straw dengan 0,25 cc semen yang telah diencerkan setelah itu menyumbat ujung straw dengan alat yang bekerja secara otomatis. Proses filling dan sealing dilakukan didalam cool top yang bersuhu 40c hal ini bertujuan untuk mempertahankan motilitas semen. Menurut toelihere (1981) menyatakan bahwa jumlah semen dalam straw adalah 0,5 ml, sedangkan untuk mimi straw 0,25 ml. dimana konsentrasi sperma harus jauh lebih tinggi dan tetap mengandung minimal 12 juta sel untuk setiap straw.
Proses filling dan sealing menggunakan mesin yang bekerja secara otomatis, cara kerjanya sebagai berikut: 1) memasang jarum pengisap dan corong tempat semen dan jarum pengisi pada tempatnya, 2) mejalankan mesin dan mengatur letak straw, 3) mengatur jarum supaya bisa masuk kedalam straw dan memasukkan semen kedalam corong semen, 4) menjalankan vacuum pengisap dan mesin bronsor, 5) mesin filling dan sealing dijalankan dan mengawasi straw sedang diisi, kemudian menghitung straw dengan menggunakan rak. Waktu pengisian semen untuk setiap straw adalah 0,18 detik.
8. Proses Freezing atau Pembekuan
Setelah melalui proses filling dan sealing straw tersebut dipindahkan kedalam countainer yang berisi nitrogen cair atau N2 cair yang mempunyai suhu – 1960c. agar semen tidak mengalami cool sock atau kejutan dingin yang dapat membunuh sperma maka harus melalui 2 tahap yaitu proses pra pembekuan dan tahap pembekuan. Pra pembekuan proses penurunan suhu semen dari 40c menjadi -1100c sampai dengan -1200c. dengan cara straw yang berada dalam rak dipindahkan kedalam box countainer dan ditempatkan 4cm diatas permukaan nitrogen cair dengan suhu -1100c sampai dengan -1200c, proses ini dilakukan didalam storage countainer selama 9 menit.
Tahap freezing adalah proses penurunan suhu semen menjadi -1960c. straw dipindahkan kedalam goblet kemudian dimasukkan kedalam canister dan direndam dalam nitrogen cair yang suhunya -1960c didalam countainer. Penurunan suhu secara perlahan – lahan dari mulai suhu 40c sebelum dibekukan dan proses pra pembekuan dengan suhu -1100c sampai dengan -1200c serta proses pembekuan atau freezing dengan suhu -1960c, bertujuan untuk mengatasi problema cool sock terhadap spermatozoa.
9. Pemeriksaan Kualitas Semen Beku
Pemeriksaan semen beku bertujuan untuk menjaga dan mengetahui kualitas semen beku yang diproduksi di Balai Inseminasi Buatan Ungaran sebelum didistribusikan atau dijual. Pemeriksaan dilakukan pada esok harinya setelah proses pembekuan atau freezing dengan mengambil 2 sampai 3 dosis dari masing – masing pejantan. Pemeriksaan dilakukan untuk menilai persentase hidup dan gerakan spermatozoa dengan menggunakan mikroskop. Sebelum pemeriksaan dilkakukan pada mikroskop dilakukan thawing yaitu pencairan kembali semen beku dengan cara sebagai berikut; 1) air ledeng/air sumur selama ± 30 detik, 2) air hangat dengan suhu 370c ±15 detik.
Thawing dilakukan apabila kurva peningkatan kurva suhu semen naik secara konstan waktu inseminasi. Suhu semen yang tidak konstan dapat menyebabkan sperma mati. Semen beku yang sudah dithawing tidak dapat disimpan kembali, apabila semen telah dithawing diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui gerakan dan jumlah sperma yang akan digunakan untuk IB, serta untuk mengetahui ketahanan sperma didalam alat reproduksi betina.
Karena selama perjalannannya didalam saluran reproduksi betina sperma mengalami perubahan fisiologik untuk mempertinggi daya fertilitasnya, proses tersebut disebut kapasitasi. Kapasitas diperlukan karena terdapat indikasi bahwa perubahan acrosoma terjadi lebih awal sebelum sperma memasuki ovum melaliu zona pellucida yang berlangsung selama 4 – 6 jam. Untuk menjaga kualitas semen beku di Balai Inseminasi Buatan Pemeriksaan semen beku melalui 2 tahap yaitu 1) test after thawing, 2) test water incubator.
a. Test After Thawing
Bertujuan untuk mengetahui apakah semen beku masih layak digunakan untuk IB. pada tes ini ditentukan standart minimal gerakan individu sperma 3+ dan persentase sperma hidup adalah 40%. Untuk 1 dosis semen beku atau satu buah straw mengandung 25 juta sel sperma, jadi prosentase yang hidup = 40/100 x 25 juta = 10.000.000. sperma/inseminasi, dengan sperma yang motil antara 5 – 15 juta / inseminasi (dirjen peternakan 2000).
Cara melakukan test after thawing yaitu menyiapkan tabung yang berisi 2 cc pengencer part A. simpan didalam incubator yang berisi aquabidest dengan temperature 370c, kemudian mengambil 2 buah straw semen beku dan thawing dengan air hangat 370c selama ± 15 detik kemudian keringkan dengan kertas tissue dan potong kedua ujung straw. Teteskan kedalam tabung yang telah disiapkan campurkan dengan menggunakan stick glass teteskan semen tersebut diatas objek glass yang telah disiapkan diatas warmer stage dan tutup dengan cover glass kemudian lihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10 x 10 dan hitung persentase spermatozoa yang hidup dengan penilaian antara 0 – 100%, kemudian melihat gerakan individu sperma dengan penilaian 0 (tidak ada gerakan), 1 (gerakan ditempat), 2 (gerakan lamban), 3 (gerakan cepat), 4 (gerakan sangat cepat).
Setelah itu simpan kembali tabung yang berisi semen tersebut kedalam incubator untuk test water incubator. Half dan elliot (1954) menyatakan bahwa thawing pada air yang bersuhu 380c sampai 400c menghasilkan daya tahan hidup sperma yang lebih baik bila dibandingkan dengan suhu yang rendah. Sebaliknya thawing pada suhu 50c menghasilkan pergerakan yeng lebih baik bila dibandingkan dengan thawing dengan suhu 380c (van demark et al, 1957).
Gambar 8. Test After Thawing
b. Test Water Incubator
Test water incubator bertujuan untuk mengetahui jumlah spermatozoa yang dapat bertahan sampai didalam alat reproduksi betina dalam waktu 4 jam. Latar belakang test ini adalah waktu kapasitas spermatozoa dalam saluran reproduksi saluran ternak betina 4 – 7 jam.
Menurut Pfisterhammer (1975) menyatakan bahwa semen beku yang sudah dithawing diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui persentase sperma motil, selain itu dilakukan pemeriksaan water incubator untuk mengetahui ketahanan spermatozoa didalam saluran reproduksi betina karena selama perjalanannya spermatozoa mengalami persiapan dan perubahan fisiologik sebelum mencapai ovum.
Toelihere (1981) menyatakan bahwa spermatozoa tidak sanggup membuahi ovum segera sesudah memasuki saluran kelamin betina tetapi memerlukan waktu waktu 4 – 6 jam didalam uterus atau tuba fallopi sebelum menembus zona pellucida.
Cara melakukan test water incubator adalah langkah awal adalah menyimpan tabung yang berisi semen (setelah dithawing) dalam water incubator selama 4 jam. Kemudian diperiksa dibawah mikroskop. Persentase sperma motil dengan gerakan standart individu minimal 10 % yang hidup dengan gerakan individu 2. tabung yang berisi semen tadi disimpan lagi dalam water incubator selama 3 jam (total 7 jam). Kemudian diperiksa lagi dibawah mikroskop, persentase sperma motil minimal 5% dan gerakan individu minimal 2. hasil uji kwalitas test after thawing 0 jam dan water incubator 4 jam.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapang) yang dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran Semarang, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang dilakukan di BIB Ungaran meliputi Pemeliharaan Ternak Pejantan dan Prosese Produksi Semen Beku. Adapun beberapa langkah dalam Proses Produksi Semen Beku yaitu sebagai berikut:
1. Pembuatan bahan pengencer yang terdiri dari Pengencer Part A dan Part B
2. Pemeriksaan semen segar secara Makroskopis dan Mikroskopis
3. Proses pengenceran
4. Printing straw
5. Filling dan sealing
6. Proses freezing atau pembekuan
7. Pemeriksaan kualitas semen beku dengan cara Test After Thawing dan Test Water Incubator.
Apabila dari porsedur pembuatan semen beku yang ada di Balai Inseminasi Buatan Ungaran sudah berjalan dengan baik dan ditangani oleh pekerja yang ahli dalam bidang masing-masing. Selain itu kelengkapan peralatan sudah lengkap dan menggunakan peralatan yang modern sehingga menpercepat proses pembuatan semen beku. Sedangkan untuk pemeliharaan pejantan untuk IB sudah efektif.
Manajemen pemeliharaan di Balai Inseminasi Buatan sudah efektif dilihat dari managemen pemberian pakan dan pencegahan dan Penanganan penyakit.
B. Saran
1. Pemasaran semen beku diusahakan tidak hanya didistribusikan di daerah Jawa Tengah saja tetapi harus diusahakan didistribusikan keluar daerah Jawa Tengah.
2. Perlu adanya promosi kedaerah-daerah luar Jawa Tengah untuk mencari atau menarik pelanggan yang dapat bekerjasama memasarkan semen beku.
3. Alas kandang dengan menggunakan papan tidak bertahan lama papan sewaktu-waktu bisa lapuk sehingga menyebabkan ternak bisa terjatuh.
4. Penanganan limbah harus diupayakan menjadi pupuk kompos yang bisa dipasarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Almquist , J.O. 1968. Dairy Cattle. Dalam : E.J Perry (E.d). The Artifical Inseminasi of Farm Animal. Fourth Revised Edition. Rutgers University Press, New Jersey.
Anonymus, 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius : Yogyakarta.
Anonymus. 1992. Petunjuk Beternak Sapi Potong. Kanisius Yogyakata.
Darmono. 1992. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius, Jakarta.
Dirjen Peternakan, 2000. Prosedur Tetap Produksi dan Distribusi Semen Beku. Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta.
Djanuar, R,. Haryati. C. T. R. Tagama. 1985. Dasar-Dasar Insemenasi Buatan Pada Ternak Sapi. Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.
Flipse, R.J. and J.O Almquist. 1961. Effect of Total Digestible Nutrient Intake Form Birth To Four Years Of Age On Growth And Reproductive Development And Performance Of dairy Bills. J. Dairy Sci.,44.095
Foster , J. .J.O Almquist and R.C. Martig, 1970. Reproductive.capacity Of Beef Bull. IV. Changes In Sexual Behavior And Semen Characterisitic Among Sucsessive Ejaculation, J. Anim. Sci. 30, 245.
Hafez, E. S. E. 1993. Anatomy of Male Reproduction. Dalam E. S. E. Hafez (E.d) Reproduction in Farm Animals. Sixth Edition. Lea and Febiger Philadelphia.
Hartadi, H. S. 1986. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia.Universytas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Frandson. R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke empat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hardopranjoto, S. 1991. Fisiologi dan Reproduksi edisi kedua .Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Erlangga Surabaya.
Pane, L. 1986. Pemiliabiakan ternak Sapi. PT. Gramedia Pustaka utama. Jakarta.
Partidhihardjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara. Jakarta.
Murtidjo, B. A. 1995. Beternak Sapi Potong. Kanisius, Yogyakarta.
Salisbury, G.W.dan N.L. Van Denmark. 1985. Fisiologi Reproduksi Dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjha Mada University Press Yogyakarta.
Srigandono, B. 1987. Kamus Istilah Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung.
Toelihere, M.R. dan M.B. Taurin. 1979. Semen Beku edisi ketiga. Departemen Reproduksi Institute Pertanian Bogor, Bogor.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar