Sabtu, 28 Februari 2009

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Awalnya yang gemar minum susu adalah orang asing saja seperti orang Belanda, Arab dan India karena mereka lebih awal tahu akan manfaat susu kambing dan sapi. Dengan adanya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan susu yang sangat penting untuk pertumbuhan maka usaha peternakan sapi perah berkembang sangat pesat. Selain itu sapi perah telah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.
Usaha pemeliharaan sapi perah yang ada di indonesia hanya diusahakan didaerah-daerah yang beriklim dingin saja, hal ini dikarenakan ternak sapi perah hanya cocok dengan iklim dingin. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran sapi perah di Indonesia yaitu temperatur, daerah konsumen dan komunikasi. Peternakan sapi perah selain menghasilkan susu juga berkaitan erat dengan pertanian karena ternak sapi perah menghasilkan kotoran atau limbah yang dapat dimanfaatkan dan dikelolah sebagai pupuk kompos.
Adapun beberapa faktor yang menghambat usaha peternakan sapi perah di Indonesia adalah modal, iklim, tenaga kerja dan marketing. Sesuai dengan pernyataan dari Dirjen Peternakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan akan permintaan susu, Indonesia masih harus mengimport dari luar negri sebanyak 80% sedangkan produksi dalam negri hanya mencapai 20%.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka telah banyak industri-industri sapi perah, untuk menghasilkan susu yang berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat maka dalam setiap usaha peternakan sapi perah harus memperhatikan manajemen pemeliharaannya yang meliputi: 1) Perkandangan, 2) Pembibitan, 3) Pakan, 4) Pengendalaian Penyakit, 5) Recording, 6) Pemanenan, 7) Penanganan Limbah.
Agar usaha peternakan sapi perah berjalan dengan baik maka manajemen pemeliharaannya harus diperhatikan karena saling berkaitan satu dengan yang lain karena akan menentukan tingkat keberhasilan usaha peternakan sapi perah.

B. Tujuan
• Untuk mengetahui manajemen pemeliharaan sapi perah
• Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam usaha pemeliharaan sapi perah
• Terjun langsung dalam setiap kegiatan pemeliharaan sapi perah
• Untuk membandingkan teori dan kondisi nyata dilapangan
• Sebagai salah satu persyaratan dalam kegiatan pembelajaran program D4 VEDCA.

C. Sasaran
• Manajemen pemeliharaan sapi meliputi perkandangan, pembibitan, kesehatan, recording, pakan dan pemberiannya, penaganan limbah dan pemasaran
• Mendapat pengalaman yang riil di lapangan
• Untuk diterapkan didalam dunia kerja

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Perkandangan
Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga. Menurut Siregar (2006) menyatakan bahwa pembuatan kandang ada beberapa persyaratan sebagai berikut :
1. Memberi kenyamanan bagi sapi-sapi yang digemukkan dan bagi
pemelihara ataupun pekerja kandang.
2. Memenuhi persayaratan bagi kesehatan sapi
3. Mempunyai ventilasiatau pertukaran udara yang sempurna
4. Mudah dibersihkan dan terjaga kebersihannya
5. Memberi kemudahan bagi peternak ataupun pekerja kandang pada saat bekerja sehingga efisiensi kerja dapat tercapai
6. Bahan-bahan kandang yang digunakan bertahan lama, tidak mudah lapuk, harganya relative murah dan mudah didapat didaerah sekitar
7. Tidak ada genangan ait diluar ataupun diluar kandang.

Pemilihan Bibit Sapi Perah
Pemilihan bibit akan menentukan majunya peternakan yang akan dikembangkan. Bangsa-bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan pakan sesuai sehingga mampu memberikan keuntungan tertentu dibandingakan bangsa lainnya. Bangsa-bangsa sapi dapat dibagi menjadi 4 yaitu bangsa Eropa, bangsa India, bangsa yang dikembangkan di Amerika Serikat dan yang terakhir disebut bangsa eksotik. Sebenarnya tidak ada bangsa yagn sempurna sebab setiap ternak memeliki sifat-sifat yang cocok untuk keadaan tertentu ataupun tidak cocok untuk keadaan tertentu pula.
Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan peternak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi reproduksi, kemauan memelihara dan menyusui anak, ukuran badan pertambahan berat badan. (Blakely dan Blade, 1996

C. Penyakit
Kejadian penyakit diare pada pedet sangat tinggi diare dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan protozoa. Anonimus (2006) menyatakan bahwa E. coli merupakan salah satu penyebab diare pada sapi. Yang menyebabkan jaringan epitel dalam usus berubah fungsi dari metode penyerapan (nutrisi) menjadi metode pengeluaran. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengobatan penyakit diare berupa antibiotik (streptomicyn) dapat mengurangi populasi bakteri sehingga proses pencernaan dapat berjalan dengan normal kembali. Selain penyakit klinis, terdapat pula penyakit reproduksi

D. Pakan
Menurut Hartadi (1986) konsentrat adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keseimbangan nutrisi dari keseluruhan bahan pakan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau pakan pelengkap.
Menurut Murtidjo (1990) bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu pakan hijauan, paka penguat dan pakan tambahan. 1)Pakan hijauan yaitu semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan. Yamg termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan lain. Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu berupa hijauan segar dan kering. 2) pakan penguat yaitu pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar relative rendah dan mudah dicerna.
Bahan pakan penguat meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil kelapa, tetes.. yang berfungsi untuk meningkatkan dan memperkaya nilai nutrient pada bahan pakan lain ayng nilai nutriennya rendah. 3) pakan tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang hidupnya berada dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain vitamin A dan D, mineral terutama Ca dan P, urea. (Anonimus, 2001).
Dalam menyusun pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu tersedianya bahan baku pakan yang digunakan, kandungan zat-zat pakan dari bahan baku tersebut dan kebutuhan zat pakannya pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak karena kebutuhan zat pakan dan jumlah konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan pertambahan bobot badan tidak maksimal (Tillman, 1998).
Pakan adalah bahan yang dapat dikonsumsi dan dicerna oleh ternak, yang mengandung kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan ternak.
Pakan menurut cullison (1982) memiliki fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama bagi ternak adalah;
a. Sebagai bahan material untuk menyusun dan menjaga struktur tubuh.
b. Sebagai sumber energi.
c. Untuk menjaga keseimbangan metabolisme dalam tubuh.
Adapun fungsi tambahan pakan adalah sebagai sumber energi untuk proses produksi susu, daging, kulit, dan wool. Bahan pakan yang dipilih harus berkualitas dan memenuhi syarat yaitu tidak berjamur dan tidak berdebu. Konsentrat adalah pakan ternak yang berasal dari biji – bijian atau hasil samping dari pengelolaan produk pertanian seperti; bungkil kacang, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, ampas tahu, tetes dan sebagainya. Biasanya pakan konsentrat mengandung protein yang tinggi (Darmono, 1992).
Dalam menyusun pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tersedianya bahan baku yang akan digunakan, kandungan zat – zat makanan dari bahan baku tersebut dan kebutuhan zat makanannya.
Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak karena kebutuhan zat makanan dan jumlah konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan pertambahan bobot badan tidak maksimal (Tillman, dkk; 1998).
Wahyono dan Hardianto (2004) menyatakan bahwa dedak pada mengandung bahan kering 91,27%, serat kasar 18,51%, dan protein kasar sebesar 9,96%.

E. Penanganan Limbah
Limbah dari ternak dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi apabila dikelola dengan baik. Kotoran cair dan padat dari etrnak pada umumnya digunakan sebagai pupuk organic bagi tanaman pertanian ataupun lahan hiajuan makanan ternak (Darmono, 19920
1. Limbah Cair
Proses Produksi dalam Usaha Peternakan Sapi Perah Proses produksi dimulai dengan sistem usaha peternakan yang menerapkan konsep produksi bersih dengan harapan agar kegiatan tersebut ramah lingkungan (Gambar 3). Bagan alir tersebut menunjukkan bahwa semua produk yang dihasilkan oleh perusahaan seperti daging (sapi apkir), susu, feces, urine, sisa pakan, pupuk organik, ikan, dan eceng gondok (Eichornia crassipes) dapat dimanfaatkan dengan baik untuk masing-masing cabang usahatani dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Limbah-limbah yang dihasilkan, baik limbah padat maupun cair dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang.
Limbah padat diproses menjadi pupuk organik (Fine Compost) yang dimanfaatkan untuk tanaman di persawahan ataupun di lahan kering, sehingga lahan, di samping hasil utama berupa padi dan palawija, juga menghasilkan jerami yang dimanfaatkan sebagai pakan sapi. Kolam ikan, di samping menghasilkan ikan, juga menghasilkan lumpur kolam untuk bahan pembuatan kompos. Dengan demikian tidak ada limbah yang terbuang langsung ke lingkungan http://www.disnak.jabar.go.id/data/arsip/pengelolaan%20limbah%20cair.pdf.

F. Tatalaksana Reproduksi
Anonimus (2002) menyatakan bahwa keberhasilan perkawinan alami mampu mencapai 85% – 90% dan nilai tersebut akan lebih rendah lagi bila dibandingkan dengan inseminasi buatan. Hafez (1993) menambahkan bahwa pejantan sapi perah mampu mengawini 30 – 60 induk dalam system perkawinan pasture.

1. Pemeriksaan Kebuntingan
Pemeriksaan kebuntingan merupakan salah satu metode untuk mengetahui status reproduksi dan mendeteksi lebih dini kemungkinan terjadi masalah pada saluran reproduksi induk (Kroker dan Clarke, 2000).
Palpasi rectal pada sapi dilakukan dengan meraba uterus melalui rektum rectal untuk mengetahui perkembangan fetus bila terjadi kebutingan. Metode ini dilakukan pada masa awal kebuntingan hasilnya, cukup akurat dan dapat diketahui segera (Hafez, 1993).

2. Gejala-gejala Kelahiran
Harbers (1981) menyatakan bahwa pada sapi dan kerbau ligament-ligamen pelvis, terutama ligamen sacroischiadicus sangat mengendur menyebabkan penurunan ligament dan urat daging. Pada kebanyakan sapi pengenduran ligamen-ligamen menandakan bahwa partus akan terjadi dalam waktu 24-48 jam.

3. Tahap-Tahap Kelahiran
Pada saat menjelang kelahiran ada 3 tahap kelahiran pada ternak, Gillitte dan Holm (1963) mengatakan bahwa ada tiga tahap kelahiran yaitu 1) adanya kontraksi aktif serabut-serabut urat daging longitudinal, sirkuler pada dinding uterus dan dilatasi cervix, 2) pemasukan fetus kedalam saluran kelahiran yang berdilatasi, rupture kantung allantois, kontraksi abdominal atau perejanan dan pengeluaran fetus melalui vulva, 3) pengeluaran selaput fetus dan involusi uterus, sesudah pengeluaran fetus uterus tetap berkontraksi secara kuat selama 48 jam dan melemah.

4. Penanganan Kelahiran
Thomas (1992), menyatakan bahwa salah satu upaya untuk meminimalisasi kematian pedet yang baru lahir adalah memberikan disinfektan pada pusar berupa iodium 10% untuk mencegah infeksi.
Ritchi dan Anderson (2006), menyatakan bahwa salah satu inisiasi kelahiran adalah faktor hormonal terutama menurunnya hormone progesterone dan disekresikannya oxytocin sehingga induk terus mengejan dan terlihat gelisah.
Menurut Kirk (2006) pedet yang baru lahir tidak memiliki antibodi untuk memproteksi dirinya dari penyakit. Sesaat setelah dilahirkan induk memberikan antibodi pasif melalui pemberian kolostrum, kolostrum mengandung antibodi dalam bentuk immunoglobulin (Ig) yang dapat melindungi pedet dari serangan penyakit.

5. Pemberian Tanda/Penomoran Pada Pedet
Duren (2006) menyatakan bahwa hal-hal yang dapat dicatat pada recording pedet adalah nomor identifikasi induk, pejantan, nomor identifikasi pedet, waktu lahir, berat lahir dan jenis kelamin.
Sedangkan Ebert (2006) menyatakan bahwa penandaan pada ternak, sangat penting untuk recording yang akurat untuk tiap ternak, dalam program pemuliaan ternak adanya tanda pada ternak akan mempermudah untuk mengetahui silsilah dari tiap ternak. Selain itu adanya tanda pada ternak yang didukung oleh recording yang akurat dapat memberikan gambaran produksi dari ternak tersebut.

6. Penyapihan
Perubahan kondisi tubuh induk akan mempengaruhi proses biologis. Induk yang menyusui secara fisiologis akan berusaha memenuhi kebutuhan tubuhnya dan susu pedet.

7. Pemeliharaan Pedet
Hari pertama setelah pedet dilahirkan merupakan periode kritis, oleh karena itu perlu mendapat perawatan yang maksimal. Untuk menjamin bahwa anak pedet yang dilahirkan dalam keadaan sehat. Maka pemberian kolustrum sangat penting untuk pertumbuhan pedet. (Adi Sudono, 1969).

Pedet yang baru dilahirkan lendir yang terdapat pada hidung dan mulut harus segera dibersihkan bertujuan untuk membantu pedet bernafas. Setelah itupusar pedet dipotong dan di rendam kedalam Yodium Tenctur 10 %, (Anonymous, 1974).

8. Analisa Usaha Peternakan Sapi Perah
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya
tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal,
serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi,
pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem recording,
pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit.
Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya. Produksi susu sapi di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengan tingkat penjualan sapi dan produknya yang lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi afkiran. Di Amerika Serikat, tingkat penjualan dan pembelian sapi dan produknya secara tunai mencapai 13% dari seluruh peternakan yang ada di dunia.
Sementara tingkat penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapi
perah, dan sapi afkir hanya berkisar 3%. Produksi susu sejumlah itu masih
perlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia ini.
Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian
pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum
pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5-
4% dari bahan kering http://computer.ebooktops.com







BAB III
METODE PELAKSANAAN PKL


A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL
Kegiatan PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan yang dimulai dari tanggal 14 januari 2008 sampai dengan 18 maret 2008, yang dilaksanakan di UPTD BPPT SP sapi perah cianjur. Adapun beberapa jadwal kegiatan PKL yang dilaksanakan yaitu oreintasi dilakukan pada tanggal 14 januari 2008, observasi, adaptasi dilakukan setiap hari baik itu dilingkungan industri maupun dilingkungan masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan PKL di industri setiap mahasiswa PKL didampingi oleh pembimbing dari Industri. Penulisan laporan dilakukan dua minggu sebelum kegiatan PKL telah dilaksanakan di tempat industri yaitu kurang lebih tiga bulan.

B. Metode PKL
1. Orientasi
Oreintasi dilakukan setelah mahasiswa PKL telah berada di lingkungan industri untuk mendapat pengarahan dari pimpinan industri ataupun pihak yang telah menerima mahasiswa untuk kegiatan PKL. Mahasiswa dikumpulkan dalam satu ruangan untuk mendapat pengarahan dan petunjuk dari pihak industri dan pembimbing, dalam kegiatan ini mahasiswa mempelajari struktur organisasi UPTD BPPT SP Cianjur, ruang lingkup kegiatan mencakup kegiatan penelitian dan manajemen pemeliharaan ternak sapi perah, mempunyai ruang tata usaha, gedung pertemuan, laboratorium, perumahan karyawan.

2. Observasi
Observasi dilakukan langsung oleh mahasiswa PKL untuk memperoleh data dan informasi mengenai lokasi, situasi dan kondisi lapangan yang berhubungan dengan materi PKL.
3. Adaptasi
Adaptasi sangat penting dilakukan oleh mahasiswa dengan pihak industri agar kegiatan PKL berjalan dengan baik. Adaptasi dengan pembimbing industri dilakukan dengan cara bertanya seputar kegiatan selama pelaksanaan PKL, masalah-masalah yang terjadi di industri dan untuk mengumpulkan data atau bahan untuk pembuatan laporan. Adaptasi juga dilakukan dengan semua karyawan di industri yaitu dengan cara ramah terhadap setiap karyawan dan meamtuhi peraturan industri, selain itu kita juga harus beradaptasi dengan masyarakat tempat tinggal yaitu dengan cara ramah serta ikut membantu dalam kegiatan social atau kemasyarakatan.

4. Pelaksanaan PKL
Pelaksanaan PKL dilakukan pada tanggal 14 januari 2008 sampai dengan tanggal 18 maret 2008. Prosedur kegitan PKL yaitu mahasiswa menyesuaikan dengan jadwal yang telah diberikan dari pihak industri dan harus dipatuhi oleh mahasiswa. Jadwal kerja yaitu hari senin sampai dengan hari jumat
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Perusahaan
Pada tahun 1994 berlokasi di Ciseruh-Loji, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, namun sejak tahun 1994 berpindah lokasi ke Padalengsar, Desa Bunikasih, Kecamatan Warung Kondang, Kabupaten Cianjur.
Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Perah Bunikasih-Cianjur merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas di Jawa Barat yang pengelolaannyadiserahkan pada Dinas Peternakan Propensi Jawa Barat, sesuai dengan PERDA Nomor 05 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Propinsi Jawa Barat.
Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Perah (UPTD BPPT SP), memiliki tugas pokok melaksanakan sebagai fungsi dinas dibidang pokok tersebut, maka balai mempunyai fungsi sebagai pengelola dibidang pengembangan perbibitan sapi perah, dengan perannya sebagai: sumber bibit ternak dan hijauan makanan ternak, ujicoba teknologi terapan, tempat percontohan dan tempat pelatiihan.
Letak geografi: 800 M dpl
Ketinggian : 18 – 220C
Temperatur : 85%
Stuktur organisasi
1. Kepala Balai
2. Sub bagian Tata Usaha
3. Seksi Pengujian
4. Seksi Pengembangan
5. Kelompok Jabatan Fungsional

Balai memiliki tugas pokok melaksanakan fungsi dinas di bidang pengembangan perbibitan sapi perah.
Visi dan Misi
Visi
Terwujudnya professionalisme dalam memfasilitasi penyebaran ternak sapi perah dan hijauan makanan ternak yang unggul serta berstandar nasional tahun 2010.
Misi
1. Meningkatkan Pelayanan Penyediaan bibit ternak sapi perah, hijauan makanan ternak dan pentediaan air susu yang HAUS.
2. Meningkatkan Pelayanan Pelatihan bagi petani peternak
3. Meningkatkan Pelayanan Teknologi terpadu di bidang sapi perah.
Potensi yang dimiliki yaitu sumber daya manusia dan sumber daya alam, sumber daya manusia yang dimilki adalah Dokter Hewan sebagai Kepala Balai, Sarjana Sosial sebagai Kasubbag TU, satu orang Magister Pertanian sebagai Kasi Pengembangan, dua orang Sarjana Peternakan sebagai Kasi Pengujian dan Tenaga Kontrak Kerja. Adapun sebagai staf terdiri dari Ahli Madya sebagai Kasir Kegiatan, 6 orang PNS sebagai tenaga pelaksana teknis harian lulusan SD. Tenaga Kontrak Kerja (TKK ).















B. Hasil Dan Pembahasan Kegiatan PKL
1. Perkandangan
Perkandangan merupakan satu dari beberapa factor yang harus diperhatikan dalam usaha peternakan. Kandang yang memenuhi persyaratan akan membuat usaha peternakan sapi perah berjalan dengan baik.
Kandang untuk peternakan mempunyai fungsi sebagai berikut:
• Melindungi ternak dari perubahan cuaca atau iklim
• Mencegah dan melindungi etrnak dari penyakit
• Menjaga keamanan ternak
• Memudahkan dalam pemeliharaan seperti pemberian pakan dan minum, pengelolaan kompos dan perkawinan.
Perkandangan yang ada di UPTD BPPT SP, terdiri dari kandang sapi Laktasi, sapi Dara, dan sapi Pedet.
dalam pembuatan kandang ada beberapa syarat yang harus kita perhatikan antara lain:
a. Letak Kandang
Dalam membuat kandang yang harus diperhatikan adalah tempat mendirikan kandang tersebut. Letak kandang yang cocok untuk peternakan adalah diusahakan di tempat yang agak tinggi di lokasi peternakan denagn begitu mempermudah dalam pembuangan kotoran, serta kandang tidak lembab.
Letak kandang satu dengan yang lainnya harus diatur sedemikian rupa sehingga ternak tidak akan terganggu.
Letak kandang yang ada di UPTD BPPT SP sudah tepat karena berada di atas ketinggian sehingga memudahkan dalam pembuangan kotoran.
b. Ukuran Kandang
Ukuran kandang yang normal untuk setiap ekor sapi, memerlukan tempat seluas 2,25 x 1,5m.




c. Kontruksi Kandang
Kontruksi kandang harus mempunyai hitunga yang cermat, sehinnga keadaan kandang yang kita buat nantinya akan bisa terlaksana dengan praktis dalam pemberian pakan, minum, sanitasi kandang, dan kegiatan pemerahan.
1) Kerangka kandang
Biasanya kerangaka kandang dibuat dari bahan besi, beton, dan kayu. Dengan kerangka kandang kita dapat menentukan model kandang yang diinginkan.
2) Atap kandang
Atap kadang biasanya terbuat dari bahan asbes, genting, seng, alang-alang, maupun ijuk. Di Indonesia sendiri kebanyakan atapnya terbuat dari genting atau asbes sebab kedua bahan itu mudah didapatkan dan mempunyai daya tahan yang baik terhadap cuaca.
Atap kandang yang ada di UPTD BPPT SP terbuat dari asbes. Dengan model atap monitor.
3) Lantai
Lantai kadang biasanya terbuat dari bahan semen atau kayu, keadaan harus dijaga agar tetap kering dan bersih. Laintai kandang untuk sapi laktasi yang ada UPTD BPPT SP, terbuat dari semen dengan alas matras, pemakaian matras pada lantai kandang bertujuan agar ternak sapi tidak terjatuh karena lantai yang licin, membantu menyerap air air sehingga lantai kandang menjadi kering, sapi berdiri dengan baik. Lantai kandang dibuat agak miring agar memudahkan dalam sanitasi kandang.
4) Dinding
Dinding kandang yang biasanya dipakai terbuat dari bahan tembok. Dinding kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari cuaca luar yang dingin dan tampiasan air hujan yang dapat menyebabkan penyakit pada ternak. Di UPTD BPPT SP dinding kandang untuk sapi laktasi terbuat dari besi, sapi dara dinding kandangnya terbuat dari tembok, sedangkan untuk pedet dinding kandangnnya terbuat dari besi.

d. Model Kandang
Model kandang yang biasanya digunakan oleh peternak adalah model kandang individu dan koloni atau kelompok. Model kandang model tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing.
1) Model kandang individu
Kelebihan :
• sapi lebih tenang dan tidak mudah stress
• pemberian pakan dapat terkontrol dan sesuai dengan kebutuhan ternak
• menghindari persaingan pakan dan perkelahian dalam kandang
Kekurangan:
• memerlukan biaya yang relative mahal
• memerlukan tenaga kerja yang lebih didandingkan dengan kandang kelompok
2) Kandang kelompok (koloni)
Kelebihan:
• biaya relative murah
• memerlukan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan kandang individu
Kekurangan:
• mudah terjadi penularan penyakit
• terjadi persaingan pakan dan perkelahian
• pemebrian pakan tidak terkontrol
Untuk peternakan sapi perah odel kandang yang digunakan adalah model kandang tunggal dan kandang ganda. Model kandang tunggal adalah kandang yang terdiri dari satu baris saja. Kandang ganda adalah kandang yang terdiri dari dua baris kandang. Kandang ganda dibedakan menjadi dua yaitu head to head atau berhadapan dan tail to tail atau berlawanan.

Model kandang yang ada di UPTD BPPT SP adalah model kandang ganda tail to tal atau berlawanan arah. Model kandang untuk kandang pedet yang baru lahir menggunakan model kandang indvidu, hal ini dikarenakan karena pedet yang baru lahir membuthkan kolostrum karena berfungsi sebagai imonuglobin dan sebagai daya tahan tubuh pedet terhadap penyakit.

a. Kandang Pedet
Pedet mempunyai naluri menyusui atau menghisap benda yang menyerupai putting misalnya jari tangan atau telinga pedet yang lain. Bulu atau ramput telinga yang terhisap dapat membentuk gumpalan bola yang dapat menyumbat saluran pencernaan yang dapat mengakibatkan kembung perut. Oleh karena itu pedet harus ditempatkan terpisah dengan model kandang individu.Ukuran kandang individu untuk pedet 3 m x 1,5 m.
Bahan kandang untuk dinding terbuat dari besi sedangkan alas kandang terbuat dari kayu. Kandang dibuat agak tinggi dari permukaan lantai untuk memudahkan pada saat kegiatan sanitasi kandang.


Gambar 1. Kandang Pedet Masa Sapih Gambar 2. Kandang Pedet Lepas Sapih

b. Kandang Sapi Dara
Sapi Dara dipelihara secara berkelompok didalam kandang tail to tail, yang bertujuan agar :
• Ternak sapi bebas bergerak
• Cukup sirkulasi udar dan sinar matahari
• Tidak adanya persaingan pakan
• Memudahkan dalam deteksi birahi
Bahan kandang yang digunakan terbuat dari:
• Lantai : campuran semen dan pasar
• Dinding : semen
• Atap : asbes
• Tempat pakan dan minum : semen

Ukuran kandang.
• Panjang : 7,8m
• Lebar : 6,8m
• Tinggi pagar : 1,2m


Gambar 3. Kandang Sapi Dara

c. Kandang Sapi Laktasi
Apabila sapi dalam keadaan stress akan berproduksi tidak optimal, kontruksi kandang yang salah merupakan salah satu penyebab sapi stress. Dalam pembuatan tempat pakan untuk Sapi Laktasi kita harus memperhatikan syarat sebagai berikut:
• Sapi harus sedapat mungkin makan dengan leluasa, tidak terganggu oleh sapi yang lain dan mudah mengkonsumsi pakan dalam keadaan segar. Pada saat akan makan, pakan terlihat jelas sehingga temapt pakan tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.
• Mudah dibersihkan
• Permukaannya halus
• Direkomendasikan untuk membuat tampat pakan model rata dan model cekung
Syarat tempat minum antara lain:
• Terpisah dari tempat pakan sehingga Air tidak mengalir ketempat pakan.
• Air minum yang bersih harus selalu tersedia, kebutuhan minimal 30-80 liter/ekor/hari
• Direkomendasikan untuk membuat tempat minum dalam ukuran yang kecil dan tidak terlalu dalam. Satu tempat minum untuk dua ekor.
Kebersihan kandang harus diperhatikan agar ternak tidak gampang sakit.

2. Pembibitan
Pembibitan dalam usaha peternakan sapi sangat penting karena kegiatan ini merupakan memilih bakalan yang akan dijadikan sebagai bibit sapi yang akan diusahakan.

Yang harus diperhatikan dalam kegiatan memilih bakalan antara lain:
1) Bangsa
2) Umur
3) Jenis kelamin dan Postur Tubuh
Bibit sapi perah yang ada di UPTD BPPT SP adalah sapi FH, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Warnanya hitam dan putih
2) Pada kaki bagian bawah dan ekornya berwarna putih
3) Tanduknya pendek dan menghadap kedepan
4) Pada dahinya terdapat belang warna putih yang berbentuk segitiga
5) Sifatnya cenderung jinak dan mudah pembawaannya tenang, sehingga mudah dipelihara
6) Tidak tahan panas
7) Pertumbuhannya lambat
8) Berat badan sapi jantan 850 kg, sedangkan betina 625 kg.
9) Produksi susu perahnya 4.500-5.500 liter dalam satu masa laktasi
10) Postur badanya tetap.
Sapi perah FH sangat cocok untuk usaha peternakan sapi perah karena melihat produksi susu yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan jenis sapi perah lainnya.

3. Pakan dan Pemberiannya
Ternak ruminansia baik itu sapi potong, sapi perah, kerbau, domba dan kambing mempunyai lambung majemuk yaitu rumen (perut handuk), reticulum (perut jala), omasum (perut buku), dan abomasums (lambung kelenjar yang fungsi sama dengan lambung manusia). Rumput sebagai makanan pokok ruminansia, dicerna didalam rumen melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme (bakteri dan protozoa).
Peningkatan produksi susu merupakan salah satu sasaran yang akan dicapai dalam setiap usaha peternakan sapi perah. Untuk itu pakan yang diberikan harus diperhatikan, selain itu dengan pemberian pakan secara teratur dan pakan yang diberikan memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan berkualitas serta ekonomis.
Maka usaha peternakan sapi perah tidak akan terhambat. Fungsi pakan antara lain:
• Sebagai bahan material untuk menyusun dan menjaga struktur tubuh.
• Sebagai sumber energi.
• Untuk menjaga keseimbangan metabolisme dalam tubuh.
Pakan dikatakan baik apabila pakan tersebut mengandung nutrisi yang di perlukan untuk kelangsungan hidup ternak yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin.
Pemberian pakan di UPTD BPPT SP digolongakan kedalam 4 bagian yaitu pemberian paka untuk pedet masa sapih, pedet lepas sapih, sapi dara, dan sapi laktasi. Dari keempat golongan tersebut pemberian pakannya berbeda- beda.


Gambar 4. Pemberian Konsentrat Gambar 5. Pemeberian Hijauan
a. Pakan Pedet Masa Sapih
Ukuran rumen pada pedet dan sapi dewasa berbeda, ukuran rumen pada pedet belum terbentuk dengan sempurna sehingga pakan yagn diberikan berbeda dengan sapi dewasa, apabila pedet yang masih dalam masa sapih belum bisa mengkonsumsi pakan padat. Pedet masa sapih adalah pedet yang baru dilahirkan dan membutuhkan kolustrum untuk pertumbuhan, umur pedet yang dalam masa sapih 2-3 bulan.
Pedet umur 0-6 hari pemberian kolustrum hanya diberi kolustrum saja, setelah umur 1-9 minggu pedet sebaiknya diberiakan pakan padat untuk merangsang perkembangan rumen. Pakan padat yang diberiakn berupa makanan formula atau konsentrat yang mengandung protein kasar 18%. Sedangkan untuk pemberian air minum sebaiknya harus selalu tersedia didalam kandang.
pemberian pakan untuk pedet masa sapih di UPTD BPPT SP dalam bentuk hay. Hay merupakan rumput yang dijemur.

b. Pakan Pedet Lepas Sapih
Umur pedet yanag lepas sapih di UPTD BPPT SP yaitu berumur 2 bulan, pada umur ini pedet sudah dapat mengkonsumsi pakan konsentrat sebanyak 1,2 kg/hari selama 3 hari berturut-turut. Pemberian Hay sebanyak 1-1,5 kg, atau sebanyak 2-3 kg rumput setengah kering, Hay diberikan sampai pedet berumur 6 bulan.
Pemberian konsentrat untuk pedet yang berumur 2 bulan sebanyak 2 kg, pada umur 3 bulan diganti dengan pemberian konsentrat yang mengandung protein kasar 16% dan TDN 70%. Jika konsentrat yang dikonsumsi pedet dalam keadaan basah atau dicampur dengan air, maka dapt mengakibatkan terhambatnya perkembangan rumen karena nafsu makan terhadap hijauan jadi rendah, pemberian konsentrat pada umur 2 bulan pedet mampu memakan 2 kg konsentrat.

c. Pakan Sapi Dara
Setelah berumur 7 bulan, nafsu makan terhadap rumput semakin tinggi, karena fungsi organ belum optimal maka sapi mudah perlu diberi konsentrat sebanyak 1,5 kg/hari. Pemberian hijauan harus optimal, jika kualitas hijauan kurang baik, sapi akan kekuranagan energi, pada kondisi tersebut dapat ditambahkan pakan konsentrat secukupnya jangan sampai sapi tersebbut kegemukan, target bobot badan pada umur 12 bulan ± 297 kg.
Sapi dara dapat dikawinkan pertama kali jika, berat tubuh 85-300 kg atau lingkar dada 175-177 cm.

d. Pakan Sapi Laktasi
Zat-zat makanan pada sapi laktasi berfungsi sebagai hidup pokok, pertumbuhan janin di dalam kandungan serta produksi susu. Jika ingin mendapatkan produksi susu yang tinggi, baik jumlah maupun mutunya, maka pakan harus diberikan dalam jumlah yang cukup dan bermutu. Dalam penyusunan ransum yang harus diketahui adalah kebutuhan za gizi ng diperlukan oleh sapi laktasi berdasarkan target reproduksi dan tahapan laktasi (laktasi awal, laktasi tengah, dan laktasi akhir).
Pemberian pakan konsentrat secara kering yang bertujuan agar PHnya di dalam rumen stabil sehingga berpengaruh positif terhadap jumlah dan kualitas susu yang diproduksi. Challenge Feeding adalah metode pemberian pakan secara bertahap sejak 2 minggu pertama sebelum beranak sampai mencapai puncak produksi sehingga sapi perah tersebut dapat menampilkan produksinya secara optimal sesuai dengan kemampuan genetiknya. Pada kondisi ini sapi perah dipersiapkan untuk mendapat konsentrat yang banyak setelah beranak. Agar mikrobarumen dapat beradpatasi engan baik maka pemberian konsentrat dimulai sejak 2 minggu sebelum beranak .
Sebaiknya pakan konsentrat diberiakan secepat mungkin setelah beranak tujuannya adalah
• Pakan dapat digunakan untuk membantu memproduksi susu secara langsung .
• Puncak produksi dapat dicapai, hal ini berpengaruh untuk periode laktasi berikutnya.
• Dapat diketehui kemampuan genetika ternak tersebut. Selanjutnya kita mengafkir sapi karena produksi susunya rendah.
• Total produksi tinggi sehingga diperoleh keuntungan maksimal.

4. Pengendalian Penyakit
Penyakit merupakan penyimpangan atau perubahan yang terjadi pada ternak yang disebabkan oleh organisme hidup. Selain itu penyakit juga bisa disebabkan karena kecelakaan, keracunan makanan dan perubahan cuaca. Penyakit merupakan salah satu faktor yang menghambat kegiatan usaha peternakan, disebabkan oleh bakteri, parasit, virus dan protozoa. Penyakit dapat dengan mudah berkembang dan menyerang ternak.
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara vaksinasi atau penyemprotan disinfektan untuk kandang yang kosong sebelum sapi yang baru didatangkan ditempatkan dikandang tersebut.
Pada saat pelaksaan PKL di UPTD BPPT SP penyakit yang sering diderita oleh ternak sapi perah adalah:
a. Foot Root
Foot Root merupakan penyakit yang menyerang bagian kaki. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri, Foot Root dapat menyebabkan kebusukan pada bagian kuku karena terdapat belatung yang bersarang pada bagian kaki. Penyakit ini banyak menyeranag ternak sapi perah.
1) Ciri-ciri ternak sapi yang terkena Foot Root:
• Nafsu makan menurun
• Matanya kelihatan sayu
• Terlihat pincang dan berdiri tidak tegak karena pada bagian kuku membengkak, dan merah.
2) Penyebab Foot Root
• Kuku ternak sapi yang panjang
• Kuku tidak bersih dari kotoran
• Kandang yang tidak bersih
• Ternak jarang dimandikan
3) Pengobatannya
• Penyemprotan gosanes
• Pemotongan kuku
• Pemberian salep antibiotic
• Kuku ternak sapi dapat direndam dalam larutan natrium karbonat.

b). Mastitis
Penyebab penyakit ini adalah bakteri streptococcus coccid an staphylococcus cocci. Sedangkan masa incubasinya tidak tertentu dan sangat bervariasi. Penularannya melaului bakteri yang masuk kedalam puting susu dan berkembangbiak dalam saluran susu.
Gejala spesifiknya adalah adanya peradangan pada saluran kelenjar susu serta adanya perubahan fisik dan kimiawi air susu.
Ciri-cirinya:
 ambing bila diraba akan terasa panas
 air menjadi encer dan lama kelamaan sekresi air susu akan berhenti
 nafsu makan menurun, bulu kelihatan kasar dan kusam
 suhu tubuh naik.
Pencegahan dan Pemberantasannya
 karena penularan penyakit ini melalui puting susu, maka untuk pencegahan timbulnya penyakit ini harus memperhatikan cara pemerahan susu sapi, sebelum diperah harus dibersihkan terlebih dahulu.
 Hindarkan kemungkinan adanya hal-hal yang dapat menyebabkan luka pada putting susu.
 Harus menjaga kebersihan kandang dan peralatan pemerahan.
Pengobatan
 Suntikan Procain Penicilin G + Dihydrostreptomicyn 2cc/100 kg berat badan, tiap hari
 Sulfamethazine 120 mg/kg berat badan /ons (melalui mulut) dilanjutkan dengan 60 mg berat badan tiap 12 jam selam 4 hari.

c). Kutu
Kutu sering kali menyerang ternak sapi, hal ini dikarenakan karena kondisi kandang dan sanitasi ternak tidak bersih sehingga memungkinkan kutu mudah berkembangbiak pada ternak sapi. Pada saat pelaksanaan PKL hamper semua ternak sapi yang ada terkena kutu. Kutu tersebut menempel pada bagian pangkal ekor dan vulva ternak sapi perah.

d). Cacingan
Penyakit ini sering kali menyerng pedet atau anak sapi, cirri-ciri ternak yang cacingan adalah:
 Nafsu makan menurun
 Ternak terlihat pasif
 Bulunya kasar dan kusam
 Ternak terlihat kurus
Pengobantannya yaitu pemberian obat cacing dalam bentuk tablet dan peyuntikan antibiotic
serta vitamin.

5. Recording
Recording sangat penting dalam setiap usaha peternakan karena merupakan kegiatan pencatatan terhadap kegiatan usaha peterakan untuk mengetahui keberhasilan usaha terssebut dan uantuk mencatat data mengenai ternak yang disahakan.
Recording yang ada di UPTD BPPT SP, adalah:
 Recording Kelahiran
Recording kelahiran bertujuan utnuk mencatat data tentang induk yang baru melahirkan beserta pedetnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui status fisiologis ternak tersebut.

 Recording Identitas Ternak
Recording ini merupakan kegiatan pemberian tanda atau nomor pada ternak yang bertujuan untuk mengetahui berkembangan ternak.

 Recording Kebuntingan
Recording ini bertujuan untuk mengetahui ternak yang bunting dan mencatat umur kebuntingan ternak.

 Recording Populasi
Recording ini bertujuan untuk mengetahui jumlah atau populasi ternak.

 Recording Perkawinan atau IB
Recording ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan ternak setelah di IB serta memudahkan dalam kegiatan PKB (pemeriksaan kebuntingan).

6. Pemanenan Hasil atau Pemasaran
Kegiatan pemanenan atau pemasaran yaitu hasil atau komoditas utama yang dihasilkan dari usaha peternakan sapi. Untuk usaha peternakan sapi perah menghasilkan susu. Susu yang dihasilkan dibawa ke GKSI sukabumi, kemudian dipasarkan ke perusahaan atau industri seperti Indomilk. Selain itu susu yang dihasilkan juga langsung di jual kepada masyarakat setempat. Produksi susu yang dihasilkan mencapai 12-15 liter/hari/ekor. Kegiatan pemerahan dilakukan 2 kali yaitu pada pukul 04.00 WIB dan pukul 13.00 WIB.


Gambar 6. Kegiatan Pemerahan

7. Penanganan Limbah
Limbah merupakan hasil akhir atau buangan dari` ternak. Limbah dalambentuk padat dan cair, limbah padat yang ada di UPTD BPPT SP dilkelolah sebagai pupuk kompos dan budidaya kascing. Sedangkan limbah cair langsung dialirkan ke kebun rumput yang ada disekitar kandang.


Gambar 7. Budidaya Cacing Gambar 8. Pemanfaatan Limbah Cair
8. Penanganan Pedet dan Induk
Penanganan Pedet sangat perlu karena pedet merupakan langkah awal dalam setiap pemeliharaan serta merupakan bibit atau bakalan sebagai penggati ternak sapi yang sudah tidak produktif lagi. Penaganan pedet meliputi penaganan kelahiran, penccegahan penyakit dan pemotongan tanduk.
Penanganan pedet setelah dilahirkan yaitu membantu pedet bernfas karena pedet yang baru dilahirkan masih sulit untuk bernafas, hal ini disebabkan karena adanya lendir di rongga mulut atau pada saluran pernafasan. Langkah yang harus diperhatikan dalam membantu pedet bernafas yaitu:
• Memasukkan jari kedalam rongga mulut untuk mengeluarkan lendir
• Jika pedet masih tidak bisa mengangkat kepalanya, angkat dan turunkan pedet berulang-ulang 3-5 akli melalui kaki belakangnya sehingga lendir keluar dari rongga hidung dan rongga mulut, atau menyiram pedet dengan air dingin.
• Membiarkan induk membersihkan pedet dengan cara menjilat-jilati, hal ini bertujuan untuk mempercepat pengeluaran plasenta.
• Tali pusar pedet dipotong dan dicelupkan kedalam larutan yodium tinctur 10%, bertujuan untuk mencegah infeksi
• Menimbang pedet untuk mengetahui berat badan pedet penimbangan dapat dilakukan dengan cara langsung (menggunakan timbangan) dan tidak lansung (menggunakan pita ukur).
• Pedet harus memperoleh kolustrum secepatnya agar mencegah terjadinya penyakit, karena kolostrum berfungsi sebagai antibody.
Persiapan beranak dilakukan setelah peternak mengetahui bahwa ternak tersebut akan melahirkan, dua bulan setelah beranak atau diperah selama 10 bulan (305 hari) sapi laktasi harus dihentikan pemerahannya (kering kandang). Tujuannya adalah untuk mengistirahatkan sel-sel ambing, dalam masa istirahat ini ambing akan memperbaiki atau ,menggati sel-sel alveoli (sel yang memproduksi susu) yang rusak. Untuk mengetahui saat dimulainya kering kandang terlebih dahulu harus mengetahui perkiraan tanggal beranak dengan mengamati kalender reproduksi.
Seminggu sebelum beranak, sapi dipindahkan kekandang beranak dan alas kandang diberi matras. Di UPTD BPPT SP ternak sapi yang akan melahirkan tidak dipindahkan kekandang melahirkan, tetapi berada di kandang sebelumnya yang dialasi oleh matras. Setelah melahirkan induk langsung diberi pakan berupa konsentarat, setelah kolostrum selesai diperah maka induk langsung dibersihkan.

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
1. Model kandang yang digunakan adalah model kandang tail to tail atau saling membelakangi, sedangkan untuk pedet masa sapih menggunakan model kandang individu.
2. Jenis sapi yang dipelihara adalah sapi FH (Fries Holland)
3. Pemberian pakan untuk pedet, sapi dara dan sapi laktasi berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhan.
4. Penyakit yang sering menyerang ternak adalah kutu
5. Limbah dikelola sebagai kascing.
6. Penaganan pedet dan induk di UPTD PBBT SP cianjur sudah efektif
7. Produksi susu mencapai 12-15 liter/hari/ekor

B. Saran
1. Sebaiknya lahan yang masih kosong dijadikan sebagai kebun rumput
2. Sebaiknya jarak antara kandang dan kantor di perhatikan sehingga memudahkan dalam menjangkau ternak.
















DAFTAR PUSTAKA


Anonymus. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius : Yogyakarta.
Blakely, J and Blade. 1996. Ilmu Peternakan. Universitas Gadjha Mada Press : Yogyakarta.
Cullison, Arthur F. 1982. Feed and Feeding. Reston Publishing Company Inc. reston, Virginia.
Darmono. 1992. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius : Jakarta.
Duren, E dan Miller, R.C. 2003. Beef Catlehand Book : Prevention and Treatment Bloat.
Ebert. 2006. Animal Feed Resources Information Sistym.
Hartadi, H.S. dan R. A.D.Tillman. 1986. Tabel Komposisi Pkan Untuk Indonesi. Universitas Gajha Mada Press : Yogyakarta.
Ir. Abdullah, F.A dan Toshiaki, H. 2002. Pakan dan Tatalaksana Sapi Perah. Dairy Technology Improvement Project in Indonesia, Bandung.
Murtidjo, B.A. 1995. Beternak Sapi Potong. Kanisius : Yogyakarta.
Tillman. A.D, dan Hartadi, H.S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gajha Mada Press: Yogyakarta.
Wahyu Muljana. 1985. Pemeliharaan dan Kegunaan Sapi Perah. Aneka Ilmu Semarang.
http://www.disnak.jabar.go.id/data/arsip/pengelolaan%20limbah%20cair.pdf.
http://computer.ebooktops.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar