BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu usaha yang sudah berkembang secara pesat dan telah menyebar di wilayah Indonesia. Dalam setiap usaha peternakan harus memperhatikan 3 hal yang sangat penting untuk keberhasilan usaha penggemukan ternak sapi yaitu 1) breed, 2) feed, dan 3) manajemen, ketiga hal tersebut harus berkaitan dan berhubungan satu sama lain.
Untuk keberhasilan usaha penggemukan sapi potong, maka yang harus diperhatikan adalah manajemen pemeliharaan yang terarah dan pengelolah yang professional. Usaha penggemukan sapi potong sangat berkembang pesat karena masyarakat sadar akan kebutuhan hewani, sehingga permintaan akan daging terus meningkat.
Usaha penggemukan sapi potong tidak hanya diusahakan oleh industri-industri besar tetapi juga diusahakan oleh petani peternak meskipun dalam hal manajemen pemeliharannya petani peternak masih relative sederhana. Usaha penggemukan sapi potong berkembang sangat pesat karena sapi potong sebagai ternak yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi.
Tingginya nilai ekonomis ini ditentukan oleh berat karkas dan kualitas daging. Usaha penggemukan sapi potong memiliki keuntungan ganda, selain pertambahan bobot badan ternak sapi, limbah kotoran sapi dapat diproses untuk dijadikan pupuk.
Manajemen pemeliharaan usaha penggemukan sapi potong harus diperhatikan yang meliputi: 1) perkandangan, 2) pembibitan, 3) pakan dan pemberiannya, 4) pengendalian penyakit, 5) recording, 6) pemanenan hasil/pemasaran, 7) penaganan limbah dan 8) manajerial. PKL (Praktik Kerja Lapang) diprogramkan agar mahasiswa dapat secara langsung turun dilapangan untuk membandingkan teori dan keadaan sebenarnya.
B. Tujuan
• Untuk mengetahui manajemen pemeliharaan sapi potong
• Untuk mengetahui permasalahan yagn dihadapi dalam usaha penggemukan sapi potong
• Untuk membandingkan teori dan kondisi nyata dilapangan
• Sebagai salah satu persyaratan dalam kegiatan pembelajaran program D4 VEDCA.
C. Sasaran
• Manajemen pemeliharaan sapi meliputi perkandangan, pembibitan, kesehatan, recording, pakan dan pemberiannya, penaganan limbah dan pemasaran
• Mendapat pengalaman yang riil di lapangan
• Untuk diterapkan didalam dunia kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebutuhan Daging Sapi di Indonesia
Usaha penggemukan sapi akhir-akhir ini semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat diberbagai daerah yang mengusahakan penggemukan sapi potong. Perkembangan usaha penggemukan sapi ini di dorong oleh permintaan daging yang terus meningkat dari tahun ketahun.
Menurut Anonimus (2004) kebutuhan daging sapi dalam negri pada tahun 1998-2003 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan data kebutuhan daging pada tahun 1998 sebesar 405.000kg sedangkan pada tahun 2003 kebutuhan daging meningkat menjadi 441.000kg.
B. Metode Penggemukan Sapi Potong
Di Indonesia sistem penggemukan sapi dikenal dengan sistem kereman. Dalam penggemukan sapi sistem kereman ini sapi yang dipelihara didalam kandang terus menerus dalam periode tertentu. Sapi tersebut diberi makan dan minum di dalam kandang, tidak digembalakan ataupun dipekerjakan (Sugeng, 2002).
Menurut Siregar (2003), sistem penggemukan terdiri dari tiga macam penggemukan 1)Dry Lot Fattening yaitu pemberian ransum dengan pemberian biji-bijian atau kacang-kacangan, 2) Pasture Fattening yaitu sapi yang diternakan digembalakan dipadang pengembalaan, 3)Kombinasi anatara Dry Lot Fattening dan Pasture Fattening yaitu system ini dilakuakn dengan pertimbangan musim dan ketersedian pakan. Di daerah tropis pada saat musim produksi hijauan tinggi penggemukan dilakukan dengan Pasture Fattening sedangkan pada saat hijauan berkurang penggemukan dilakukan dengan cara Dry Lot Fattening.
1. Perkandangan
Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga. Menurut Siregar (2006) pembuatan kandang untuk penggemukan memerlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :
a. Memberi kenyamanan bagi sapi-sapi yang digemukkan dan bagi si pemelihara ataupun pekerja kandang.
b. Memenuhi persayaratan bagi kesehatan sapi
c. Mempunyai ventilasiatau pertukaran udara yang sempurna
d. mudah dibersihkan dan terjaga kebersihannya
e. memberi kemudahan bagi peternak ataupun pekerja kandang pada saat bekerja sehingga efisiensi kerja dapat tercapai
f. bahan-bahan kandang yang digunakan bertahan lama, tidak mudah lapuk, harganya relative murah dan mudah didapat didaerah sekitar
g. tidak ada genangan ait didalam ataupun diluar kandang.
2. Pemilihan Bibit Sapi Potong
Pemilihan bibit akan menentukan majunya peternakan yang akan dikembangkan. Bangsa-bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan pakan sesuai sehingga mampu memberikan keuntungan tertentu dibandingakan bangsa lainnya. Bangsa-bangsa sapi dapat dibagi menjadi 4 yaitu bangsa Eropa, bangsa India, bangsa yang dikembangkan di Amerika Serikat dan yang terakhir disebut bangsa eksotik. Sebenarnya tidak ada bangsa yagn sempurna sebab setiap ternak memeliki sifat-sifat yang cocok untuk keadaan tertentu ataupun tidak cocok untuk keadaan tertentu pula. Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan peternak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi reproduksi, kemauan memelihara dan menyusui anak, ukuran badan dan pertambahan berat badan. (Blakely dan Blade, 1996)
3. Penyakit
Kejadian penyakit diare pada pedet sangat tinggi diare dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan protozoa. Anonimus (2006) menyatakan bahwa E. coli merupakan salah satu penyebab diare pada sapi, yang menyebabkan jaringan epitel dalam usus berubah fungsi dari metode penyerapan (nutrisi) menjadi metode pengeluaran. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengobatan penyakit diare berupa antibiotik (streptomicyn) dapat mengurangi populasi bakteri sehingga proses pencernaan dapat berjalan dengan normal kembali.
Hardjopranjoto (1995) menyatakan bahwa ukuran pedet yang terlalu besar pada waktu partus, menyebabkan kontraksi dinding perut yang kuat, mendorong dinding uterus membalik keluar, sedang serviks masih dalam keadaan terbuka lebar (kendor).
Toelihere (1985) menyatakan bahwa pada dasarnya retensio secundinae diakibatkan oleh kegagalan pelepasan kotiledon selaput dari karangkula induk. Pengobatannya adalah plasenta yang masih tertinggal dikeluarkan dengan cara enukleasi. Selain itu juga penyakit yang sering menyerang induk adalah prolapsus uteri.
Prolapsus uteri atau pembalikan uterus terjadi sesudah patrus dan jarang terjadi beberapa jam setelah itu, apabila pembalikan uterus paling tinggi hanya mencapai canalis cervicalis keadaan ini disebut inversion uteri.Inversio uteri jarang terjadi tanpa prolapsus uteri oleh karena itu disebut prolapsus uteri, dimana seluruh uterus membalik dan menggantung keluar dari vulva (Toelihere, 1985).
4. Pakan
Menurut Hartadi (1986) konsentrat adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keseimbangan nutrisi dari keseluruhan bahan pakan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau pakan pelengkap.
Menurut Murtidjo (1990) bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. 1)Pakan hijauan yaitu semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan. Yang termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan lain. Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu berupa hijauan segar dan kering. 2) pakan penguat yaitu pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar relative rendah dan mudah dicerna.
Bahan pakan penguat meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil kelapa, tetes.. yang berfungsi untuk meningkatkan dan memperkaya nilai nutrient pada bahan pakan lain yang nilai nutriennya rendah. 3) pakan tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang hidupnya berada dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain vitamin A dan D, mineral terutama Ca dan P, urea. (Anonimus, 2001).
Dalam menyusun pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu tersedianya bahan baku pakan yang digunakan, kandungan zat-zat pakan dari bahan baku tersebut dan kebutuhan zat pakannya. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak karena kebutuhan zat pakan dan jumlah konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan pertambahan bobot badan tidak maksimal (Tillman, 1998).
Pakan adalah bahan yang dapat dikonsumsi dan dicerna oleh ternak, yang mengandung kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan ternak. Pakan menurut cullison (1982) memiliki fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama bagi ternak adalah;
• Sebagai bahan material untuk menyusun dan menjaga struktur tubuh.
• Sebagai sumber energi.
• Untuk menjaga keseimbangan metabolisme dalam tubuh.
Adapun fungsi tambahan pakan adalah sebagai sumber energi untuk proses produksi susu, daging, kulit, dan wool. Bahan pakan yang dipilih harus berkualitas dan memenuhi syarat yaitu tidak berjamur dan tidak berdebu. Konsentrat adalah pakan ternak yang berasal dari biji – bijian atau hasil samping dari pengelolaan produk pertanian seperti; bungkil kacang, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, ampas tahu, tetes dan sebagainya. Biasanya pakan konsentrat mengandung protein yang tinggi (Darmono, 1992).
Dalam menyusun pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tersedianya bahan baku yang akan digunakan, kandungan zat – zat makanan dari bahan baku tersebut dan kebutuhan zat makanannya. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak karena kebutuhan zat makanan dan jumlah konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan pertambahan bobot badan tidak maksimal (Tillman, dkk; 1998).
5. Penanganan Limbah
Limbah dari ternak dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi apabila dikelola dengan baik. Kotoran cair dan padat dari etrnak pada umumnya digunakan sebagai pupuk organic bagi tanaman pertanian ataupun lahan hiajuan makanan ternak (Darmono, 1992)
6. Reproduksi
a. Program Induk dan Pedet
Jarak beranak (calving interval) adalah jarak melahirkan induk antara kelahiran yang satu dengan kelahiran berikutnya. Pramono (2003) mengatakan bahwa calving interval sapi PO adalah 14,29 bulan.
Talib dan Siregar (1998) menyatakan bahwa berat lahir sapi PO adalah sekitar 25,4 kg. Sugiharto (2003) menambahkan bahwa pertambahan bobot badan sapi 0,24 kg.
b. Pelaksanaan Perkawinan
Hafez (1993) menambahkan bahwa pejantan sapi potong mampu mengawini 30 – 60 induk dalam sistem perkawinan pasture. Berdasarkan standart Departemen Pertanian (2006), sapi pejantan yang digunakan sebagai pemacek harus memenuhi kriteria sebagai berikut: umur 3 – 4 tahun, kesehatan organ reproduksi secara umum baik, libido tinggi, tidak cacat dan bobot badan diatas 300 kg.
c. Pemeriksaan Kebuntingan
Pemeriksaan kebuntingan merupakan salah satu metode untuk mengetahui status reproduksi dan mendeteksi lebih dini kemungkinan terjadi masalah pada saluran reproduksi induk (Kroker dan Clarke, 2000).
Palpasi rectal pada sapi dilakukan dengan meraba uterus melalui rektum rectal untuk mengetahui perkembangan fetus bila terjadi kebutingan. Metode ini dilakukan pada masa awal kebuntingan hasilnya, cukup akurat dan dapat diketahui segera (Hafez, 1993).
d. Gejala-gejala Kelahiran
Harbers (1981) menyatakan bahwa pada sapi dan kerbau ligament-ligamen pelvis, terutama ligamen sacroischiadicus sangat mengendur menyebabkan penurunan ligament dan urat daging. Pada kebanyakan sapi pengenduran ligamen-ligamen menandakan bahwa partus akan terjadi dalam waktu 24-48 jam.
e. Tahap-tahap Kelahiran
Gillitte dan Holm (1963) mengatakan bahwa ada tiga tahap kelahiran yaitu 1) adanya kontraksi aktif serabut-serabut urat daging longitudinal, sirkuler pada dinding uterus dan dilatasi cervix, 2) pemasukan fetus kedalam saluran kelahiran yang berdilatasi, rupture kantung allantois, kontraksi abdominal atau perejanan dan pengeluaran fetus melalui vulva, 3) pengeluaran selaput fetus dan involusi uterus, sesudah pengeluaran fetus uterus tetap berkontraksi secara kuat selama 48 jam dan melemah.
Ritchi dan Anderson (2006), menyatakan bahwa salah satu inisiasi kelahiran adalah faktor hormonal terutama menurunnya hormone progesterone dan disekresikannya oxytocin sehingga induk terus mengejan dan terlihat gelisah.
f. Penanganan Kelahiran
Thomas (1992), menyatakan bahwa salah satu upaya untuk meminimalisasi kematian pedet yang baru lahir adalah memberikan disinfektan pada pusar berupa iodium 7% untuk mencegah infeksi.
Menurut Kirk (2006) pedet yang baru lahir tidak memiliki antibodi untuk memproteksi dirinya dari penyakit. Sesaat setelah dilahirkan induk memberikan antibodi pasif melalui pemberian kolostrum, kolostrum mengandung antibodi dalam bentuk immunoglobulin (Ig) yang dapat melindungi pedet dari serangan penyakit.
g. Pemberian Tanda/Penomoran Pada Pedet
Duren (2006) menyatakan bahwa hal-hal yang dapat dicatat pada recording pedet adalah nomor identifikasi induk, pejantan, nomor identifikasi pedet, waktu lahir, berat lahir dan jenis kelamin. Sedangkan Ebert (2006) menyatakan bahwa penandaan pada ternak, sangat penting untuk recording yang akurat untuk tiap ternak, dalam program pemuliaan ternak adanya tanda pada ternak akan mempermudah untuk mengetahui silsilah dari tiap ternak. Selain itu adanya tanda pada ternak yang didukung oleh recording yang akurat dapat memberikan gambaran produksi dari ternak tersebut.
h.Penyapihan
Perubahan kondisi tubuh induk akan mempengaruhi proses biologis. Induk yang menyusui secara fisiologis akan berusaha memenuhi kebutuhan tubuhnya dan susu pedet.
BAB III
METODE PELAKSANAAN PKL
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL
Kegiatan PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan yang dimulai dari tanggal 12 mei 2008 sampai dengan 25 july 2008, yang dilaksanakan di Loka Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan Jawa Timur. Adapun beberapa jadwal kegiatan PKL yang dilaksanakan yaitu orientasi dilakukan hari pertama mahasiswa berada di lokasi PKL , observasi, adaptasi dilakukan setiap hari baik itu dilingkungan industri maupun dilingkungan masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan PKL di industri setiap mahasiswa PKL didampingi oleh pembimbing dari Industri. Penulisan laporan dilakukan dua minggu sebelum kegiatan PKL telah dilaksanakan di tempat industri yaitu kurang lebih tiga bulan.
B. Metode PKL
1. Orientasi
Oreintasi dilakukan setelah mahasiswa PKL telah berada di lingkungan industri untuk mendapat pengarahan dari pimpinan industri ataupun pihak yang telah menerima mahasiswa untuk kegiatan PKL. Mahasiswa dikumpulkan dalam satu ruangan untuk mendapat pengarahan dan petunjuk dari pihak industri dan pembimbing, dalam kegiatan ini mahasiswa mempelajari struktur organisasi Loka Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan, ruang lingkup kegiatan mencakup kegitan penelitian dan manajemen pemeliharaan ternak sapi potong. Loka Penelitian Sapi potong Grati Pasuruan mempunyai ruang tata usaha, gedung pertemuan, laboratorium, perumahan karyawan.
2. Observasi
Observasi dilakukan langsung oleh mahasiswa PKL untuk memperoleh data dan informasi mengenai lokasi, situasi dan kondisi lapangan yang berhubungan dengan materi PKL.
3. Adaptasi
Adaptasi sangat penting dilakukan oleh mahasiswa dengan pihak industri agar kegiatan PKL berjalan dengan baik. Adaptasi dengan pembimbing industri dengan cara bertanya seputar kegiatan selama pelaksanaan PKL, masalah-masalah yang terjadi di industri dan untuk mengumpulkan data atau bahan untuk pembuatan laporan. Adaptasi juga dilakukan dengan semua karyawan di industri yaitu dengan cara ramah terhadap setiap karyawan dan meamtuhi peraturan industri, selain itu kita juga harus beradaptasi dengan masyarakat tempat tinggal yaitu dengan cara ramah serta ikut membantu dalam kegiatan social atau kemasyarakatan.
4. Pelaksanaan PKL
Pelaksanaan PKL dilakukan pada tanggal 12 mei 2008 sampai dengan tanggal 25 july 2008. Prosedur kegitan PKL yaitu mahasiswa menyesuaikan dengan jadwal yang telah diberikan dari pihak industri dan harus dipatuhi oleh mahasiswa. Jadwal kerja yaitu hari senin sampai dengan hari sabtu..
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum perusahaan
Loka Penelitian Sapi Potong terletak di Desa Ranuklindungan Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan. Merupakan Unit Pelaksana Teknis Badan Litbang Pertanian yang dibentuk pada tahun 2002, berada dibawah dan bertanggung jawab angsung kepada Puslitbang Peternakan, sesuai dengan Surat Keputusan Mentri Pertanian No. 72/Kptn/OT.210/1/2002.
1.Letak Geografis
Loka Penelitian Sapi Potong terletak sekitar 16 km dari Kota Pasuruan kesebelah timur, tepatnya sekitar 1700m dari jalan raya antara Pasuruan-Probolinggo sehingga memudahkan dalam transportasi. Lolit Sapo terletak di sebelah timur Kabupaten Pasuruan berbatasan dengan Desa Alas Tlogo di sebelah utara, Desa Sumur Waru disebelah barat dan Desa Semambung disebelah selatan.
Luas Lolit Sapo kurang lebih 23 Ha dengan beberapa kandang diantaranya kandang penggemukan, kandang bunting, kandang laktasi, kandang kawin atau kandang campuran, kandang kelompok, dan kandang pemebesaran. Selain kandang terdapat pula kantor dan laboratorium, luas kantor dan laboratorium sekitar 1 Ha dan sisanya 2 Ha berupa kandang. Selain itu Lolit Sapo juga memiliki kebun hijauan seluas 20 Ha yang ditumbuhi oleh rumput dan leguminosa.
Komoditas dari Lolit Sapo adalah sapi potong diantaranya sapi PO. Sapi PO memiliki keunggulan tropis yaitu daya adaptasi iklim tropis yang tinggi, tahan terhadap panas, tahan terhadap gangguan parasit, disamping itu juga menunjukkan toleransi yang baik terhadap pakan.
2.Struktur organisasi
Gambar. 1 Struktur Organisasi Loka Penelitian Sapi Potong
3. Tugas dan fungsi Loka Penelitian Sapi Potong, yaitu:
1. pelaksanaan eksploirasi, evaluasi, pelestarian dan pemanfaatan plasmanutfah sapi potong
2. pelaksanaan penelitian pemuliaan, reproduksi dan nutrisi sapi potong
3. pelaksanaan penelitian komponen teknologi system dan usaha agribisnis sapi potong
4. memberikan pelayanan teknik budaya sapi potong
5. penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian sapi potong
4.Visi dan Misi
a. Visi
Lembaga penelitian sapi potong skop nasional bertaraf internasional yang berperan aktif dalam mengembangkan dan merekayasa teknologi peternakan melalui pelestarian dan pemanfaatan sumber daya plasma nutfah sapi potong dengan penelitian teknologi pemuliaan, reproduksi, pakan dan manajemen pemeliharaan untuk mendapatkan bibit sapi potong local yang unggul.
b. Misi
1. produk biologi berupa sapi potong
2. rekomendasi model, metode dan formulasi pakan
3. informasi peternakan sapi potong
4. mengembangkan kerjasama penelitian sapi potong.
5. Ruang Lingkup Pekerjaan
1. penelitian sapi potong
2. produk kompos
3. pelatihan
4. manajemen pemeliharaan sapi potong
5. semen cair
B. Hasil dan Pembahasan Kegiatan PKL
1. Perkandangan
Tata laksana perkandangan merupakan salah satu factor yang menunjang dalam setiap usaha peternakan. Dalam setiap pembuatan kandang yang harus diperhatikan adalah kontruksi kandang yang meliputi lantai kandang dinding kandang, atap kandang, tempat pakan dan minum serta ukuran kandang. Adapun beberapa persyaratan dalam mendirikan kandang yaitu:
1. memenuhi persyaratan kesehatan ternak
2. memiliki ventilasi yang cukup
3. efisiensi dalam pengelolaan
4. melindungi etrnak dari pengaruh iklim dan pencurian
5. tidak berdampak pada lingkungan sekitar.
Fungsi kandang meliputi:
1. melindungi ternak dari perubahan cuaca atau iklim
2. mencegah dan melindungi etrnak dari penyakit
3. menjaga keamanan ternak
4. memudahkan dalam pemeliharaan seperti pemberian pakan dan minum, pengelolaan kompos dan perkawinan.
Tipe kandang meliputi:
1. kandang individu
Kelebihan :
• sapi lebih tenang dan tidak mudah stress
• pemberian pakan dapat terkontrol dan sesuai dengan kebutuhan ternak
• menghindari persaingan pakan dan perkelahian dalam kandang
Kekurangan:
• memerlukan biaya yang relative mahal
• memerlukan tenaga kerja yang lebih didandingkan dengan kandang kelompok
2. kandang kelompok (koloni)
Kelebihan:
• biaya relative murah
• memerlukan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan kandang individu
Kekurangan:
• mudah terjadi penularan penyakit
• terjadi persaingan pakan dan perkelahian
• pemebrian pakan tidak terkontrol
Tipe kandang yang digunakan di Loka Penelitian Sapi Potong adalah model kandang individu dan kelompok. Model kandang individu untuk ternak pejantan, ternak untuk kegiatan penelitian dan untuk induk dan pedet yang baru lahir. Kandang individu untuk ternak pejantan bertujuan agar dalam perawatan dan pengontrolan lebih efektif karena ternak pejantan yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong digunakan sebagai pejantan pemacek karena system perkawinan yang digunakan adalag system perkawinan alami, selain itu ternak pejantan yang ada bertujuan dalam pengambilan atau penampungan sperma untuk pembuatan semen cair.
Kandang individu untuk kegiatan penelitian bertujuan agar pengontrolan ternak dalam kegiatan penelitian lebih efektif dan mudah dalam pengumpulan data. Kandang individu untuk induk yang baru melahirkan bersama pedetnya bertujuan agar pedet mudah dalam menyusui induknya sehingga pertumbuhan pedet lebih optimal sampai pedet lepas sapih.
Gambar 2.Kandang individu Gambar 3. Kandang Individu
untuk ternak pejantan untuk induk/pedet
Model kandang koloni atau kelompok dibuat untuk ternak betina bunting, pedet lepas sapih, dan untuk ternak betina. Model kandang kelompok untuk ternak betina bunting bertujuan untuk memisahkan ternak yang tidak bunting dengan yang bunting sehingga perawatan ternak bunting lebih terkontrol, selain itu untuk pembuatan kompos. Model kandang kelompok untuk pedet bertujuan untuk memisahkan pedet dari induknya setelah lepas sapih.
Model kandang kelompok untuk ternak betina bertujuan karena system perkawinan di Loka Penelitian Sapi Potong dengan cara perkawianan alami secara kelompok dimana betina sekitar 20 ekor dan ternak pejantan 1 ekor. Sanitasi kandang dilakukan setiap hari yaitu membersihkan tempat pakan dan minum, memandikan ternak sapi, membersihkan drainase dan lantai kandang.
Gambar 4. Model Kandang Kelompok Sapi Betina
a. Ukuran kandang
1) Ukuran kandang sistem kelompok
o Kandang 23 x 12 x 360 m
o Tempat pakan 5,8 x 0,6 x 0,3 m
o Tempat minum 1,8 x 0,6 x 0,3 m
o Draenase 0,2 m
2) Ukuran kandang sistem individu
a) Ukuran kandang sistem individu untuk sapi jantan dan induk bunting per sekat
Kandang 1,2 x 1,8 x 0,7 m
Tempat pakan 0,7 x 0,5 x 0,2 m
Tempat minum 0,2 x 0,5 x 0,2 m
Draenase 0,2 m
b) Ukuran kandang sistem individu untuk sapi yang sedang menyusui
Kandang 2,9 x 2,7 x 2,6 m
Tempat pakan 0,7 x 0,5 x 0,2 m
Tempat minum 0,2 x 0,5 x 0,2 m
Draenase 0,3
Kontruksi lantai kandang yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong terbuat dari semen dan dibuat sedikit miring agar air tidak tergenang pada lantai kandang selain itu permukaannya dibuat agak kasar agar lantai tidak licin. Menurut Sugeng (1994) lantai kandang yang terbuat dari semen dengan permukaan agak kasar bertujuan untuk keamanan sapi pada saat beraktifitas agar tidak terjatuh. Sedangakan untuk lantai kandang sapi yang bunting beralaskan litter atau sekam yang nantinya bercampur dengan kotoran sapi untuk pembuatan kompos.
Atap kandang terbuat dari genteng dan asbes, menurut Atmadilaga (1986) bahwa atap kandang yang terbuat dari genteng memiliki kelebihan karena mudah didapat dan tahan lama, selain itu antar genteng terdapat celah-celah udara sehingga memudahkan sirkulasi udara.
Dinding kandang terbuat dari beton dan besi, untuk kandang kelompok dindingnya terbuat dari beton sedangkan untuk kandang kelompok terbuat dari besi. Permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan dinding besi yaitu jarak antara besi terlalu lebar sehingga menyebabkan pedet bisa keluar dari kandang.
Drainase di Loka Penelitian Sapi Potong baik itu kandang individu dan koloni bertujuan untuk mengalirkan liimbah atau kotoran ternak sapi langsung ketempat panampungan limbah yang bertujuan untuk pembuatan bio gas selain itu limbah atau kotoran ternak langsung dialirkan ke kebun rumpaut disekitar kandang.
Di setiap kandang dilengkapi dengan gudang peralatan dan tempat penimbangan. Sarana dan prasarana yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong sudah lengkap dilihat dari ketersediaan alat angkut atau transportasi, listrik dan air. Selain itu perlengkapan kandang seperti skop, gerobak dan ember sudah lengkap. Sarana dan prasarana dalam peternakan sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan peternakan.
2. Pembibitan
Pembibitan merupakan bakalan dari ternak yang telah diseleksi untuk dijadikan sebagai bibit ungul yang akan dipelihara. Atau merupakan salah satu kegiatan untuk menyeleksi ternak unggul yang dilihat dari postur badan. Status fisiologis, kesehatan ternak. Ternak sapi yang ada di Lolit Sapo didatngkan dari pasuruan dan probolinggo.
Jenis sapi potong yang digemukkan di Loka Penelitian Sapi Potong adalah sapi PO (Peranakan Ongole) dengan ciri-ciri warna bulu berwarna putih dan abu-abu, leher dan punuk untuk sapi jantan berwarna putih keabuan, kepala panjang, telinga sedang dan agak menggantung, tanduk pendek, punuk bulat dan besar, bobot badan betina 450kg dan jantan 600 kg. sapi PO juga tahan terhadap udara panas, kelembapan. Sapi PO sangat cocok untuk tujuan penggemukan karena populasinya banyak dan tahan terhadap lingkungan serta tidak mudah terserang penyakit.
Umur sapi bakalan yang di pelihara di Loka Penelitian Sapi Potong antara 1,5-2,5 tahun. Dalam pemilihan bibit bakalan sebaiknya memilih ternak jantan karena karkas dari ternak jantan mencapai 50% sedangkan betina 40%, hal ini dikarenakan karena ternak betina memiliki lemak yang lebih tinggi disbanding ternak jantan. Selain itu dalam pemeilihan bibit yang harus diperhatikan adalah bobot badan minimal 350 kg, kepala pendek, dan yang penting adalah nilai palatabilitas yang dimiliki oleh ternak tinggi.
3. Pakan dan Pemberiannya
Peningkatan produksi daging merupakan salah satu sasaran yang akan dicapai dalam setiap usaha penggemukan. Untuk itu pakan yang diberikan harus diperhatikan, selain itu dengan pemberian pakan secara teratur dan pakan yang diberikan memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan berkualitas serta ekonomis. Maka usaha penggemukan tidak akan terhambat. Fungsi pakan antara lain:
• Sebagai bahan material untuk menyusun dan menjaga struktur tubuh.
• Sebagai sumber energi.
• Untuk menjaga keseimbangan metabolisme dalam tubuh.
Pakan dikatakan baik apabila pakan tersebut mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup ternak yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin. Jenis pakan yang diberikan di Loka Penelitian Sapi Potong adalah hijauan berupa rumput gajah, jerami, gamblong, dedak, konsentrat, garam dan tetes. Pemberian jenis pakan tersebut tergantung pada ketersediaan jenis pakan yang ada. Selama kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapang) di Loka Penelitian Sapi Potong Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari dan sore hari. Pada pagi hari pemberian pakan untuk ternak dilakukan setelah kegiatan sanitasi kandang sekitar jam 08.00, sedangkan pada siang hari pemberian pakan pukul 13.00.
Jenis pakan yang diberikan pada pagi hari berupa dedak, konsentrat, garam dan tetes. Untuk siang hari jenis pakan yang diberikan berupa rumput gajah. Pemberian pakan yang beragam bertujuan untuk saling melengkapi kekurangan nutrisi yang terkandung dalam setiap jenia pakan. Pemberian pakan tidak disesuaikan dengan Bobot Badan tiap ekor ternak sapi karena karena akan menghambat dan memperlambat pekerjaan serta tidak efektifnya waktu yang diperlukan , kecuali ternak sapi untuk tujuan penelitian pemberian pakan harus sesuai dengan bobot badan.
Pemberian jerami secara ad libitum (secara terus menerus). Selain itu pemberian air minum juga harus dperhatikan karena mempunyai fungsi sebagai sarana transportasi nutrisi membantu menyeimbangkan suhu tubuh dan membantu proses metabolisme dalam tubuh.
Gamabr 5. Jerami Kering
Jerami padi merupakan limbah pertanakan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak dimana limbag tersebut tersedia dalam jumlah yang relative banyak.
Selama kegiatan PKL ( Praktek Kerja Lapang) di Loka Penelitian Sapi Potong secara umum pemberian pakan untuk kandang individu sebanyak 5 kg/ekor/hari dedak, 1,5 kg/ekor/hari konsentrat, tetes 0,5 ml/ekor/hari, dan garam segenggam, hijauan 8 kg/ekor/hari. Sedangkan untuk kandang koloni disesuaikan dengan jumlah ternak yang ada dalam kandang tersebut.
Permasalahan yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong adalah jenis pakan yang diberikan sering diganti sehingga mengakibatkan nilai palatabilitas ternak terhadap jenis pakan relative rendah. Selain itu sebaiknya pada saat akan mengganti jenis pakan yang di berikan terlebih dahulu ternak harus bisa beradaptasi terhadap pakan tersebut.
Bahan pakan berupa konsentrat dan dedak yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong selama kegiatan PKL terkadang yang dikonsumsi oleh ternak sudah rusak dan berkutu, hal ini dapat menyebabkan ternak sakit. Menurut Santosa (2005) bahan pakan yang baik adalah tidak mengandung racun, tidak menampakkan keadaan yang berbeda dengan keadaan yang sebenarnya seperti warna, rasa, atau bau. Hijauan yang di berikan berasal dari kebun rumput milik Loka Penelitian Sapi Potong.
Penyimpanan bahan pakan di Loka Penelitian Sapi Potong berupa dedak dan konsentrat disimpan dalam gudang penyimpanan yang berada disekitar kandang. Penyimpanan bahan pakan sebaiknya harus diperhatikan karena apabila penyimpanan pakan dilantai tanpa menggunakan alas berupa papan dapat menyebabkan kualitas pakan menurun karena lembab sehingga pakan tersebut akan rusak atau busuk, pakan sebaiknya tidak disimpan terlalu lama karena dapat menimbulkan kutu dan jamur. Susunan penyimpanan pakan sebaiknya pakan yang sudah lama dan belum terpakai berada pada tumpukan paling atas sedangkan pakan yang baru berada pada tumpukan paling dibawah.
Menurut Williamson dan Payne (1993) penyimpanan bahan pakan harus disimpan dalam keadaan kering, bebas dari gangguan perusak pakan, udara harus sedapat mungkin dapat bertukar bebas.
4. Pengendalian Penyakit
Penyakit merupakan penyimpangan atau perubahan yang terjadi pada ternak yang disebabkan oleh organisme hidup. Selain itu penyakit juga bisa disebabkan karena kecelakaan, keracunan makanan dan perubahan cuaca. Penyakit merupakan salah satu faktor yang menghambat kegiatan usaha peternakan, penyakit dapat dengan mudah berkembang dan menyerang ternak.
Selama kegiatan PKL penyakit yang menyerang pedet adalah cacingan dan diare. Penanggulangan cacingan dengan cara diberikan obat cacing calbazen secara oral. Sedangkan untuk pedet diare penanggulangannya dengan pemberian antibiotic dan vitamin B-kompleks. Selain itu selama kegiatan PKL berlangsung terdapat ± 3 ekor pedet yang mati, yang disebabkan karena tidak memperoleh kolostrum dari indukya karena kurang memiliki sifat keibuan (mother ability) sebagai akibat dari induk yang stress pada saat melahirkan..
Pengambilan sample darah dialakukan 2 kali. Pengambilan sample darah dilakukan untuk mengetahui penyakit yang diderita oleh ternak. Sample darah yang diambil dibawa ke Bogor untuk diteliti, tetapi sebelum di kirim ke Bogor terlebih dahulu dilakukan pengambilan serum yang nantinya akan di teliti
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara vaksinasi atau penyemprotan disinfektan untuk kandang yang kosong sebelum sapi yang baru didatangkan ditempatkan dikandang tersebut. Pencegahan penularan penyakit di Loka Penelitian Sapi Potong yaitu dengan cara ternak sapi yang baru datang ditempatkan di kandang karantina terlebih dahulu sebelum disatukan dengan ternak lainnya, hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa sapi tersebut tidak sakit, pemeriksaan dilakukan oleh pihak Loka Penelitian Sapi Potong. Penyakit yang menyerang pedet dan induk di Loka Penelitian Sapi Potong selama pelaksanaan kegiatan PKL adalah sebagai berikut:
a. Pedet
Selama kegiatan PKL penyakit yang menyerang pedet adalah cacingan dan diare. Penangulangan cacingan dengan cara diberikan obat cacing calbazen secara oral. Sedangkan untuk pedet diare penanggulangannya dengan pemberian antibiotic dan vitamin B-kompleks. Selain itu selama kegiatan PKL berlangsung terdapat ± 3 ekor pedet yang mati, yang disebabkan karena tidak memperoleh kolostrum dari indukya karena kurang memiliki sifat keibuan (mother ability) sebagai akibat dari induk yang stress pada saat melahirkan..
b. Induk
Selama kegitan PKL penyakit yang sering terjadi adalah
1) Retensio Plasenta
Retensio terjadi pada induk yang baru melahirkan, hal ini ditandai dengan pelepasan selaput fetus yang tidak normal yaitu lebih dari 12 jam. Pengobatannya yaitu dengan cara pelepasan plasenta yang masih tertingal dengan cara enukleasi, kemudian vagina diirigasi menggunakan cairan kalium permanganate. agar ridak terjadi infeksi. setelah plasenta keluar, 2 collibact bolus dimasukkan kedalam vagina yang berfungsi untuk antibiotik dan dilanjutkan dengan penyuntikan vitamin secara intramuscular.
2) Prolapsus
Penyakit ini ditandai dengan pembalikan uterus atau vagina menggantung keluar. Penanggulangannya yaitu uterus dan vagina dibersihkan dengan cairan kalium permanganat. Setelah bersih, uterus dan vagina direposisi ke dalam saluran reproduksi dan dilanjutkan dengan penjahitan vulva. Tindakan terakhir yaitu penyuntikan antibiotik dan pemberian vitamin.
Gambar 6. Sapi Betina Yang Prolapsus
3) Blot atau Kembung Perut
Penyakit ini dapat diakibatkan karena ternak mengkonsumsi pakan yang basah, sehingga gas CH4 sulit keluar. Penyakit ini ditandai dengan perut sebelah kanan agak membesar, nafsu makan menurun dan ternak terlihat sangat pasif. Penanggulangan penyakit tersebut yaitu dengan cara diberi timpanol dan pemberian minyak goring ± 0,5 liter secara oral.
4) Panas
Gejala penyakit ini ditandai dengan suhu tubuh tenak sapi tidak normal yaitu lebih dari 380c, nafsu makan menurun, dan terlihat tidak aktif. Penyebab penyakit ini yaitu apabila, pakan yang dikonsumsi oleh ternak serat kasarnya terlalu tinggi dan konsumsi air terlalu sedikit. selain itu perubahan cuaca dapat menyebabkan ternak sakit.
5. Rekording
Recording merupakan kegiatan pencatatan mengenai data tentang ternak sapi. Recording sangat penting dalam setiap usaha peternakan karena bertujuan untuk mengetahui keberhasilan usaha peternakan.
Jenis recording yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong antara lain:
1. Rekording identitas ternak
Recording identitas ternak merupakan kegiatan pencatatan yang berisikan no. ternak, jenis kelamin ternak, status fisiologis.
2. Rekording kesehatan
Recording kesehatan ternak merupakan kegiatan pencatatan yang berisikan jenis penyakit yang diderita ternak, pengobatan ternak,.
3. Rekording penimbangan
Recording penimbangan merupakan kegiatan pencatatan yang berisikan no ternak, bobot badan awal dan akhir setiap ternak, pertambahan bobot badan.
4. Rekording kelahiran.
Rekording kelahiran merupakan kegiatan pencatatan yang berisikan no. induk pedet, bobot badan induk, no. pedet, jenis kelamin, tinggi depan, tinggi belakang, dan panjamg badan.
5. Rekording pemberian pakan
Recording pemberian pakan merupakan kegiatan pencatatan yang berisikan no identitas ternak, jenis pakan yang diberikan.
6. Pemanenan Hasil/Pemasaran
Pemasaran di Loka Penelitian Sapi Potong bukuanlah tujuan utama, melainkan sebagai sarana penelitian. kegiatan pemasaran yang ada hanya bertujuan untuk menjual sapi-sapi yang sudah tidak produktif lagi. Penjualan ini bertujuan sebagai tambahan modal untuk menggati atau mendatangkan sapi-sapi yang baru dan produktif. Selain itu Loka Penelitian Sapi Potong juga menjual hasil sampingan dari peternakan yaitu berupa kompos dalam bentuk kemasan.
7. Penaganan Limbah
Limbah merupakan hasil sampingan dari usaha peternakan, limbah terdiri dari dua bentuk yaitu dalam bentuk cair dan padat.
Walaupun hanya merupakan hasil sampingan peternakan yang berasal dari kotoran ternak dan urine limbah juga bermanfaat bagi manusia. Limbah yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong dalam bentuk cair berfungsi sebagai pupuk yang langsung dialirkan ke kebun rumput yang ada disekitar kandang, selain itu limbah cair dialirkan kedalam tempat penampungan yang berfungsi sebagai Bio-Gas. Sedangkan limbah dalam bentuk padat dibuat pupuk kompos.
8. Tata Laksana Reproduksi
Kegiatan manajerial yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong adalah kegiatan pemeliharaan pedet dari lahir, yang meliputi:
a. Pelaksanaan Perkawinan
Pelaksanaan perkawinan yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong adalah secara alam. Keunggulan dari perkawinan dengan cara ini adalah tidak memerlukan deteksi birahi, proses perkawinan tidak memerlukan bantuan manusia dan tingkat keberhasilan kebuntingan cukup tinggi.
Menurut Anonimus (2002) keberhasilan perkawinan alami mampu mencapai 85% - 90% dan nilai tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem kawin IB. Sapi induk yang ideal digunakan sebagai bibit sumber dimulai pada umur sekitar 18 – 24 bulan yaitu ditandai dengan mulai bunting yang pertama. Sedangkan untuk pejantan yang digunakan sebagai pemacek adalah umur 3- 4 tahun, kesehatan secara umum baik, mampu berejakulasi, libido tinggi, tidak cacat, serta dalam keadaan sehat.
Pejantan dan ternak betina dikumpulkan dalam satu kandang selama kurang lebih 60 hari selama 24 jam sepanjang waktu. Rasio pejantan dan betina dalam setiap perkawinan sekitar 1 : 20, dimana seekor pejantan mampu mengawini ternak betina sampai 20 ekor. Menurut Hafez (1993) mengatakan bahwa pejantan sapi potong mampu mengawini 30 – 60 ekor ternak betina. Dalam pelaksanaan perkawinan betina yang digunakan merupakan induk dan dara.
b. Pemeriksaan Kebuntingan (PKB)
Pemeriksaan kebuntingan dilakuka setelah 2 bulan perkawinan. Pemeriksaan kebuntingan dilakukan oleh pihak Loka Penelitian Sapi Potong, sebelum pemeriksaan kebuntingan dilakukan penimbangan terhadap ternak betina. Pemeriksaan kebuntingan bertujuan untuk mengetahui ternak betina yang positif bunting, dilakukan secara palpasi rektal pada uterus ternak betina. Menurut Hafez (1993) palpasi rektal dilakukan pada sapi yaitu uterus diraba melalui rectal untuk mengetahui perkembangan uterus bila terjadi kebuntingan.
c. Kebuntingan
Setelah kegiatan PKB selesai dilaksanakan, maka ternak yang positif bunting harus dipisahkan dengan betina lainnya dan dipindahkan kekandang kelompok P, Q, R, S. Kandang tersebut bertujuan untuk menampung ternak yang telah bunting tua sampai melahirkan. Tujuan ternak bunting dipisahkan dengan ternak yang tidak bunting agar dalam pemeliharaannya lebih terjangkau khususnya dalam pemberian pakan.
d. Penanganan Kelahiran
Gejala induk bunting yang akan melahirkan adalah nafsu makan menurun, vulva membengkak dan keluar lendir kental atau keruh. Kelahiran yang sering terjadi di Lolit Sapo terjadi pada malam hari, setelah pagi hari dilakukan penimbangan induk dan pedet yang baru lahir. Penimbangan bertujuan untuk mengetahui berat badan induk dan pedet. Setelah pedet ditimbang dilakukan pengukuran pajang badan, tinggi depan dan tinggi belakang pada pedet. Selain itu dilakukan penomoran pada pedet guna mengetahui perkembangan pedet setiap harinya. Pada saat pedet lahir harus menyusui induknya guna mendapatkan kolostrum. Karena kolostrum berfungsi sebagai antibodi untuk daya tahan tubuh pedet terhadap serangan penyakit.
e. Pemeliharaan Pedet Lepas Sapih
Induk yang baru melahirkan bersama pedetnya dipindahkan ke kandang individu. Hal ini bertujuan agar induk dapat menyusui pedetnya lebih optimal karena pedet yang baru lahir sangat membutuhkan air susu khususnya kolostrum sebagai antibodi untuk ketahanan tubuh pedet agar tidak gampang terserang penyakit. Pedet dikandangkan bersama induknya sampai mencampai umur 4-7 bulan dimana pedet sudah lepas sapih, setelah umur 4-7 bulan pedet dipindahkan ke kandang pembesaran (rearing) yaitu di kandang A, B, C, D, dan E.
Gambar 7. Kandang Untuk Pedet Yang Baru Lahir Dengan Induknya
BAB V
PENUTUP
A. Siimpulan
Dari hasil kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapang) yang di laksanakan di Loka Penelitian Sapi Potong dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kontruksi kandang yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong untuk kandang pedet masih belum memenuhi syarat, karena kontruksi pada dinding kandang dapat menyebabkan pedet dapat keluar dari kandang.
2. Bangsa sapi yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong adalah sapi Peranakan Ongole.
3. Manajemen pemberian pakan di Loka Penelitian Sapi Potong belum memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ternak, karena pemberian pakan sering diganti tanpa adanya adaptasi pakan terhadap ternak terlebih dahulu.
4. pengendalian dan penanganan penyakit sudah baik, karena setiap ternak yang sakit langsung dipindahkan ke kandang karantina dan dipisahkan dengan ternak yang sehat.
5. Recording yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong adalah recording identitas ternak, penimbangan, pemberian pakan, kelahiran, dan kesehatan.
6. Penaganan limbah yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong yaitu berupa pembuatan pupuk kompos dalam bentuk kemasan yang dijual, Bio-Gas, dan langsung dialirkan ke kebun rumput yang berada disekitar kandang.
7. Pemasaran di Loka Penelitian Sapi Potong yang ada adalah hanya menjual ternak sapi ayng sudah tidak produktif lagi dan hasil dari penjualan pupuk kompos.
8. Manajerial yang ada di Loka Penelitian Sapi Potong yaitu pemeliharaan pedet dari lahir.
B. Saran
1. Sebaiknya sebelum pemberian pakan yang baru harus ada adaptasi pakan terlebih dahulu untuk ternak.
2. Dinding kandang untuk pedet atau kandang pembesaran sebaiknya jaraknya dibuat jangan terlalu jarang.
3. Drainase sebaiknya dibuat agak lebar sehingga kotoran dengan mudah mengalir kesaluran pembuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymus. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius : Yogyakarta.
Anonymus. 1992. Petunjuk Beternak Sapi Potong, Kanisius : Yogyakarta.
Anonymus. 2006. Diare Pada Pedet Sapi. Malang.
Astuti, M. 2004. Potensi dan Keragaman Sumber Daya Genetik Sapi PO, Proseding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veterinier. Pusat Penelitian dan Peternakan, Bogor.
Blakely, J and Bade, D.H. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. University Gajha Mada, Press : Yogyakarta.
Darmono. 1992. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius : Jakarta.
Departemen Pertanian. 2006. Petunjuk Teknis Penelitian dan Pengkajian Nasional Peternakan dan Perkebunan : Sistem Integrasi Padi Ternak.
Duren, E dan Miller, R.C. 2003. Beef Catlehand Book : Prevention and Treatment Bloat.
Ebert. 2006. Animal Feed Resources Information Sistym.
Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction In Farm Animal. Philadelpia.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Ternak. Universitas Airlangga Press : Surabaya.
Hartadi, H.S. dan R. A.D.Tillman. 1986. Tabel Komposisi Pkan Untuk Indonesi. Universitas Gajha Mada Press : Yogyakarta.
Murtidjo, B.A. 1995. Beternak Sapi Potong. Kanisius : Yogyakarta.
Siregar, S.B. 2005. Penggemukan Sapi. Cetakan ke-sebelas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sugeng, Y.Bambang. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Williamson, G dan Payne, W.J.A. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Universitas Gajha Mada Press, Yogyakarta.
Wijono, D.B.M dan Hartuti. 2005. Korelasi Bobot Hidup Induk Menyusui Dengan Pertambahan Bobot Hidup Sapi Peranakan Ongole.
Sabtu, 28 Februari 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Awalnya yang gemar minum susu adalah orang asing saja seperti orang Belanda, Arab dan India karena mereka lebih awal tahu akan manfaat susu kambing dan sapi. Dengan adanya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan susu yang sangat penting untuk pertumbuhan maka usaha peternakan sapi perah berkembang sangat pesat. Selain itu sapi perah telah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.
Usaha pemeliharaan sapi perah yang ada di indonesia hanya diusahakan didaerah-daerah yang beriklim dingin saja, hal ini dikarenakan ternak sapi perah hanya cocok dengan iklim dingin. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran sapi perah di Indonesia yaitu temperatur, daerah konsumen dan komunikasi. Peternakan sapi perah selain menghasilkan susu juga berkaitan erat dengan pertanian karena ternak sapi perah menghasilkan kotoran atau limbah yang dapat dimanfaatkan dan dikelolah sebagai pupuk kompos.
Adapun beberapa faktor yang menghambat usaha peternakan sapi perah di Indonesia adalah modal, iklim, tenaga kerja dan marketing. Sesuai dengan pernyataan dari Dirjen Peternakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan akan permintaan susu, Indonesia masih harus mengimport dari luar negri sebanyak 80% sedangkan produksi dalam negri hanya mencapai 20%.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka telah banyak industri-industri sapi perah, untuk menghasilkan susu yang berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat maka dalam setiap usaha peternakan sapi perah harus memperhatikan manajemen pemeliharaannya yang meliputi: 1) Perkandangan, 2) Pembibitan, 3) Pakan, 4) Pengendalaian Penyakit, 5) Recording, 6) Pemanenan, 7) Penanganan Limbah.
Agar usaha peternakan sapi perah berjalan dengan baik maka manajemen pemeliharaannya harus diperhatikan karena saling berkaitan satu dengan yang lain karena akan menentukan tingkat keberhasilan usaha peternakan sapi perah.
B. Tujuan
• Untuk mengetahui manajemen pemeliharaan sapi perah
• Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam usaha pemeliharaan sapi perah
• Terjun langsung dalam setiap kegiatan pemeliharaan sapi perah
• Untuk membandingkan teori dan kondisi nyata dilapangan
• Sebagai salah satu persyaratan dalam kegiatan pembelajaran program D4 VEDCA.
C. Sasaran
• Manajemen pemeliharaan sapi meliputi perkandangan, pembibitan, kesehatan, recording, pakan dan pemberiannya, penaganan limbah dan pemasaran
• Mendapat pengalaman yang riil di lapangan
• Untuk diterapkan didalam dunia kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkandangan
Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga. Menurut Siregar (2006) menyatakan bahwa pembuatan kandang ada beberapa persyaratan sebagai berikut :
1. Memberi kenyamanan bagi sapi-sapi yang digemukkan dan bagi
pemelihara ataupun pekerja kandang.
2. Memenuhi persayaratan bagi kesehatan sapi
3. Mempunyai ventilasiatau pertukaran udara yang sempurna
4. Mudah dibersihkan dan terjaga kebersihannya
5. Memberi kemudahan bagi peternak ataupun pekerja kandang pada saat bekerja sehingga efisiensi kerja dapat tercapai
6. Bahan-bahan kandang yang digunakan bertahan lama, tidak mudah lapuk, harganya relative murah dan mudah didapat didaerah sekitar
7. Tidak ada genangan ait diluar ataupun diluar kandang.
Pemilihan Bibit Sapi Perah
Pemilihan bibit akan menentukan majunya peternakan yang akan dikembangkan. Bangsa-bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan pakan sesuai sehingga mampu memberikan keuntungan tertentu dibandingakan bangsa lainnya. Bangsa-bangsa sapi dapat dibagi menjadi 4 yaitu bangsa Eropa, bangsa India, bangsa yang dikembangkan di Amerika Serikat dan yang terakhir disebut bangsa eksotik. Sebenarnya tidak ada bangsa yagn sempurna sebab setiap ternak memeliki sifat-sifat yang cocok untuk keadaan tertentu ataupun tidak cocok untuk keadaan tertentu pula.
Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan peternak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi reproduksi, kemauan memelihara dan menyusui anak, ukuran badan pertambahan berat badan. (Blakely dan Blade, 1996
C. Penyakit
Kejadian penyakit diare pada pedet sangat tinggi diare dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan protozoa. Anonimus (2006) menyatakan bahwa E. coli merupakan salah satu penyebab diare pada sapi. Yang menyebabkan jaringan epitel dalam usus berubah fungsi dari metode penyerapan (nutrisi) menjadi metode pengeluaran. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengobatan penyakit diare berupa antibiotik (streptomicyn) dapat mengurangi populasi bakteri sehingga proses pencernaan dapat berjalan dengan normal kembali. Selain penyakit klinis, terdapat pula penyakit reproduksi
D. Pakan
Menurut Hartadi (1986) konsentrat adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keseimbangan nutrisi dari keseluruhan bahan pakan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau pakan pelengkap.
Menurut Murtidjo (1990) bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu pakan hijauan, paka penguat dan pakan tambahan. 1)Pakan hijauan yaitu semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan. Yamg termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan lain. Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu berupa hijauan segar dan kering. 2) pakan penguat yaitu pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar relative rendah dan mudah dicerna.
Bahan pakan penguat meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil kelapa, tetes.. yang berfungsi untuk meningkatkan dan memperkaya nilai nutrient pada bahan pakan lain ayng nilai nutriennya rendah. 3) pakan tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang hidupnya berada dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain vitamin A dan D, mineral terutama Ca dan P, urea. (Anonimus, 2001).
Dalam menyusun pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu tersedianya bahan baku pakan yang digunakan, kandungan zat-zat pakan dari bahan baku tersebut dan kebutuhan zat pakannya pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak karena kebutuhan zat pakan dan jumlah konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan pertambahan bobot badan tidak maksimal (Tillman, 1998).
Pakan adalah bahan yang dapat dikonsumsi dan dicerna oleh ternak, yang mengandung kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan ternak.
Pakan menurut cullison (1982) memiliki fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama bagi ternak adalah;
a. Sebagai bahan material untuk menyusun dan menjaga struktur tubuh.
b. Sebagai sumber energi.
c. Untuk menjaga keseimbangan metabolisme dalam tubuh.
Adapun fungsi tambahan pakan adalah sebagai sumber energi untuk proses produksi susu, daging, kulit, dan wool. Bahan pakan yang dipilih harus berkualitas dan memenuhi syarat yaitu tidak berjamur dan tidak berdebu. Konsentrat adalah pakan ternak yang berasal dari biji – bijian atau hasil samping dari pengelolaan produk pertanian seperti; bungkil kacang, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, ampas tahu, tetes dan sebagainya. Biasanya pakan konsentrat mengandung protein yang tinggi (Darmono, 1992).
Dalam menyusun pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tersedianya bahan baku yang akan digunakan, kandungan zat – zat makanan dari bahan baku tersebut dan kebutuhan zat makanannya.
Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak karena kebutuhan zat makanan dan jumlah konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan pertambahan bobot badan tidak maksimal (Tillman, dkk; 1998).
Wahyono dan Hardianto (2004) menyatakan bahwa dedak pada mengandung bahan kering 91,27%, serat kasar 18,51%, dan protein kasar sebesar 9,96%.
E. Penanganan Limbah
Limbah dari ternak dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi apabila dikelola dengan baik. Kotoran cair dan padat dari etrnak pada umumnya digunakan sebagai pupuk organic bagi tanaman pertanian ataupun lahan hiajuan makanan ternak (Darmono, 19920
1. Limbah Cair
Proses Produksi dalam Usaha Peternakan Sapi Perah Proses produksi dimulai dengan sistem usaha peternakan yang menerapkan konsep produksi bersih dengan harapan agar kegiatan tersebut ramah lingkungan (Gambar 3). Bagan alir tersebut menunjukkan bahwa semua produk yang dihasilkan oleh perusahaan seperti daging (sapi apkir), susu, feces, urine, sisa pakan, pupuk organik, ikan, dan eceng gondok (Eichornia crassipes) dapat dimanfaatkan dengan baik untuk masing-masing cabang usahatani dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Limbah-limbah yang dihasilkan, baik limbah padat maupun cair dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang.
Limbah padat diproses menjadi pupuk organik (Fine Compost) yang dimanfaatkan untuk tanaman di persawahan ataupun di lahan kering, sehingga lahan, di samping hasil utama berupa padi dan palawija, juga menghasilkan jerami yang dimanfaatkan sebagai pakan sapi. Kolam ikan, di samping menghasilkan ikan, juga menghasilkan lumpur kolam untuk bahan pembuatan kompos. Dengan demikian tidak ada limbah yang terbuang langsung ke lingkungan http://www.disnak.jabar.go.id/data/arsip/pengelolaan%20limbah%20cair.pdf.
F. Tatalaksana Reproduksi
Anonimus (2002) menyatakan bahwa keberhasilan perkawinan alami mampu mencapai 85% – 90% dan nilai tersebut akan lebih rendah lagi bila dibandingkan dengan inseminasi buatan. Hafez (1993) menambahkan bahwa pejantan sapi perah mampu mengawini 30 – 60 induk dalam system perkawinan pasture.
1. Pemeriksaan Kebuntingan
Pemeriksaan kebuntingan merupakan salah satu metode untuk mengetahui status reproduksi dan mendeteksi lebih dini kemungkinan terjadi masalah pada saluran reproduksi induk (Kroker dan Clarke, 2000).
Palpasi rectal pada sapi dilakukan dengan meraba uterus melalui rektum rectal untuk mengetahui perkembangan fetus bila terjadi kebutingan. Metode ini dilakukan pada masa awal kebuntingan hasilnya, cukup akurat dan dapat diketahui segera (Hafez, 1993).
2. Gejala-gejala Kelahiran
Harbers (1981) menyatakan bahwa pada sapi dan kerbau ligament-ligamen pelvis, terutama ligamen sacroischiadicus sangat mengendur menyebabkan penurunan ligament dan urat daging. Pada kebanyakan sapi pengenduran ligamen-ligamen menandakan bahwa partus akan terjadi dalam waktu 24-48 jam.
3. Tahap-Tahap Kelahiran
Pada saat menjelang kelahiran ada 3 tahap kelahiran pada ternak, Gillitte dan Holm (1963) mengatakan bahwa ada tiga tahap kelahiran yaitu 1) adanya kontraksi aktif serabut-serabut urat daging longitudinal, sirkuler pada dinding uterus dan dilatasi cervix, 2) pemasukan fetus kedalam saluran kelahiran yang berdilatasi, rupture kantung allantois, kontraksi abdominal atau perejanan dan pengeluaran fetus melalui vulva, 3) pengeluaran selaput fetus dan involusi uterus, sesudah pengeluaran fetus uterus tetap berkontraksi secara kuat selama 48 jam dan melemah.
4. Penanganan Kelahiran
Thomas (1992), menyatakan bahwa salah satu upaya untuk meminimalisasi kematian pedet yang baru lahir adalah memberikan disinfektan pada pusar berupa iodium 10% untuk mencegah infeksi.
Ritchi dan Anderson (2006), menyatakan bahwa salah satu inisiasi kelahiran adalah faktor hormonal terutama menurunnya hormone progesterone dan disekresikannya oxytocin sehingga induk terus mengejan dan terlihat gelisah.
Menurut Kirk (2006) pedet yang baru lahir tidak memiliki antibodi untuk memproteksi dirinya dari penyakit. Sesaat setelah dilahirkan induk memberikan antibodi pasif melalui pemberian kolostrum, kolostrum mengandung antibodi dalam bentuk immunoglobulin (Ig) yang dapat melindungi pedet dari serangan penyakit.
5. Pemberian Tanda/Penomoran Pada Pedet
Duren (2006) menyatakan bahwa hal-hal yang dapat dicatat pada recording pedet adalah nomor identifikasi induk, pejantan, nomor identifikasi pedet, waktu lahir, berat lahir dan jenis kelamin.
Sedangkan Ebert (2006) menyatakan bahwa penandaan pada ternak, sangat penting untuk recording yang akurat untuk tiap ternak, dalam program pemuliaan ternak adanya tanda pada ternak akan mempermudah untuk mengetahui silsilah dari tiap ternak. Selain itu adanya tanda pada ternak yang didukung oleh recording yang akurat dapat memberikan gambaran produksi dari ternak tersebut.
6. Penyapihan
Perubahan kondisi tubuh induk akan mempengaruhi proses biologis. Induk yang menyusui secara fisiologis akan berusaha memenuhi kebutuhan tubuhnya dan susu pedet.
7. Pemeliharaan Pedet
Hari pertama setelah pedet dilahirkan merupakan periode kritis, oleh karena itu perlu mendapat perawatan yang maksimal. Untuk menjamin bahwa anak pedet yang dilahirkan dalam keadaan sehat. Maka pemberian kolustrum sangat penting untuk pertumbuhan pedet. (Adi Sudono, 1969).
Pedet yang baru dilahirkan lendir yang terdapat pada hidung dan mulut harus segera dibersihkan bertujuan untuk membantu pedet bernafas. Setelah itupusar pedet dipotong dan di rendam kedalam Yodium Tenctur 10 %, (Anonymous, 1974).
8. Analisa Usaha Peternakan Sapi Perah
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya
tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal,
serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi,
pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem recording,
pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit.
Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya. Produksi susu sapi di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengan tingkat penjualan sapi dan produknya yang lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi afkiran. Di Amerika Serikat, tingkat penjualan dan pembelian sapi dan produknya secara tunai mencapai 13% dari seluruh peternakan yang ada di dunia.
Sementara tingkat penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapi
perah, dan sapi afkir hanya berkisar 3%. Produksi susu sejumlah itu masih
perlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia ini.
Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian
pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum
pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5-
4% dari bahan kering http://computer.ebooktops.com
BAB III
METODE PELAKSANAAN PKL
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL
Kegiatan PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan yang dimulai dari tanggal 14 januari 2008 sampai dengan 18 maret 2008, yang dilaksanakan di UPTD BPPT SP sapi perah cianjur. Adapun beberapa jadwal kegiatan PKL yang dilaksanakan yaitu oreintasi dilakukan pada tanggal 14 januari 2008, observasi, adaptasi dilakukan setiap hari baik itu dilingkungan industri maupun dilingkungan masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan PKL di industri setiap mahasiswa PKL didampingi oleh pembimbing dari Industri. Penulisan laporan dilakukan dua minggu sebelum kegiatan PKL telah dilaksanakan di tempat industri yaitu kurang lebih tiga bulan.
B. Metode PKL
1. Orientasi
Oreintasi dilakukan setelah mahasiswa PKL telah berada di lingkungan industri untuk mendapat pengarahan dari pimpinan industri ataupun pihak yang telah menerima mahasiswa untuk kegiatan PKL. Mahasiswa dikumpulkan dalam satu ruangan untuk mendapat pengarahan dan petunjuk dari pihak industri dan pembimbing, dalam kegiatan ini mahasiswa mempelajari struktur organisasi UPTD BPPT SP Cianjur, ruang lingkup kegiatan mencakup kegiatan penelitian dan manajemen pemeliharaan ternak sapi perah, mempunyai ruang tata usaha, gedung pertemuan, laboratorium, perumahan karyawan.
2. Observasi
Observasi dilakukan langsung oleh mahasiswa PKL untuk memperoleh data dan informasi mengenai lokasi, situasi dan kondisi lapangan yang berhubungan dengan materi PKL.
3. Adaptasi
Adaptasi sangat penting dilakukan oleh mahasiswa dengan pihak industri agar kegiatan PKL berjalan dengan baik. Adaptasi dengan pembimbing industri dilakukan dengan cara bertanya seputar kegiatan selama pelaksanaan PKL, masalah-masalah yang terjadi di industri dan untuk mengumpulkan data atau bahan untuk pembuatan laporan. Adaptasi juga dilakukan dengan semua karyawan di industri yaitu dengan cara ramah terhadap setiap karyawan dan meamtuhi peraturan industri, selain itu kita juga harus beradaptasi dengan masyarakat tempat tinggal yaitu dengan cara ramah serta ikut membantu dalam kegiatan social atau kemasyarakatan.
4. Pelaksanaan PKL
Pelaksanaan PKL dilakukan pada tanggal 14 januari 2008 sampai dengan tanggal 18 maret 2008. Prosedur kegitan PKL yaitu mahasiswa menyesuaikan dengan jadwal yang telah diberikan dari pihak industri dan harus dipatuhi oleh mahasiswa. Jadwal kerja yaitu hari senin sampai dengan hari jumat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
Pada tahun 1994 berlokasi di Ciseruh-Loji, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, namun sejak tahun 1994 berpindah lokasi ke Padalengsar, Desa Bunikasih, Kecamatan Warung Kondang, Kabupaten Cianjur.
Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Perah Bunikasih-Cianjur merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas di Jawa Barat yang pengelolaannyadiserahkan pada Dinas Peternakan Propensi Jawa Barat, sesuai dengan PERDA Nomor 05 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Propinsi Jawa Barat.
Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Perah (UPTD BPPT SP), memiliki tugas pokok melaksanakan sebagai fungsi dinas dibidang pokok tersebut, maka balai mempunyai fungsi sebagai pengelola dibidang pengembangan perbibitan sapi perah, dengan perannya sebagai: sumber bibit ternak dan hijauan makanan ternak, ujicoba teknologi terapan, tempat percontohan dan tempat pelatiihan.
Letak geografi: 800 M dpl
Ketinggian : 18 – 220C
Temperatur : 85%
Stuktur organisasi
1. Kepala Balai
2. Sub bagian Tata Usaha
3. Seksi Pengujian
4. Seksi Pengembangan
5. Kelompok Jabatan Fungsional
Balai memiliki tugas pokok melaksanakan fungsi dinas di bidang pengembangan perbibitan sapi perah.
Visi dan Misi
Visi
Terwujudnya professionalisme dalam memfasilitasi penyebaran ternak sapi perah dan hijauan makanan ternak yang unggul serta berstandar nasional tahun 2010.
Misi
1. Meningkatkan Pelayanan Penyediaan bibit ternak sapi perah, hijauan makanan ternak dan pentediaan air susu yang HAUS.
2. Meningkatkan Pelayanan Pelatihan bagi petani peternak
3. Meningkatkan Pelayanan Teknologi terpadu di bidang sapi perah.
Potensi yang dimiliki yaitu sumber daya manusia dan sumber daya alam, sumber daya manusia yang dimilki adalah Dokter Hewan sebagai Kepala Balai, Sarjana Sosial sebagai Kasubbag TU, satu orang Magister Pertanian sebagai Kasi Pengembangan, dua orang Sarjana Peternakan sebagai Kasi Pengujian dan Tenaga Kontrak Kerja. Adapun sebagai staf terdiri dari Ahli Madya sebagai Kasir Kegiatan, 6 orang PNS sebagai tenaga pelaksana teknis harian lulusan SD. Tenaga Kontrak Kerja (TKK ).
B. Hasil Dan Pembahasan Kegiatan PKL
1. Perkandangan
Perkandangan merupakan satu dari beberapa factor yang harus diperhatikan dalam usaha peternakan. Kandang yang memenuhi persyaratan akan membuat usaha peternakan sapi perah berjalan dengan baik.
Kandang untuk peternakan mempunyai fungsi sebagai berikut:
• Melindungi ternak dari perubahan cuaca atau iklim
• Mencegah dan melindungi etrnak dari penyakit
• Menjaga keamanan ternak
• Memudahkan dalam pemeliharaan seperti pemberian pakan dan minum, pengelolaan kompos dan perkawinan.
Perkandangan yang ada di UPTD BPPT SP, terdiri dari kandang sapi Laktasi, sapi Dara, dan sapi Pedet.
dalam pembuatan kandang ada beberapa syarat yang harus kita perhatikan antara lain:
a. Letak Kandang
Dalam membuat kandang yang harus diperhatikan adalah tempat mendirikan kandang tersebut. Letak kandang yang cocok untuk peternakan adalah diusahakan di tempat yang agak tinggi di lokasi peternakan denagn begitu mempermudah dalam pembuangan kotoran, serta kandang tidak lembab.
Letak kandang satu dengan yang lainnya harus diatur sedemikian rupa sehingga ternak tidak akan terganggu.
Letak kandang yang ada di UPTD BPPT SP sudah tepat karena berada di atas ketinggian sehingga memudahkan dalam pembuangan kotoran.
b. Ukuran Kandang
Ukuran kandang yang normal untuk setiap ekor sapi, memerlukan tempat seluas 2,25 x 1,5m.
c. Kontruksi Kandang
Kontruksi kandang harus mempunyai hitunga yang cermat, sehinnga keadaan kandang yang kita buat nantinya akan bisa terlaksana dengan praktis dalam pemberian pakan, minum, sanitasi kandang, dan kegiatan pemerahan.
1) Kerangka kandang
Biasanya kerangaka kandang dibuat dari bahan besi, beton, dan kayu. Dengan kerangka kandang kita dapat menentukan model kandang yang diinginkan.
2) Atap kandang
Atap kadang biasanya terbuat dari bahan asbes, genting, seng, alang-alang, maupun ijuk. Di Indonesia sendiri kebanyakan atapnya terbuat dari genting atau asbes sebab kedua bahan itu mudah didapatkan dan mempunyai daya tahan yang baik terhadap cuaca.
Atap kandang yang ada di UPTD BPPT SP terbuat dari asbes. Dengan model atap monitor.
3) Lantai
Lantai kadang biasanya terbuat dari bahan semen atau kayu, keadaan harus dijaga agar tetap kering dan bersih. Laintai kandang untuk sapi laktasi yang ada UPTD BPPT SP, terbuat dari semen dengan alas matras, pemakaian matras pada lantai kandang bertujuan agar ternak sapi tidak terjatuh karena lantai yang licin, membantu menyerap air air sehingga lantai kandang menjadi kering, sapi berdiri dengan baik. Lantai kandang dibuat agak miring agar memudahkan dalam sanitasi kandang.
4) Dinding
Dinding kandang yang biasanya dipakai terbuat dari bahan tembok. Dinding kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari cuaca luar yang dingin dan tampiasan air hujan yang dapat menyebabkan penyakit pada ternak. Di UPTD BPPT SP dinding kandang untuk sapi laktasi terbuat dari besi, sapi dara dinding kandangnya terbuat dari tembok, sedangkan untuk pedet dinding kandangnnya terbuat dari besi.
d. Model Kandang
Model kandang yang biasanya digunakan oleh peternak adalah model kandang individu dan koloni atau kelompok. Model kandang model tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing.
1) Model kandang individu
Kelebihan :
• sapi lebih tenang dan tidak mudah stress
• pemberian pakan dapat terkontrol dan sesuai dengan kebutuhan ternak
• menghindari persaingan pakan dan perkelahian dalam kandang
Kekurangan:
• memerlukan biaya yang relative mahal
• memerlukan tenaga kerja yang lebih didandingkan dengan kandang kelompok
2) Kandang kelompok (koloni)
Kelebihan:
• biaya relative murah
• memerlukan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan kandang individu
Kekurangan:
• mudah terjadi penularan penyakit
• terjadi persaingan pakan dan perkelahian
• pemebrian pakan tidak terkontrol
Untuk peternakan sapi perah odel kandang yang digunakan adalah model kandang tunggal dan kandang ganda. Model kandang tunggal adalah kandang yang terdiri dari satu baris saja. Kandang ganda adalah kandang yang terdiri dari dua baris kandang. Kandang ganda dibedakan menjadi dua yaitu head to head atau berhadapan dan tail to tail atau berlawanan.
Model kandang yang ada di UPTD BPPT SP adalah model kandang ganda tail to tal atau berlawanan arah. Model kandang untuk kandang pedet yang baru lahir menggunakan model kandang indvidu, hal ini dikarenakan karena pedet yang baru lahir membuthkan kolostrum karena berfungsi sebagai imonuglobin dan sebagai daya tahan tubuh pedet terhadap penyakit.
a. Kandang Pedet
Pedet mempunyai naluri menyusui atau menghisap benda yang menyerupai putting misalnya jari tangan atau telinga pedet yang lain. Bulu atau ramput telinga yang terhisap dapat membentuk gumpalan bola yang dapat menyumbat saluran pencernaan yang dapat mengakibatkan kembung perut. Oleh karena itu pedet harus ditempatkan terpisah dengan model kandang individu.Ukuran kandang individu untuk pedet 3 m x 1,5 m.
Bahan kandang untuk dinding terbuat dari besi sedangkan alas kandang terbuat dari kayu. Kandang dibuat agak tinggi dari permukaan lantai untuk memudahkan pada saat kegiatan sanitasi kandang.
Gambar 1. Kandang Pedet Masa Sapih Gambar 2. Kandang Pedet Lepas Sapih
b. Kandang Sapi Dara
Sapi Dara dipelihara secara berkelompok didalam kandang tail to tail, yang bertujuan agar :
• Ternak sapi bebas bergerak
• Cukup sirkulasi udar dan sinar matahari
• Tidak adanya persaingan pakan
• Memudahkan dalam deteksi birahi
Bahan kandang yang digunakan terbuat dari:
• Lantai : campuran semen dan pasar
• Dinding : semen
• Atap : asbes
• Tempat pakan dan minum : semen
Ukuran kandang.
• Panjang : 7,8m
• Lebar : 6,8m
• Tinggi pagar : 1,2m
Gambar 3. Kandang Sapi Dara
c. Kandang Sapi Laktasi
Apabila sapi dalam keadaan stress akan berproduksi tidak optimal, kontruksi kandang yang salah merupakan salah satu penyebab sapi stress. Dalam pembuatan tempat pakan untuk Sapi Laktasi kita harus memperhatikan syarat sebagai berikut:
• Sapi harus sedapat mungkin makan dengan leluasa, tidak terganggu oleh sapi yang lain dan mudah mengkonsumsi pakan dalam keadaan segar. Pada saat akan makan, pakan terlihat jelas sehingga temapt pakan tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.
• Mudah dibersihkan
• Permukaannya halus
• Direkomendasikan untuk membuat tampat pakan model rata dan model cekung
Syarat tempat minum antara lain:
• Terpisah dari tempat pakan sehingga Air tidak mengalir ketempat pakan.
• Air minum yang bersih harus selalu tersedia, kebutuhan minimal 30-80 liter/ekor/hari
• Direkomendasikan untuk membuat tempat minum dalam ukuran yang kecil dan tidak terlalu dalam. Satu tempat minum untuk dua ekor.
Kebersihan kandang harus diperhatikan agar ternak tidak gampang sakit.
2. Pembibitan
Pembibitan dalam usaha peternakan sapi sangat penting karena kegiatan ini merupakan memilih bakalan yang akan dijadikan sebagai bibit sapi yang akan diusahakan.
Yang harus diperhatikan dalam kegiatan memilih bakalan antara lain:
1) Bangsa
2) Umur
3) Jenis kelamin dan Postur Tubuh
Bibit sapi perah yang ada di UPTD BPPT SP adalah sapi FH, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Warnanya hitam dan putih
2) Pada kaki bagian bawah dan ekornya berwarna putih
3) Tanduknya pendek dan menghadap kedepan
4) Pada dahinya terdapat belang warna putih yang berbentuk segitiga
5) Sifatnya cenderung jinak dan mudah pembawaannya tenang, sehingga mudah dipelihara
6) Tidak tahan panas
7) Pertumbuhannya lambat
8) Berat badan sapi jantan 850 kg, sedangkan betina 625 kg.
9) Produksi susu perahnya 4.500-5.500 liter dalam satu masa laktasi
10) Postur badanya tetap.
Sapi perah FH sangat cocok untuk usaha peternakan sapi perah karena melihat produksi susu yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan jenis sapi perah lainnya.
3. Pakan dan Pemberiannya
Ternak ruminansia baik itu sapi potong, sapi perah, kerbau, domba dan kambing mempunyai lambung majemuk yaitu rumen (perut handuk), reticulum (perut jala), omasum (perut buku), dan abomasums (lambung kelenjar yang fungsi sama dengan lambung manusia). Rumput sebagai makanan pokok ruminansia, dicerna didalam rumen melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme (bakteri dan protozoa).
Peningkatan produksi susu merupakan salah satu sasaran yang akan dicapai dalam setiap usaha peternakan sapi perah. Untuk itu pakan yang diberikan harus diperhatikan, selain itu dengan pemberian pakan secara teratur dan pakan yang diberikan memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan berkualitas serta ekonomis.
Maka usaha peternakan sapi perah tidak akan terhambat. Fungsi pakan antara lain:
• Sebagai bahan material untuk menyusun dan menjaga struktur tubuh.
• Sebagai sumber energi.
• Untuk menjaga keseimbangan metabolisme dalam tubuh.
Pakan dikatakan baik apabila pakan tersebut mengandung nutrisi yang di perlukan untuk kelangsungan hidup ternak yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin.
Pemberian pakan di UPTD BPPT SP digolongakan kedalam 4 bagian yaitu pemberian paka untuk pedet masa sapih, pedet lepas sapih, sapi dara, dan sapi laktasi. Dari keempat golongan tersebut pemberian pakannya berbeda- beda.
Gambar 4. Pemberian Konsentrat Gambar 5. Pemeberian Hijauan
a. Pakan Pedet Masa Sapih
Ukuran rumen pada pedet dan sapi dewasa berbeda, ukuran rumen pada pedet belum terbentuk dengan sempurna sehingga pakan yagn diberikan berbeda dengan sapi dewasa, apabila pedet yang masih dalam masa sapih belum bisa mengkonsumsi pakan padat. Pedet masa sapih adalah pedet yang baru dilahirkan dan membutuhkan kolustrum untuk pertumbuhan, umur pedet yang dalam masa sapih 2-3 bulan.
Pedet umur 0-6 hari pemberian kolustrum hanya diberi kolustrum saja, setelah umur 1-9 minggu pedet sebaiknya diberiakan pakan padat untuk merangsang perkembangan rumen. Pakan padat yang diberiakn berupa makanan formula atau konsentrat yang mengandung protein kasar 18%. Sedangkan untuk pemberian air minum sebaiknya harus selalu tersedia didalam kandang.
pemberian pakan untuk pedet masa sapih di UPTD BPPT SP dalam bentuk hay. Hay merupakan rumput yang dijemur.
b. Pakan Pedet Lepas Sapih
Umur pedet yanag lepas sapih di UPTD BPPT SP yaitu berumur 2 bulan, pada umur ini pedet sudah dapat mengkonsumsi pakan konsentrat sebanyak 1,2 kg/hari selama 3 hari berturut-turut. Pemberian Hay sebanyak 1-1,5 kg, atau sebanyak 2-3 kg rumput setengah kering, Hay diberikan sampai pedet berumur 6 bulan.
Pemberian konsentrat untuk pedet yang berumur 2 bulan sebanyak 2 kg, pada umur 3 bulan diganti dengan pemberian konsentrat yang mengandung protein kasar 16% dan TDN 70%. Jika konsentrat yang dikonsumsi pedet dalam keadaan basah atau dicampur dengan air, maka dapt mengakibatkan terhambatnya perkembangan rumen karena nafsu makan terhadap hijauan jadi rendah, pemberian konsentrat pada umur 2 bulan pedet mampu memakan 2 kg konsentrat.
c. Pakan Sapi Dara
Setelah berumur 7 bulan, nafsu makan terhadap rumput semakin tinggi, karena fungsi organ belum optimal maka sapi mudah perlu diberi konsentrat sebanyak 1,5 kg/hari. Pemberian hijauan harus optimal, jika kualitas hijauan kurang baik, sapi akan kekuranagan energi, pada kondisi tersebut dapat ditambahkan pakan konsentrat secukupnya jangan sampai sapi tersebbut kegemukan, target bobot badan pada umur 12 bulan ± 297 kg.
Sapi dara dapat dikawinkan pertama kali jika, berat tubuh 85-300 kg atau lingkar dada 175-177 cm.
d. Pakan Sapi Laktasi
Zat-zat makanan pada sapi laktasi berfungsi sebagai hidup pokok, pertumbuhan janin di dalam kandungan serta produksi susu. Jika ingin mendapatkan produksi susu yang tinggi, baik jumlah maupun mutunya, maka pakan harus diberikan dalam jumlah yang cukup dan bermutu. Dalam penyusunan ransum yang harus diketahui adalah kebutuhan za gizi ng diperlukan oleh sapi laktasi berdasarkan target reproduksi dan tahapan laktasi (laktasi awal, laktasi tengah, dan laktasi akhir).
Pemberian pakan konsentrat secara kering yang bertujuan agar PHnya di dalam rumen stabil sehingga berpengaruh positif terhadap jumlah dan kualitas susu yang diproduksi. Challenge Feeding adalah metode pemberian pakan secara bertahap sejak 2 minggu pertama sebelum beranak sampai mencapai puncak produksi sehingga sapi perah tersebut dapat menampilkan produksinya secara optimal sesuai dengan kemampuan genetiknya. Pada kondisi ini sapi perah dipersiapkan untuk mendapat konsentrat yang banyak setelah beranak. Agar mikrobarumen dapat beradpatasi engan baik maka pemberian konsentrat dimulai sejak 2 minggu sebelum beranak .
Sebaiknya pakan konsentrat diberiakan secepat mungkin setelah beranak tujuannya adalah
• Pakan dapat digunakan untuk membantu memproduksi susu secara langsung .
• Puncak produksi dapat dicapai, hal ini berpengaruh untuk periode laktasi berikutnya.
• Dapat diketehui kemampuan genetika ternak tersebut. Selanjutnya kita mengafkir sapi karena produksi susunya rendah.
• Total produksi tinggi sehingga diperoleh keuntungan maksimal.
4. Pengendalian Penyakit
Penyakit merupakan penyimpangan atau perubahan yang terjadi pada ternak yang disebabkan oleh organisme hidup. Selain itu penyakit juga bisa disebabkan karena kecelakaan, keracunan makanan dan perubahan cuaca. Penyakit merupakan salah satu faktor yang menghambat kegiatan usaha peternakan, disebabkan oleh bakteri, parasit, virus dan protozoa. Penyakit dapat dengan mudah berkembang dan menyerang ternak.
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara vaksinasi atau penyemprotan disinfektan untuk kandang yang kosong sebelum sapi yang baru didatangkan ditempatkan dikandang tersebut.
Pada saat pelaksaan PKL di UPTD BPPT SP penyakit yang sering diderita oleh ternak sapi perah adalah:
a. Foot Root
Foot Root merupakan penyakit yang menyerang bagian kaki. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri, Foot Root dapat menyebabkan kebusukan pada bagian kuku karena terdapat belatung yang bersarang pada bagian kaki. Penyakit ini banyak menyeranag ternak sapi perah.
1) Ciri-ciri ternak sapi yang terkena Foot Root:
• Nafsu makan menurun
• Matanya kelihatan sayu
• Terlihat pincang dan berdiri tidak tegak karena pada bagian kuku membengkak, dan merah.
2) Penyebab Foot Root
• Kuku ternak sapi yang panjang
• Kuku tidak bersih dari kotoran
• Kandang yang tidak bersih
• Ternak jarang dimandikan
3) Pengobatannya
• Penyemprotan gosanes
• Pemotongan kuku
• Pemberian salep antibiotic
• Kuku ternak sapi dapat direndam dalam larutan natrium karbonat.
b). Mastitis
Penyebab penyakit ini adalah bakteri streptococcus coccid an staphylococcus cocci. Sedangkan masa incubasinya tidak tertentu dan sangat bervariasi. Penularannya melaului bakteri yang masuk kedalam puting susu dan berkembangbiak dalam saluran susu.
Gejala spesifiknya adalah adanya peradangan pada saluran kelenjar susu serta adanya perubahan fisik dan kimiawi air susu.
Ciri-cirinya:
ambing bila diraba akan terasa panas
air menjadi encer dan lama kelamaan sekresi air susu akan berhenti
nafsu makan menurun, bulu kelihatan kasar dan kusam
suhu tubuh naik.
Pencegahan dan Pemberantasannya
karena penularan penyakit ini melalui puting susu, maka untuk pencegahan timbulnya penyakit ini harus memperhatikan cara pemerahan susu sapi, sebelum diperah harus dibersihkan terlebih dahulu.
Hindarkan kemungkinan adanya hal-hal yang dapat menyebabkan luka pada putting susu.
Harus menjaga kebersihan kandang dan peralatan pemerahan.
Pengobatan
Suntikan Procain Penicilin G + Dihydrostreptomicyn 2cc/100 kg berat badan, tiap hari
Sulfamethazine 120 mg/kg berat badan /ons (melalui mulut) dilanjutkan dengan 60 mg berat badan tiap 12 jam selam 4 hari.
c). Kutu
Kutu sering kali menyerang ternak sapi, hal ini dikarenakan karena kondisi kandang dan sanitasi ternak tidak bersih sehingga memungkinkan kutu mudah berkembangbiak pada ternak sapi. Pada saat pelaksanaan PKL hamper semua ternak sapi yang ada terkena kutu. Kutu tersebut menempel pada bagian pangkal ekor dan vulva ternak sapi perah.
d). Cacingan
Penyakit ini sering kali menyerng pedet atau anak sapi, cirri-ciri ternak yang cacingan adalah:
Nafsu makan menurun
Ternak terlihat pasif
Bulunya kasar dan kusam
Ternak terlihat kurus
Pengobantannya yaitu pemberian obat cacing dalam bentuk tablet dan peyuntikan antibiotic
serta vitamin.
5. Recording
Recording sangat penting dalam setiap usaha peternakan karena merupakan kegiatan pencatatan terhadap kegiatan usaha peterakan untuk mengetahui keberhasilan usaha terssebut dan uantuk mencatat data mengenai ternak yang disahakan.
Recording yang ada di UPTD BPPT SP, adalah:
Recording Kelahiran
Recording kelahiran bertujuan utnuk mencatat data tentang induk yang baru melahirkan beserta pedetnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui status fisiologis ternak tersebut.
Recording Identitas Ternak
Recording ini merupakan kegiatan pemberian tanda atau nomor pada ternak yang bertujuan untuk mengetahui berkembangan ternak.
Recording Kebuntingan
Recording ini bertujuan untuk mengetahui ternak yang bunting dan mencatat umur kebuntingan ternak.
Recording Populasi
Recording ini bertujuan untuk mengetahui jumlah atau populasi ternak.
Recording Perkawinan atau IB
Recording ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan ternak setelah di IB serta memudahkan dalam kegiatan PKB (pemeriksaan kebuntingan).
6. Pemanenan Hasil atau Pemasaran
Kegiatan pemanenan atau pemasaran yaitu hasil atau komoditas utama yang dihasilkan dari usaha peternakan sapi. Untuk usaha peternakan sapi perah menghasilkan susu. Susu yang dihasilkan dibawa ke GKSI sukabumi, kemudian dipasarkan ke perusahaan atau industri seperti Indomilk. Selain itu susu yang dihasilkan juga langsung di jual kepada masyarakat setempat. Produksi susu yang dihasilkan mencapai 12-15 liter/hari/ekor. Kegiatan pemerahan dilakukan 2 kali yaitu pada pukul 04.00 WIB dan pukul 13.00 WIB.
Gambar 6. Kegiatan Pemerahan
7. Penanganan Limbah
Limbah merupakan hasil akhir atau buangan dari` ternak. Limbah dalambentuk padat dan cair, limbah padat yang ada di UPTD BPPT SP dilkelolah sebagai pupuk kompos dan budidaya kascing. Sedangkan limbah cair langsung dialirkan ke kebun rumput yang ada disekitar kandang.
Gambar 7. Budidaya Cacing Gambar 8. Pemanfaatan Limbah Cair
8. Penanganan Pedet dan Induk
Penanganan Pedet sangat perlu karena pedet merupakan langkah awal dalam setiap pemeliharaan serta merupakan bibit atau bakalan sebagai penggati ternak sapi yang sudah tidak produktif lagi. Penaganan pedet meliputi penaganan kelahiran, penccegahan penyakit dan pemotongan tanduk.
Penanganan pedet setelah dilahirkan yaitu membantu pedet bernfas karena pedet yang baru dilahirkan masih sulit untuk bernafas, hal ini disebabkan karena adanya lendir di rongga mulut atau pada saluran pernafasan. Langkah yang harus diperhatikan dalam membantu pedet bernafas yaitu:
• Memasukkan jari kedalam rongga mulut untuk mengeluarkan lendir
• Jika pedet masih tidak bisa mengangkat kepalanya, angkat dan turunkan pedet berulang-ulang 3-5 akli melalui kaki belakangnya sehingga lendir keluar dari rongga hidung dan rongga mulut, atau menyiram pedet dengan air dingin.
• Membiarkan induk membersihkan pedet dengan cara menjilat-jilati, hal ini bertujuan untuk mempercepat pengeluaran plasenta.
• Tali pusar pedet dipotong dan dicelupkan kedalam larutan yodium tinctur 10%, bertujuan untuk mencegah infeksi
• Menimbang pedet untuk mengetahui berat badan pedet penimbangan dapat dilakukan dengan cara langsung (menggunakan timbangan) dan tidak lansung (menggunakan pita ukur).
• Pedet harus memperoleh kolustrum secepatnya agar mencegah terjadinya penyakit, karena kolostrum berfungsi sebagai antibody.
Persiapan beranak dilakukan setelah peternak mengetahui bahwa ternak tersebut akan melahirkan, dua bulan setelah beranak atau diperah selama 10 bulan (305 hari) sapi laktasi harus dihentikan pemerahannya (kering kandang). Tujuannya adalah untuk mengistirahatkan sel-sel ambing, dalam masa istirahat ini ambing akan memperbaiki atau ,menggati sel-sel alveoli (sel yang memproduksi susu) yang rusak. Untuk mengetahui saat dimulainya kering kandang terlebih dahulu harus mengetahui perkiraan tanggal beranak dengan mengamati kalender reproduksi.
Seminggu sebelum beranak, sapi dipindahkan kekandang beranak dan alas kandang diberi matras. Di UPTD BPPT SP ternak sapi yang akan melahirkan tidak dipindahkan kekandang melahirkan, tetapi berada di kandang sebelumnya yang dialasi oleh matras. Setelah melahirkan induk langsung diberi pakan berupa konsentarat, setelah kolostrum selesai diperah maka induk langsung dibersihkan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Model kandang yang digunakan adalah model kandang tail to tail atau saling membelakangi, sedangkan untuk pedet masa sapih menggunakan model kandang individu.
2. Jenis sapi yang dipelihara adalah sapi FH (Fries Holland)
3. Pemberian pakan untuk pedet, sapi dara dan sapi laktasi berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhan.
4. Penyakit yang sering menyerang ternak adalah kutu
5. Limbah dikelola sebagai kascing.
6. Penaganan pedet dan induk di UPTD PBBT SP cianjur sudah efektif
7. Produksi susu mencapai 12-15 liter/hari/ekor
B. Saran
1. Sebaiknya lahan yang masih kosong dijadikan sebagai kebun rumput
2. Sebaiknya jarak antara kandang dan kantor di perhatikan sehingga memudahkan dalam menjangkau ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymus. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius : Yogyakarta.
Blakely, J and Blade. 1996. Ilmu Peternakan. Universitas Gadjha Mada Press : Yogyakarta.
Cullison, Arthur F. 1982. Feed and Feeding. Reston Publishing Company Inc. reston, Virginia.
Darmono. 1992. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius : Jakarta.
Duren, E dan Miller, R.C. 2003. Beef Catlehand Book : Prevention and Treatment Bloat.
Ebert. 2006. Animal Feed Resources Information Sistym.
Hartadi, H.S. dan R. A.D.Tillman. 1986. Tabel Komposisi Pkan Untuk Indonesi. Universitas Gajha Mada Press : Yogyakarta.
Ir. Abdullah, F.A dan Toshiaki, H. 2002. Pakan dan Tatalaksana Sapi Perah. Dairy Technology Improvement Project in Indonesia, Bandung.
Murtidjo, B.A. 1995. Beternak Sapi Potong. Kanisius : Yogyakarta.
Tillman. A.D, dan Hartadi, H.S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gajha Mada Press: Yogyakarta.
Wahyu Muljana. 1985. Pemeliharaan dan Kegunaan Sapi Perah. Aneka Ilmu Semarang.
http://www.disnak.jabar.go.id/data/arsip/pengelolaan%20limbah%20cair.pdf.
http://computer.ebooktops.com
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Awalnya yang gemar minum susu adalah orang asing saja seperti orang Belanda, Arab dan India karena mereka lebih awal tahu akan manfaat susu kambing dan sapi. Dengan adanya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan susu yang sangat penting untuk pertumbuhan maka usaha peternakan sapi perah berkembang sangat pesat. Selain itu sapi perah telah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.
Usaha pemeliharaan sapi perah yang ada di indonesia hanya diusahakan didaerah-daerah yang beriklim dingin saja, hal ini dikarenakan ternak sapi perah hanya cocok dengan iklim dingin. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran sapi perah di Indonesia yaitu temperatur, daerah konsumen dan komunikasi. Peternakan sapi perah selain menghasilkan susu juga berkaitan erat dengan pertanian karena ternak sapi perah menghasilkan kotoran atau limbah yang dapat dimanfaatkan dan dikelolah sebagai pupuk kompos.
Adapun beberapa faktor yang menghambat usaha peternakan sapi perah di Indonesia adalah modal, iklim, tenaga kerja dan marketing. Sesuai dengan pernyataan dari Dirjen Peternakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan akan permintaan susu, Indonesia masih harus mengimport dari luar negri sebanyak 80% sedangkan produksi dalam negri hanya mencapai 20%.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka telah banyak industri-industri sapi perah, untuk menghasilkan susu yang berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat maka dalam setiap usaha peternakan sapi perah harus memperhatikan manajemen pemeliharaannya yang meliputi: 1) Perkandangan, 2) Pembibitan, 3) Pakan, 4) Pengendalaian Penyakit, 5) Recording, 6) Pemanenan, 7) Penanganan Limbah.
Agar usaha peternakan sapi perah berjalan dengan baik maka manajemen pemeliharaannya harus diperhatikan karena saling berkaitan satu dengan yang lain karena akan menentukan tingkat keberhasilan usaha peternakan sapi perah.
B. Tujuan
• Untuk mengetahui manajemen pemeliharaan sapi perah
• Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam usaha pemeliharaan sapi perah
• Terjun langsung dalam setiap kegiatan pemeliharaan sapi perah
• Untuk membandingkan teori dan kondisi nyata dilapangan
• Sebagai salah satu persyaratan dalam kegiatan pembelajaran program D4 VEDCA.
C. Sasaran
• Manajemen pemeliharaan sapi meliputi perkandangan, pembibitan, kesehatan, recording, pakan dan pemberiannya, penaganan limbah dan pemasaran
• Mendapat pengalaman yang riil di lapangan
• Untuk diterapkan didalam dunia kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkandangan
Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga. Menurut Siregar (2006) menyatakan bahwa pembuatan kandang ada beberapa persyaratan sebagai berikut :
1. Memberi kenyamanan bagi sapi-sapi yang digemukkan dan bagi
pemelihara ataupun pekerja kandang.
2. Memenuhi persayaratan bagi kesehatan sapi
3. Mempunyai ventilasiatau pertukaran udara yang sempurna
4. Mudah dibersihkan dan terjaga kebersihannya
5. Memberi kemudahan bagi peternak ataupun pekerja kandang pada saat bekerja sehingga efisiensi kerja dapat tercapai
6. Bahan-bahan kandang yang digunakan bertahan lama, tidak mudah lapuk, harganya relative murah dan mudah didapat didaerah sekitar
7. Tidak ada genangan ait diluar ataupun diluar kandang.
Pemilihan Bibit Sapi Perah
Pemilihan bibit akan menentukan majunya peternakan yang akan dikembangkan. Bangsa-bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan pakan sesuai sehingga mampu memberikan keuntungan tertentu dibandingakan bangsa lainnya. Bangsa-bangsa sapi dapat dibagi menjadi 4 yaitu bangsa Eropa, bangsa India, bangsa yang dikembangkan di Amerika Serikat dan yang terakhir disebut bangsa eksotik. Sebenarnya tidak ada bangsa yagn sempurna sebab setiap ternak memeliki sifat-sifat yang cocok untuk keadaan tertentu ataupun tidak cocok untuk keadaan tertentu pula.
Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan peternak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi reproduksi, kemauan memelihara dan menyusui anak, ukuran badan pertambahan berat badan. (Blakely dan Blade, 1996
C. Penyakit
Kejadian penyakit diare pada pedet sangat tinggi diare dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan protozoa. Anonimus (2006) menyatakan bahwa E. coli merupakan salah satu penyebab diare pada sapi. Yang menyebabkan jaringan epitel dalam usus berubah fungsi dari metode penyerapan (nutrisi) menjadi metode pengeluaran. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengobatan penyakit diare berupa antibiotik (streptomicyn) dapat mengurangi populasi bakteri sehingga proses pencernaan dapat berjalan dengan normal kembali. Selain penyakit klinis, terdapat pula penyakit reproduksi
D. Pakan
Menurut Hartadi (1986) konsentrat adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keseimbangan nutrisi dari keseluruhan bahan pakan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau pakan pelengkap.
Menurut Murtidjo (1990) bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu pakan hijauan, paka penguat dan pakan tambahan. 1)Pakan hijauan yaitu semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan. Yamg termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan lain. Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu berupa hijauan segar dan kering. 2) pakan penguat yaitu pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar relative rendah dan mudah dicerna.
Bahan pakan penguat meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil kelapa, tetes.. yang berfungsi untuk meningkatkan dan memperkaya nilai nutrient pada bahan pakan lain ayng nilai nutriennya rendah. 3) pakan tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang hidupnya berada dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain vitamin A dan D, mineral terutama Ca dan P, urea. (Anonimus, 2001).
Dalam menyusun pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu tersedianya bahan baku pakan yang digunakan, kandungan zat-zat pakan dari bahan baku tersebut dan kebutuhan zat pakannya pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak karena kebutuhan zat pakan dan jumlah konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan pertambahan bobot badan tidak maksimal (Tillman, 1998).
Pakan adalah bahan yang dapat dikonsumsi dan dicerna oleh ternak, yang mengandung kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan ternak.
Pakan menurut cullison (1982) memiliki fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama bagi ternak adalah;
a. Sebagai bahan material untuk menyusun dan menjaga struktur tubuh.
b. Sebagai sumber energi.
c. Untuk menjaga keseimbangan metabolisme dalam tubuh.
Adapun fungsi tambahan pakan adalah sebagai sumber energi untuk proses produksi susu, daging, kulit, dan wool. Bahan pakan yang dipilih harus berkualitas dan memenuhi syarat yaitu tidak berjamur dan tidak berdebu. Konsentrat adalah pakan ternak yang berasal dari biji – bijian atau hasil samping dari pengelolaan produk pertanian seperti; bungkil kacang, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, ampas tahu, tetes dan sebagainya. Biasanya pakan konsentrat mengandung protein yang tinggi (Darmono, 1992).
Dalam menyusun pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tersedianya bahan baku yang akan digunakan, kandungan zat – zat makanan dari bahan baku tersebut dan kebutuhan zat makanannya.
Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak karena kebutuhan zat makanan dan jumlah konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan pertambahan bobot badan tidak maksimal (Tillman, dkk; 1998).
Wahyono dan Hardianto (2004) menyatakan bahwa dedak pada mengandung bahan kering 91,27%, serat kasar 18,51%, dan protein kasar sebesar 9,96%.
E. Penanganan Limbah
Limbah dari ternak dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi apabila dikelola dengan baik. Kotoran cair dan padat dari etrnak pada umumnya digunakan sebagai pupuk organic bagi tanaman pertanian ataupun lahan hiajuan makanan ternak (Darmono, 19920
1. Limbah Cair
Proses Produksi dalam Usaha Peternakan Sapi Perah Proses produksi dimulai dengan sistem usaha peternakan yang menerapkan konsep produksi bersih dengan harapan agar kegiatan tersebut ramah lingkungan (Gambar 3). Bagan alir tersebut menunjukkan bahwa semua produk yang dihasilkan oleh perusahaan seperti daging (sapi apkir), susu, feces, urine, sisa pakan, pupuk organik, ikan, dan eceng gondok (Eichornia crassipes) dapat dimanfaatkan dengan baik untuk masing-masing cabang usahatani dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Limbah-limbah yang dihasilkan, baik limbah padat maupun cair dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang.
Limbah padat diproses menjadi pupuk organik (Fine Compost) yang dimanfaatkan untuk tanaman di persawahan ataupun di lahan kering, sehingga lahan, di samping hasil utama berupa padi dan palawija, juga menghasilkan jerami yang dimanfaatkan sebagai pakan sapi. Kolam ikan, di samping menghasilkan ikan, juga menghasilkan lumpur kolam untuk bahan pembuatan kompos. Dengan demikian tidak ada limbah yang terbuang langsung ke lingkungan http://www.disnak.jabar.go.id/data/arsip/pengelolaan%20limbah%20cair.pdf.
F. Tatalaksana Reproduksi
Anonimus (2002) menyatakan bahwa keberhasilan perkawinan alami mampu mencapai 85% – 90% dan nilai tersebut akan lebih rendah lagi bila dibandingkan dengan inseminasi buatan. Hafez (1993) menambahkan bahwa pejantan sapi perah mampu mengawini 30 – 60 induk dalam system perkawinan pasture.
1. Pemeriksaan Kebuntingan
Pemeriksaan kebuntingan merupakan salah satu metode untuk mengetahui status reproduksi dan mendeteksi lebih dini kemungkinan terjadi masalah pada saluran reproduksi induk (Kroker dan Clarke, 2000).
Palpasi rectal pada sapi dilakukan dengan meraba uterus melalui rektum rectal untuk mengetahui perkembangan fetus bila terjadi kebutingan. Metode ini dilakukan pada masa awal kebuntingan hasilnya, cukup akurat dan dapat diketahui segera (Hafez, 1993).
2. Gejala-gejala Kelahiran
Harbers (1981) menyatakan bahwa pada sapi dan kerbau ligament-ligamen pelvis, terutama ligamen sacroischiadicus sangat mengendur menyebabkan penurunan ligament dan urat daging. Pada kebanyakan sapi pengenduran ligamen-ligamen menandakan bahwa partus akan terjadi dalam waktu 24-48 jam.
3. Tahap-Tahap Kelahiran
Pada saat menjelang kelahiran ada 3 tahap kelahiran pada ternak, Gillitte dan Holm (1963) mengatakan bahwa ada tiga tahap kelahiran yaitu 1) adanya kontraksi aktif serabut-serabut urat daging longitudinal, sirkuler pada dinding uterus dan dilatasi cervix, 2) pemasukan fetus kedalam saluran kelahiran yang berdilatasi, rupture kantung allantois, kontraksi abdominal atau perejanan dan pengeluaran fetus melalui vulva, 3) pengeluaran selaput fetus dan involusi uterus, sesudah pengeluaran fetus uterus tetap berkontraksi secara kuat selama 48 jam dan melemah.
4. Penanganan Kelahiran
Thomas (1992), menyatakan bahwa salah satu upaya untuk meminimalisasi kematian pedet yang baru lahir adalah memberikan disinfektan pada pusar berupa iodium 10% untuk mencegah infeksi.
Ritchi dan Anderson (2006), menyatakan bahwa salah satu inisiasi kelahiran adalah faktor hormonal terutama menurunnya hormone progesterone dan disekresikannya oxytocin sehingga induk terus mengejan dan terlihat gelisah.
Menurut Kirk (2006) pedet yang baru lahir tidak memiliki antibodi untuk memproteksi dirinya dari penyakit. Sesaat setelah dilahirkan induk memberikan antibodi pasif melalui pemberian kolostrum, kolostrum mengandung antibodi dalam bentuk immunoglobulin (Ig) yang dapat melindungi pedet dari serangan penyakit.
5. Pemberian Tanda/Penomoran Pada Pedet
Duren (2006) menyatakan bahwa hal-hal yang dapat dicatat pada recording pedet adalah nomor identifikasi induk, pejantan, nomor identifikasi pedet, waktu lahir, berat lahir dan jenis kelamin.
Sedangkan Ebert (2006) menyatakan bahwa penandaan pada ternak, sangat penting untuk recording yang akurat untuk tiap ternak, dalam program pemuliaan ternak adanya tanda pada ternak akan mempermudah untuk mengetahui silsilah dari tiap ternak. Selain itu adanya tanda pada ternak yang didukung oleh recording yang akurat dapat memberikan gambaran produksi dari ternak tersebut.
6. Penyapihan
Perubahan kondisi tubuh induk akan mempengaruhi proses biologis. Induk yang menyusui secara fisiologis akan berusaha memenuhi kebutuhan tubuhnya dan susu pedet.
7. Pemeliharaan Pedet
Hari pertama setelah pedet dilahirkan merupakan periode kritis, oleh karena itu perlu mendapat perawatan yang maksimal. Untuk menjamin bahwa anak pedet yang dilahirkan dalam keadaan sehat. Maka pemberian kolustrum sangat penting untuk pertumbuhan pedet. (Adi Sudono, 1969).
Pedet yang baru dilahirkan lendir yang terdapat pada hidung dan mulut harus segera dibersihkan bertujuan untuk membantu pedet bernafas. Setelah itupusar pedet dipotong dan di rendam kedalam Yodium Tenctur 10 %, (Anonymous, 1974).
8. Analisa Usaha Peternakan Sapi Perah
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya
tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal,
serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi,
pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem recording,
pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit.
Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya. Produksi susu sapi di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengan tingkat penjualan sapi dan produknya yang lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi afkiran. Di Amerika Serikat, tingkat penjualan dan pembelian sapi dan produknya secara tunai mencapai 13% dari seluruh peternakan yang ada di dunia.
Sementara tingkat penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapi
perah, dan sapi afkir hanya berkisar 3%. Produksi susu sejumlah itu masih
perlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia ini.
Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian
pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum
pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5-
4% dari bahan kering http://computer.ebooktops.com
BAB III
METODE PELAKSANAAN PKL
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL
Kegiatan PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan yang dimulai dari tanggal 14 januari 2008 sampai dengan 18 maret 2008, yang dilaksanakan di UPTD BPPT SP sapi perah cianjur. Adapun beberapa jadwal kegiatan PKL yang dilaksanakan yaitu oreintasi dilakukan pada tanggal 14 januari 2008, observasi, adaptasi dilakukan setiap hari baik itu dilingkungan industri maupun dilingkungan masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan PKL di industri setiap mahasiswa PKL didampingi oleh pembimbing dari Industri. Penulisan laporan dilakukan dua minggu sebelum kegiatan PKL telah dilaksanakan di tempat industri yaitu kurang lebih tiga bulan.
B. Metode PKL
1. Orientasi
Oreintasi dilakukan setelah mahasiswa PKL telah berada di lingkungan industri untuk mendapat pengarahan dari pimpinan industri ataupun pihak yang telah menerima mahasiswa untuk kegiatan PKL. Mahasiswa dikumpulkan dalam satu ruangan untuk mendapat pengarahan dan petunjuk dari pihak industri dan pembimbing, dalam kegiatan ini mahasiswa mempelajari struktur organisasi UPTD BPPT SP Cianjur, ruang lingkup kegiatan mencakup kegiatan penelitian dan manajemen pemeliharaan ternak sapi perah, mempunyai ruang tata usaha, gedung pertemuan, laboratorium, perumahan karyawan.
2. Observasi
Observasi dilakukan langsung oleh mahasiswa PKL untuk memperoleh data dan informasi mengenai lokasi, situasi dan kondisi lapangan yang berhubungan dengan materi PKL.
3. Adaptasi
Adaptasi sangat penting dilakukan oleh mahasiswa dengan pihak industri agar kegiatan PKL berjalan dengan baik. Adaptasi dengan pembimbing industri dilakukan dengan cara bertanya seputar kegiatan selama pelaksanaan PKL, masalah-masalah yang terjadi di industri dan untuk mengumpulkan data atau bahan untuk pembuatan laporan. Adaptasi juga dilakukan dengan semua karyawan di industri yaitu dengan cara ramah terhadap setiap karyawan dan meamtuhi peraturan industri, selain itu kita juga harus beradaptasi dengan masyarakat tempat tinggal yaitu dengan cara ramah serta ikut membantu dalam kegiatan social atau kemasyarakatan.
4. Pelaksanaan PKL
Pelaksanaan PKL dilakukan pada tanggal 14 januari 2008 sampai dengan tanggal 18 maret 2008. Prosedur kegitan PKL yaitu mahasiswa menyesuaikan dengan jadwal yang telah diberikan dari pihak industri dan harus dipatuhi oleh mahasiswa. Jadwal kerja yaitu hari senin sampai dengan hari jumat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
Pada tahun 1994 berlokasi di Ciseruh-Loji, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, namun sejak tahun 1994 berpindah lokasi ke Padalengsar, Desa Bunikasih, Kecamatan Warung Kondang, Kabupaten Cianjur.
Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Perah Bunikasih-Cianjur merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas di Jawa Barat yang pengelolaannyadiserahkan pada Dinas Peternakan Propensi Jawa Barat, sesuai dengan PERDA Nomor 05 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Propinsi Jawa Barat.
Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Perah (UPTD BPPT SP), memiliki tugas pokok melaksanakan sebagai fungsi dinas dibidang pokok tersebut, maka balai mempunyai fungsi sebagai pengelola dibidang pengembangan perbibitan sapi perah, dengan perannya sebagai: sumber bibit ternak dan hijauan makanan ternak, ujicoba teknologi terapan, tempat percontohan dan tempat pelatiihan.
Letak geografi: 800 M dpl
Ketinggian : 18 – 220C
Temperatur : 85%
Stuktur organisasi
1. Kepala Balai
2. Sub bagian Tata Usaha
3. Seksi Pengujian
4. Seksi Pengembangan
5. Kelompok Jabatan Fungsional
Balai memiliki tugas pokok melaksanakan fungsi dinas di bidang pengembangan perbibitan sapi perah.
Visi dan Misi
Visi
Terwujudnya professionalisme dalam memfasilitasi penyebaran ternak sapi perah dan hijauan makanan ternak yang unggul serta berstandar nasional tahun 2010.
Misi
1. Meningkatkan Pelayanan Penyediaan bibit ternak sapi perah, hijauan makanan ternak dan pentediaan air susu yang HAUS.
2. Meningkatkan Pelayanan Pelatihan bagi petani peternak
3. Meningkatkan Pelayanan Teknologi terpadu di bidang sapi perah.
Potensi yang dimiliki yaitu sumber daya manusia dan sumber daya alam, sumber daya manusia yang dimilki adalah Dokter Hewan sebagai Kepala Balai, Sarjana Sosial sebagai Kasubbag TU, satu orang Magister Pertanian sebagai Kasi Pengembangan, dua orang Sarjana Peternakan sebagai Kasi Pengujian dan Tenaga Kontrak Kerja. Adapun sebagai staf terdiri dari Ahli Madya sebagai Kasir Kegiatan, 6 orang PNS sebagai tenaga pelaksana teknis harian lulusan SD. Tenaga Kontrak Kerja (TKK ).
B. Hasil Dan Pembahasan Kegiatan PKL
1. Perkandangan
Perkandangan merupakan satu dari beberapa factor yang harus diperhatikan dalam usaha peternakan. Kandang yang memenuhi persyaratan akan membuat usaha peternakan sapi perah berjalan dengan baik.
Kandang untuk peternakan mempunyai fungsi sebagai berikut:
• Melindungi ternak dari perubahan cuaca atau iklim
• Mencegah dan melindungi etrnak dari penyakit
• Menjaga keamanan ternak
• Memudahkan dalam pemeliharaan seperti pemberian pakan dan minum, pengelolaan kompos dan perkawinan.
Perkandangan yang ada di UPTD BPPT SP, terdiri dari kandang sapi Laktasi, sapi Dara, dan sapi Pedet.
dalam pembuatan kandang ada beberapa syarat yang harus kita perhatikan antara lain:
a. Letak Kandang
Dalam membuat kandang yang harus diperhatikan adalah tempat mendirikan kandang tersebut. Letak kandang yang cocok untuk peternakan adalah diusahakan di tempat yang agak tinggi di lokasi peternakan denagn begitu mempermudah dalam pembuangan kotoran, serta kandang tidak lembab.
Letak kandang satu dengan yang lainnya harus diatur sedemikian rupa sehingga ternak tidak akan terganggu.
Letak kandang yang ada di UPTD BPPT SP sudah tepat karena berada di atas ketinggian sehingga memudahkan dalam pembuangan kotoran.
b. Ukuran Kandang
Ukuran kandang yang normal untuk setiap ekor sapi, memerlukan tempat seluas 2,25 x 1,5m.
c. Kontruksi Kandang
Kontruksi kandang harus mempunyai hitunga yang cermat, sehinnga keadaan kandang yang kita buat nantinya akan bisa terlaksana dengan praktis dalam pemberian pakan, minum, sanitasi kandang, dan kegiatan pemerahan.
1) Kerangka kandang
Biasanya kerangaka kandang dibuat dari bahan besi, beton, dan kayu. Dengan kerangka kandang kita dapat menentukan model kandang yang diinginkan.
2) Atap kandang
Atap kadang biasanya terbuat dari bahan asbes, genting, seng, alang-alang, maupun ijuk. Di Indonesia sendiri kebanyakan atapnya terbuat dari genting atau asbes sebab kedua bahan itu mudah didapatkan dan mempunyai daya tahan yang baik terhadap cuaca.
Atap kandang yang ada di UPTD BPPT SP terbuat dari asbes. Dengan model atap monitor.
3) Lantai
Lantai kadang biasanya terbuat dari bahan semen atau kayu, keadaan harus dijaga agar tetap kering dan bersih. Laintai kandang untuk sapi laktasi yang ada UPTD BPPT SP, terbuat dari semen dengan alas matras, pemakaian matras pada lantai kandang bertujuan agar ternak sapi tidak terjatuh karena lantai yang licin, membantu menyerap air air sehingga lantai kandang menjadi kering, sapi berdiri dengan baik. Lantai kandang dibuat agak miring agar memudahkan dalam sanitasi kandang.
4) Dinding
Dinding kandang yang biasanya dipakai terbuat dari bahan tembok. Dinding kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari cuaca luar yang dingin dan tampiasan air hujan yang dapat menyebabkan penyakit pada ternak. Di UPTD BPPT SP dinding kandang untuk sapi laktasi terbuat dari besi, sapi dara dinding kandangnya terbuat dari tembok, sedangkan untuk pedet dinding kandangnnya terbuat dari besi.
d. Model Kandang
Model kandang yang biasanya digunakan oleh peternak adalah model kandang individu dan koloni atau kelompok. Model kandang model tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing.
1) Model kandang individu
Kelebihan :
• sapi lebih tenang dan tidak mudah stress
• pemberian pakan dapat terkontrol dan sesuai dengan kebutuhan ternak
• menghindari persaingan pakan dan perkelahian dalam kandang
Kekurangan:
• memerlukan biaya yang relative mahal
• memerlukan tenaga kerja yang lebih didandingkan dengan kandang kelompok
2) Kandang kelompok (koloni)
Kelebihan:
• biaya relative murah
• memerlukan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan kandang individu
Kekurangan:
• mudah terjadi penularan penyakit
• terjadi persaingan pakan dan perkelahian
• pemebrian pakan tidak terkontrol
Untuk peternakan sapi perah odel kandang yang digunakan adalah model kandang tunggal dan kandang ganda. Model kandang tunggal adalah kandang yang terdiri dari satu baris saja. Kandang ganda adalah kandang yang terdiri dari dua baris kandang. Kandang ganda dibedakan menjadi dua yaitu head to head atau berhadapan dan tail to tail atau berlawanan.
Model kandang yang ada di UPTD BPPT SP adalah model kandang ganda tail to tal atau berlawanan arah. Model kandang untuk kandang pedet yang baru lahir menggunakan model kandang indvidu, hal ini dikarenakan karena pedet yang baru lahir membuthkan kolostrum karena berfungsi sebagai imonuglobin dan sebagai daya tahan tubuh pedet terhadap penyakit.
a. Kandang Pedet
Pedet mempunyai naluri menyusui atau menghisap benda yang menyerupai putting misalnya jari tangan atau telinga pedet yang lain. Bulu atau ramput telinga yang terhisap dapat membentuk gumpalan bola yang dapat menyumbat saluran pencernaan yang dapat mengakibatkan kembung perut. Oleh karena itu pedet harus ditempatkan terpisah dengan model kandang individu.Ukuran kandang individu untuk pedet 3 m x 1,5 m.
Bahan kandang untuk dinding terbuat dari besi sedangkan alas kandang terbuat dari kayu. Kandang dibuat agak tinggi dari permukaan lantai untuk memudahkan pada saat kegiatan sanitasi kandang.
Gambar 1. Kandang Pedet Masa Sapih Gambar 2. Kandang Pedet Lepas Sapih
b. Kandang Sapi Dara
Sapi Dara dipelihara secara berkelompok didalam kandang tail to tail, yang bertujuan agar :
• Ternak sapi bebas bergerak
• Cukup sirkulasi udar dan sinar matahari
• Tidak adanya persaingan pakan
• Memudahkan dalam deteksi birahi
Bahan kandang yang digunakan terbuat dari:
• Lantai : campuran semen dan pasar
• Dinding : semen
• Atap : asbes
• Tempat pakan dan minum : semen
Ukuran kandang.
• Panjang : 7,8m
• Lebar : 6,8m
• Tinggi pagar : 1,2m
Gambar 3. Kandang Sapi Dara
c. Kandang Sapi Laktasi
Apabila sapi dalam keadaan stress akan berproduksi tidak optimal, kontruksi kandang yang salah merupakan salah satu penyebab sapi stress. Dalam pembuatan tempat pakan untuk Sapi Laktasi kita harus memperhatikan syarat sebagai berikut:
• Sapi harus sedapat mungkin makan dengan leluasa, tidak terganggu oleh sapi yang lain dan mudah mengkonsumsi pakan dalam keadaan segar. Pada saat akan makan, pakan terlihat jelas sehingga temapt pakan tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.
• Mudah dibersihkan
• Permukaannya halus
• Direkomendasikan untuk membuat tampat pakan model rata dan model cekung
Syarat tempat minum antara lain:
• Terpisah dari tempat pakan sehingga Air tidak mengalir ketempat pakan.
• Air minum yang bersih harus selalu tersedia, kebutuhan minimal 30-80 liter/ekor/hari
• Direkomendasikan untuk membuat tempat minum dalam ukuran yang kecil dan tidak terlalu dalam. Satu tempat minum untuk dua ekor.
Kebersihan kandang harus diperhatikan agar ternak tidak gampang sakit.
2. Pembibitan
Pembibitan dalam usaha peternakan sapi sangat penting karena kegiatan ini merupakan memilih bakalan yang akan dijadikan sebagai bibit sapi yang akan diusahakan.
Yang harus diperhatikan dalam kegiatan memilih bakalan antara lain:
1) Bangsa
2) Umur
3) Jenis kelamin dan Postur Tubuh
Bibit sapi perah yang ada di UPTD BPPT SP adalah sapi FH, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Warnanya hitam dan putih
2) Pada kaki bagian bawah dan ekornya berwarna putih
3) Tanduknya pendek dan menghadap kedepan
4) Pada dahinya terdapat belang warna putih yang berbentuk segitiga
5) Sifatnya cenderung jinak dan mudah pembawaannya tenang, sehingga mudah dipelihara
6) Tidak tahan panas
7) Pertumbuhannya lambat
8) Berat badan sapi jantan 850 kg, sedangkan betina 625 kg.
9) Produksi susu perahnya 4.500-5.500 liter dalam satu masa laktasi
10) Postur badanya tetap.
Sapi perah FH sangat cocok untuk usaha peternakan sapi perah karena melihat produksi susu yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan jenis sapi perah lainnya.
3. Pakan dan Pemberiannya
Ternak ruminansia baik itu sapi potong, sapi perah, kerbau, domba dan kambing mempunyai lambung majemuk yaitu rumen (perut handuk), reticulum (perut jala), omasum (perut buku), dan abomasums (lambung kelenjar yang fungsi sama dengan lambung manusia). Rumput sebagai makanan pokok ruminansia, dicerna didalam rumen melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme (bakteri dan protozoa).
Peningkatan produksi susu merupakan salah satu sasaran yang akan dicapai dalam setiap usaha peternakan sapi perah. Untuk itu pakan yang diberikan harus diperhatikan, selain itu dengan pemberian pakan secara teratur dan pakan yang diberikan memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan berkualitas serta ekonomis.
Maka usaha peternakan sapi perah tidak akan terhambat. Fungsi pakan antara lain:
• Sebagai bahan material untuk menyusun dan menjaga struktur tubuh.
• Sebagai sumber energi.
• Untuk menjaga keseimbangan metabolisme dalam tubuh.
Pakan dikatakan baik apabila pakan tersebut mengandung nutrisi yang di perlukan untuk kelangsungan hidup ternak yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin.
Pemberian pakan di UPTD BPPT SP digolongakan kedalam 4 bagian yaitu pemberian paka untuk pedet masa sapih, pedet lepas sapih, sapi dara, dan sapi laktasi. Dari keempat golongan tersebut pemberian pakannya berbeda- beda.
Gambar 4. Pemberian Konsentrat Gambar 5. Pemeberian Hijauan
a. Pakan Pedet Masa Sapih
Ukuran rumen pada pedet dan sapi dewasa berbeda, ukuran rumen pada pedet belum terbentuk dengan sempurna sehingga pakan yagn diberikan berbeda dengan sapi dewasa, apabila pedet yang masih dalam masa sapih belum bisa mengkonsumsi pakan padat. Pedet masa sapih adalah pedet yang baru dilahirkan dan membutuhkan kolustrum untuk pertumbuhan, umur pedet yang dalam masa sapih 2-3 bulan.
Pedet umur 0-6 hari pemberian kolustrum hanya diberi kolustrum saja, setelah umur 1-9 minggu pedet sebaiknya diberiakan pakan padat untuk merangsang perkembangan rumen. Pakan padat yang diberiakn berupa makanan formula atau konsentrat yang mengandung protein kasar 18%. Sedangkan untuk pemberian air minum sebaiknya harus selalu tersedia didalam kandang.
pemberian pakan untuk pedet masa sapih di UPTD BPPT SP dalam bentuk hay. Hay merupakan rumput yang dijemur.
b. Pakan Pedet Lepas Sapih
Umur pedet yanag lepas sapih di UPTD BPPT SP yaitu berumur 2 bulan, pada umur ini pedet sudah dapat mengkonsumsi pakan konsentrat sebanyak 1,2 kg/hari selama 3 hari berturut-turut. Pemberian Hay sebanyak 1-1,5 kg, atau sebanyak 2-3 kg rumput setengah kering, Hay diberikan sampai pedet berumur 6 bulan.
Pemberian konsentrat untuk pedet yang berumur 2 bulan sebanyak 2 kg, pada umur 3 bulan diganti dengan pemberian konsentrat yang mengandung protein kasar 16% dan TDN 70%. Jika konsentrat yang dikonsumsi pedet dalam keadaan basah atau dicampur dengan air, maka dapt mengakibatkan terhambatnya perkembangan rumen karena nafsu makan terhadap hijauan jadi rendah, pemberian konsentrat pada umur 2 bulan pedet mampu memakan 2 kg konsentrat.
c. Pakan Sapi Dara
Setelah berumur 7 bulan, nafsu makan terhadap rumput semakin tinggi, karena fungsi organ belum optimal maka sapi mudah perlu diberi konsentrat sebanyak 1,5 kg/hari. Pemberian hijauan harus optimal, jika kualitas hijauan kurang baik, sapi akan kekuranagan energi, pada kondisi tersebut dapat ditambahkan pakan konsentrat secukupnya jangan sampai sapi tersebbut kegemukan, target bobot badan pada umur 12 bulan ± 297 kg.
Sapi dara dapat dikawinkan pertama kali jika, berat tubuh 85-300 kg atau lingkar dada 175-177 cm.
d. Pakan Sapi Laktasi
Zat-zat makanan pada sapi laktasi berfungsi sebagai hidup pokok, pertumbuhan janin di dalam kandungan serta produksi susu. Jika ingin mendapatkan produksi susu yang tinggi, baik jumlah maupun mutunya, maka pakan harus diberikan dalam jumlah yang cukup dan bermutu. Dalam penyusunan ransum yang harus diketahui adalah kebutuhan za gizi ng diperlukan oleh sapi laktasi berdasarkan target reproduksi dan tahapan laktasi (laktasi awal, laktasi tengah, dan laktasi akhir).
Pemberian pakan konsentrat secara kering yang bertujuan agar PHnya di dalam rumen stabil sehingga berpengaruh positif terhadap jumlah dan kualitas susu yang diproduksi. Challenge Feeding adalah metode pemberian pakan secara bertahap sejak 2 minggu pertama sebelum beranak sampai mencapai puncak produksi sehingga sapi perah tersebut dapat menampilkan produksinya secara optimal sesuai dengan kemampuan genetiknya. Pada kondisi ini sapi perah dipersiapkan untuk mendapat konsentrat yang banyak setelah beranak. Agar mikrobarumen dapat beradpatasi engan baik maka pemberian konsentrat dimulai sejak 2 minggu sebelum beranak .
Sebaiknya pakan konsentrat diberiakan secepat mungkin setelah beranak tujuannya adalah
• Pakan dapat digunakan untuk membantu memproduksi susu secara langsung .
• Puncak produksi dapat dicapai, hal ini berpengaruh untuk periode laktasi berikutnya.
• Dapat diketehui kemampuan genetika ternak tersebut. Selanjutnya kita mengafkir sapi karena produksi susunya rendah.
• Total produksi tinggi sehingga diperoleh keuntungan maksimal.
4. Pengendalian Penyakit
Penyakit merupakan penyimpangan atau perubahan yang terjadi pada ternak yang disebabkan oleh organisme hidup. Selain itu penyakit juga bisa disebabkan karena kecelakaan, keracunan makanan dan perubahan cuaca. Penyakit merupakan salah satu faktor yang menghambat kegiatan usaha peternakan, disebabkan oleh bakteri, parasit, virus dan protozoa. Penyakit dapat dengan mudah berkembang dan menyerang ternak.
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara vaksinasi atau penyemprotan disinfektan untuk kandang yang kosong sebelum sapi yang baru didatangkan ditempatkan dikandang tersebut.
Pada saat pelaksaan PKL di UPTD BPPT SP penyakit yang sering diderita oleh ternak sapi perah adalah:
a. Foot Root
Foot Root merupakan penyakit yang menyerang bagian kaki. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri, Foot Root dapat menyebabkan kebusukan pada bagian kuku karena terdapat belatung yang bersarang pada bagian kaki. Penyakit ini banyak menyeranag ternak sapi perah.
1) Ciri-ciri ternak sapi yang terkena Foot Root:
• Nafsu makan menurun
• Matanya kelihatan sayu
• Terlihat pincang dan berdiri tidak tegak karena pada bagian kuku membengkak, dan merah.
2) Penyebab Foot Root
• Kuku ternak sapi yang panjang
• Kuku tidak bersih dari kotoran
• Kandang yang tidak bersih
• Ternak jarang dimandikan
3) Pengobatannya
• Penyemprotan gosanes
• Pemotongan kuku
• Pemberian salep antibiotic
• Kuku ternak sapi dapat direndam dalam larutan natrium karbonat.
b). Mastitis
Penyebab penyakit ini adalah bakteri streptococcus coccid an staphylococcus cocci. Sedangkan masa incubasinya tidak tertentu dan sangat bervariasi. Penularannya melaului bakteri yang masuk kedalam puting susu dan berkembangbiak dalam saluran susu.
Gejala spesifiknya adalah adanya peradangan pada saluran kelenjar susu serta adanya perubahan fisik dan kimiawi air susu.
Ciri-cirinya:
ambing bila diraba akan terasa panas
air menjadi encer dan lama kelamaan sekresi air susu akan berhenti
nafsu makan menurun, bulu kelihatan kasar dan kusam
suhu tubuh naik.
Pencegahan dan Pemberantasannya
karena penularan penyakit ini melalui puting susu, maka untuk pencegahan timbulnya penyakit ini harus memperhatikan cara pemerahan susu sapi, sebelum diperah harus dibersihkan terlebih dahulu.
Hindarkan kemungkinan adanya hal-hal yang dapat menyebabkan luka pada putting susu.
Harus menjaga kebersihan kandang dan peralatan pemerahan.
Pengobatan
Suntikan Procain Penicilin G + Dihydrostreptomicyn 2cc/100 kg berat badan, tiap hari
Sulfamethazine 120 mg/kg berat badan /ons (melalui mulut) dilanjutkan dengan 60 mg berat badan tiap 12 jam selam 4 hari.
c). Kutu
Kutu sering kali menyerang ternak sapi, hal ini dikarenakan karena kondisi kandang dan sanitasi ternak tidak bersih sehingga memungkinkan kutu mudah berkembangbiak pada ternak sapi. Pada saat pelaksanaan PKL hamper semua ternak sapi yang ada terkena kutu. Kutu tersebut menempel pada bagian pangkal ekor dan vulva ternak sapi perah.
d). Cacingan
Penyakit ini sering kali menyerng pedet atau anak sapi, cirri-ciri ternak yang cacingan adalah:
Nafsu makan menurun
Ternak terlihat pasif
Bulunya kasar dan kusam
Ternak terlihat kurus
Pengobantannya yaitu pemberian obat cacing dalam bentuk tablet dan peyuntikan antibiotic
serta vitamin.
5. Recording
Recording sangat penting dalam setiap usaha peternakan karena merupakan kegiatan pencatatan terhadap kegiatan usaha peterakan untuk mengetahui keberhasilan usaha terssebut dan uantuk mencatat data mengenai ternak yang disahakan.
Recording yang ada di UPTD BPPT SP, adalah:
Recording Kelahiran
Recording kelahiran bertujuan utnuk mencatat data tentang induk yang baru melahirkan beserta pedetnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui status fisiologis ternak tersebut.
Recording Identitas Ternak
Recording ini merupakan kegiatan pemberian tanda atau nomor pada ternak yang bertujuan untuk mengetahui berkembangan ternak.
Recording Kebuntingan
Recording ini bertujuan untuk mengetahui ternak yang bunting dan mencatat umur kebuntingan ternak.
Recording Populasi
Recording ini bertujuan untuk mengetahui jumlah atau populasi ternak.
Recording Perkawinan atau IB
Recording ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan ternak setelah di IB serta memudahkan dalam kegiatan PKB (pemeriksaan kebuntingan).
6. Pemanenan Hasil atau Pemasaran
Kegiatan pemanenan atau pemasaran yaitu hasil atau komoditas utama yang dihasilkan dari usaha peternakan sapi. Untuk usaha peternakan sapi perah menghasilkan susu. Susu yang dihasilkan dibawa ke GKSI sukabumi, kemudian dipasarkan ke perusahaan atau industri seperti Indomilk. Selain itu susu yang dihasilkan juga langsung di jual kepada masyarakat setempat. Produksi susu yang dihasilkan mencapai 12-15 liter/hari/ekor. Kegiatan pemerahan dilakukan 2 kali yaitu pada pukul 04.00 WIB dan pukul 13.00 WIB.
Gambar 6. Kegiatan Pemerahan
7. Penanganan Limbah
Limbah merupakan hasil akhir atau buangan dari` ternak. Limbah dalambentuk padat dan cair, limbah padat yang ada di UPTD BPPT SP dilkelolah sebagai pupuk kompos dan budidaya kascing. Sedangkan limbah cair langsung dialirkan ke kebun rumput yang ada disekitar kandang.
Gambar 7. Budidaya Cacing Gambar 8. Pemanfaatan Limbah Cair
8. Penanganan Pedet dan Induk
Penanganan Pedet sangat perlu karena pedet merupakan langkah awal dalam setiap pemeliharaan serta merupakan bibit atau bakalan sebagai penggati ternak sapi yang sudah tidak produktif lagi. Penaganan pedet meliputi penaganan kelahiran, penccegahan penyakit dan pemotongan tanduk.
Penanganan pedet setelah dilahirkan yaitu membantu pedet bernfas karena pedet yang baru dilahirkan masih sulit untuk bernafas, hal ini disebabkan karena adanya lendir di rongga mulut atau pada saluran pernafasan. Langkah yang harus diperhatikan dalam membantu pedet bernafas yaitu:
• Memasukkan jari kedalam rongga mulut untuk mengeluarkan lendir
• Jika pedet masih tidak bisa mengangkat kepalanya, angkat dan turunkan pedet berulang-ulang 3-5 akli melalui kaki belakangnya sehingga lendir keluar dari rongga hidung dan rongga mulut, atau menyiram pedet dengan air dingin.
• Membiarkan induk membersihkan pedet dengan cara menjilat-jilati, hal ini bertujuan untuk mempercepat pengeluaran plasenta.
• Tali pusar pedet dipotong dan dicelupkan kedalam larutan yodium tinctur 10%, bertujuan untuk mencegah infeksi
• Menimbang pedet untuk mengetahui berat badan pedet penimbangan dapat dilakukan dengan cara langsung (menggunakan timbangan) dan tidak lansung (menggunakan pita ukur).
• Pedet harus memperoleh kolustrum secepatnya agar mencegah terjadinya penyakit, karena kolostrum berfungsi sebagai antibody.
Persiapan beranak dilakukan setelah peternak mengetahui bahwa ternak tersebut akan melahirkan, dua bulan setelah beranak atau diperah selama 10 bulan (305 hari) sapi laktasi harus dihentikan pemerahannya (kering kandang). Tujuannya adalah untuk mengistirahatkan sel-sel ambing, dalam masa istirahat ini ambing akan memperbaiki atau ,menggati sel-sel alveoli (sel yang memproduksi susu) yang rusak. Untuk mengetahui saat dimulainya kering kandang terlebih dahulu harus mengetahui perkiraan tanggal beranak dengan mengamati kalender reproduksi.
Seminggu sebelum beranak, sapi dipindahkan kekandang beranak dan alas kandang diberi matras. Di UPTD BPPT SP ternak sapi yang akan melahirkan tidak dipindahkan kekandang melahirkan, tetapi berada di kandang sebelumnya yang dialasi oleh matras. Setelah melahirkan induk langsung diberi pakan berupa konsentarat, setelah kolostrum selesai diperah maka induk langsung dibersihkan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Model kandang yang digunakan adalah model kandang tail to tail atau saling membelakangi, sedangkan untuk pedet masa sapih menggunakan model kandang individu.
2. Jenis sapi yang dipelihara adalah sapi FH (Fries Holland)
3. Pemberian pakan untuk pedet, sapi dara dan sapi laktasi berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhan.
4. Penyakit yang sering menyerang ternak adalah kutu
5. Limbah dikelola sebagai kascing.
6. Penaganan pedet dan induk di UPTD PBBT SP cianjur sudah efektif
7. Produksi susu mencapai 12-15 liter/hari/ekor
B. Saran
1. Sebaiknya lahan yang masih kosong dijadikan sebagai kebun rumput
2. Sebaiknya jarak antara kandang dan kantor di perhatikan sehingga memudahkan dalam menjangkau ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymus. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius : Yogyakarta.
Blakely, J and Blade. 1996. Ilmu Peternakan. Universitas Gadjha Mada Press : Yogyakarta.
Cullison, Arthur F. 1982. Feed and Feeding. Reston Publishing Company Inc. reston, Virginia.
Darmono. 1992. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius : Jakarta.
Duren, E dan Miller, R.C. 2003. Beef Catlehand Book : Prevention and Treatment Bloat.
Ebert. 2006. Animal Feed Resources Information Sistym.
Hartadi, H.S. dan R. A.D.Tillman. 1986. Tabel Komposisi Pkan Untuk Indonesi. Universitas Gajha Mada Press : Yogyakarta.
Ir. Abdullah, F.A dan Toshiaki, H. 2002. Pakan dan Tatalaksana Sapi Perah. Dairy Technology Improvement Project in Indonesia, Bandung.
Murtidjo, B.A. 1995. Beternak Sapi Potong. Kanisius : Yogyakarta.
Tillman. A.D, dan Hartadi, H.S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gajha Mada Press: Yogyakarta.
Wahyu Muljana. 1985. Pemeliharaan dan Kegunaan Sapi Perah. Aneka Ilmu Semarang.
http://www.disnak.jabar.go.id/data/arsip/pengelolaan%20limbah%20cair.pdf.
http://computer.ebooktops.com
LAPORAN BIB UNGARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inseminasi buatan adalah suatu proses mengawinkan ternak dengan cara buatan atau beternak secara modern yang sudah diterapkan dalam sejumlah usaha peternakan, yang sangat efisien untuk meningkatkan produktifitas ternak. Pada perkawinan secara alami pejantan hanya bisa mengawini satu ekor betina dalam satu kali kawin, berbeda dengan pekawinan secara IB dimana semen atau sperma yang dihasilkan oleh seekor pejantan dalam satu kali ejakulasi (pemancaran sperma) dapat digunakan untuk melayani lebih banyak betina setelah semen tersebut sudah diproses dan dalam bentuk straw.
Inseminasi buatan di Indonesia pertama kali pada permulaan tahun 1950, namun baru pada permulaan tahun 1973 untuk pertama kali semen beku di impor ke Indonesia atas kerjasama pemerintah Indonesia dengan pemerintah Inggris dan Selandia Baru. Sejak saat itu semen beku yang diperoleh dalam bentuk straw telah dipakai pada hampir semua program IB pada sapi.
Ternak merupakan sumber protein hewani yang sangat diperlukan oleh manusia disamping manfaat yang lain. Untuk meningkatkan produktifitas ternak maka efisiensi reproduksi yaitu ditingkatkan dengan teknologi Inseminasi Buatan (IB). Dengan teknik ini maka mutu genetic ternak dapat meningkat lebih baik sehingga produktifitasnya juga semakin baik, dengan begitu pendapatan peternak juga meningkat. Peningkatan mutu genetic melalui teknologi IB memang perlu dilakukan karena penerapan IB dilapangan sudah menjadi kebutuhan para peternak khususnya peternakan sapi perah dan sapi potong. Selain itu IB mempunyai beberapa keuntungan yaitu dapat mencegah penyakit kelamin menular pada ternak, menghemat biaya perkawinan, menghindari resiko perkawinan, (toelihere, 1985).
Selain itu IB juga bermanfaat untuk meningkatkan angka kelahiran sehingga populasi ternak cepat bertambah atau meningakat, disamping itu bermanfaat dalam peningkatan ternak secara kuantitatif, memperbaiki mutu genetic (secara kualitatif), sehingga akan membantu perusahaan – perusahaan peternakan dan bahkan para petani peternak yang tidak atau belum mampu memiliki pejantan unggul yang harganya relatif mahal.
Dalam pelaksanaanya IB perlu ditunjang oleh beberapa faktor yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sehingga diharapkan hasil yang maksimal dalam waktu yang singkat. Dengan semakin majunya teknologi semen dari pejantan yang unggul dapat dibuat dalam bentuk semen beku. Dengan adanya semen beku maka dapat menjawab kesulitan-kesulitan yang dialami dalam penggunaan semen cair. Terlebih lagi ditemukannya kemasan dalam bentuk straw maka semen dapat hidup dan dapat digunakan pada tempat dan waktu yang berbeda, sehingga program IB dapat berjalan dengan baik dan efektif.
B. Tujuan
• Untuk mengetahui menajemen pemeliharaan sapi pejantan untuk keperluan Inseminasi Buatan
• Untuk mengetahui cara penampungan semen pada sapi
• Untuk mengetahui proses pembuatan semen beku
• Untuk mengetahui cara penilaian semen
• Sebagai salah satu persyaratan dalam kegiatan pembelajaran program D4 VEDCA.
C. Sasaran
Dalam pelaksanaan PKL ini sasaran atau ruang lingkup kegiatan PKL dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran Semarang, yang dalam kegiatannya bergerak dalam bidang pemiliharaan sapi pejantan untuk Inseminasi Buatan dan produksi semen beku.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teknik Penampungan Semen
Metode penampungan semen khususnya pada ternak sapi telah mengalami perubahan dari tahun ketahun, dan perubahan – perubahan ini merupakan langkah yang penting dalam peningkatan dan perkembangan IB, (Toelihere, 1981) menyatakan bahwa penampungan semen merupakan suatu proses pengambilan semen pejantan yang sudah dewasa kelamin pada saat ejakulasi dengan menggunakan vagina buatan, elektroejakulator dan pemijatan. Hal yang penting didalam program inseminasi buatan adalah proses penampungan semen yang benar, hal ini meliputi pengaturan interval pejantan yang baik pada saat penampungan semen, persiapan pejantan, dan teknik yang benar didalam penampungan semen (hafez, 1993).
Faktor yang mempengaruhi penampungan semen terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal meliputi hormonal, metabolisme, keturunan, umur dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan, cuaca, sarana dan prasarana, dan hewan pemancing. (Djanuar, 1985). Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh menjaga kualitas dan kuantitas dari semen. Foster et al (1970) menyatakan bahwa seorang penampung harus mempelajari agar dapat memanfaatkan tersebut semaksimal mungkin, khususnya dalam penampungan semen.
Penampungan semen dilakukan apabila penis sudah benar – benar tegang dan tampak kemerahan serta sapi tersebut sudah menaiki pemancing sebanyak 3 – 4 kali. Kolektor yang bertugas memegang vagina buatan dengan tangan kanan sementara tangan kiri memegang praepetium dan berdiri di sebelah kanan teaser dengan posisi vagina buatan memebentuk sudut 450C garis dengan horizontal. Penis diarahkan ke vagina buatan yang dipegang dengan menggunakan tangan kanan. Disusul dengan tekanan kedepan dan terjadi ejakulasi. Saat ejakulasi penjantan harus dibiarkan mendorong penisnya sendiri kedalam vagina buatan untuk memperoleh ejakulasi yang optimal (Salisbury dan van demark, 1985).
(Hale dan almquist, 1960) menyatakan bahwa rangsangan yang ditimbulkan oleh satu pemancing akan terus menurun pada setiap penampungan berikutnya dan pada akhirnya pejantan akan menolak menaiki pemancing tersebut, dengan mengganti pemancing umumnya libido dapat dipulihkan kembali dan bahkan dapat dilakukan beberapa kali penampungan.
B. Semen
Semen atau air mani adalah cairan yang terdiri dari hasil sekresi kelenjar kelamin aksesoris dan spermatozoa yang sudah masak dari epididimis seekor sapi pejantan dewasa (srigandono, 1987). (hafez, 1993)menyatakan bahwa semen terdiri dari campuran spermatozoa yang dihasilkan oleh jaringan testis didalam tubulus semineferus dan plasma semen yang berasal dari kelenjar kelamin pelengkap. Plasma semen berfungsi sebagai medium smigelatinous yang membawa spermatozoa dari saluran reproduksi hewan jantan kedalam saluran reproduksi hewan betina (toelihere, 1981).
Spermatozoa terdiri dari bagian kepala yang mengandung bagian inti dan bagian ekor untuk bergerak (tomaszewska et al.. 1991) mengatakan bahwa bagian depan dari kepala ditutupi dengan sebuah pembungkus yang disebut dengan acrosome yang akan dilepas sesaat sebelum spermatozoa memasuki sel telur. Pelepasan acrosome ini penting untuk penetrasi dan melangsungkan pembuahan. Plasma semen yaitu campura sekresi dari epididimis, vas deferens, vesikulo seminalis, kelenjar prostate dan cowper yang mengandung bermacam – macam zat organic dan anorganik serta air (partodihardjo,1982).
Jumlah semen dan konsentrasi antara spesies berbeda – beda. Sifat fisik dan kimiawi semen sebagian besar ditentukan oleh plasma semen (Lindsay et al.. 1982). (Flipse dan almquist 1961) menyatakan bahwa berat badan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pejantan menjadi lamban, sulit untuk berkopulasi karena kemalasannya, kelemahan kaki – kaki belakang dan penurunan libido. Lebih lanjut dikatakan bahwa belum dapat dibuktikan bahwa gerak badan dapat mempengaruhi produksi spermatozoa secara kualitatif dan kuantitatif (Snyder dan Ralston, 1955).
C. Karakteristik Semen
Pemeriksaan semen dapat dilakukan dengan cara makroskopis, mikroskopis, biologis dan kimia faali. Pemeriksaan secara makroskopis meliputi pemeriksaan volume semen, konsistensi, warna dan ph ejakulat (toelihere, 1985). (Almquist 1968) menyatakan bahwa kisaran normal volume semen sapi antara 8 ml (2ml – 15ml), motilitas 65% (50% - 80%), dan konsentrasi sperma 1200 juta/ml (400 juta/ml – 2000 juta/ml). kisaran semen sapi jantan menurut (Hafez 1993) yaitu volume semen 5ml – 8ml, gerakan massa sperma (2+) – (3+), motilitas sperma 65% (50% - 80%), konsentrasi sperma 1000 juta/ml – 1800 juta/ml, persentase sperma hidup 70% dan abnormalitas sperma 20%.
Pemeriksaan dan pengujian untuk menjaga kualitas semen beku daapt dilakukan tiga macam test yaitu; test after thawing, test water incubator, dan pewarnaan. Test after thawing bertujuan utuk mengetahui apakah semen beku masih layak digunakan untuk inseminasi buatan, (dirjen peternakan, 2000). Lebih lanjut dijelaskan bahwa test after thawing yang dinilai adalah persentase spermatozoa yang motil progresif terhadap keseluruhan jumlah spermatozoa dan gerakan individual spermatozoa. Test water incubator bertujuan untuk mengetahui jumlah spermatozoa yang dapat bertahan sampai didalam alat reproduksi betina dalam waktu kurang lebih 4 jam, sedangkan tujuan test dengan pewarnaan adalah untuk mengetahui presentase spermatozoa yang hidup dan mati berdasarkan perbedaan warna spermatozoa.
1. Karakteristik Semen Secara Makroskopis
(Salisbury dan van demark, 1985) menyatakan bahwa volume semen akan bertambah banyak sesuai dengan besar tubuh, Kesehatan reproduksi, daya kekuatan dan frekuensi penggunaan pejantan. Produksi semen yang tinggi diperoleh dari volume tiap pancaran semen yang tinggi dengan konsentrasi ayng tinggi, (hardjopranjoto, 1991).
Kisaran ph yang normal menurut (almquist 1968) sebesar 6,2 – 6,7. sedangkan menurut (Sorensen 1979) yaitu 6,3 – 6,9. ph semen yang cenderung asam mencerminkan aktifitas sperma pada kondisi anaerob, sperma yang menghasilkan asam laktat semakin rendah nilai ph, maka motilitas sperma akan semakin rendah pula. Dinyatakan oleh (Masuda 1992) bahwa ph semen biasanya berasal pada kondisi netral atau asam lemah 6,5 – 6,8). Ph semen dipengaruhi oleh sekresi kelenjar aksesori, ph semen yang berlebih memperlihatkan fungsi abnormal organ tersebut atau kemungkinan tercampuri oleh bahan lain (urin).
2. Karakteristik Semen Secara Mikroskopis
Pemeriksaan semen secara mikroskopis meliputi gerakan massa, motilitas, konsentrasi, persentase sperma hidup dan abnormalitas sperma dilakukan secara berurutan (Toelihere, 1985). (Perry 1968) menyatakan bahwa semen yang baik memiliki pola mikroskopis gelombang massa baik hingga sangat baik. Sperma dikatakan berkualitas apabila mengandung sperma yang bergerak aktif denagn gerakan massa yang tinggi (Toelihere, 1981). Gerakan massa sperma dinilai berdasarkan dengan kecenderungan sperma bergerak ke satu arah (Toelihere, 1985).
Motilitas sperma mencerminkan konsentrasi dan daya hidup sperma dengan rata – rata yang berguna untuk menilai fertilitas pejantan (Lasley dan Campbell, 1977). Motilitas sperma dilihat dari persentase gerak atau hidup sel sperma (Sorensen, 1979). Lebih lanjut dijelasakan oleh (Partodihardjo, 1982)bahwa pergerakan sperma meliputi gerakan massa atau progresf, mundur atau reverse, bergetar atau vibratory, dan berbutir atau sirculatory. Stimulus awal bagi motilitas sperma berasal dari isi kelenjar asesoris saat semen diejakulasikan (Hunter, 1995). Motilitas juga dipengaruhi oleh temperature (Takahashi, 1992).
(Lindsay et al.., 1982) menyatakan bahwa standar minimum semen sapi jantan yang dikoleksikan dengan vagina buatan dan dipakai untuk IB memiliki persentase motil 50%. Menurut pernyataan (Masuda, 1992) menyatakan bahwa motilitas tergantung pada spesies hewan, temperature dan plasma semen. Sperma sapi jantan bergerak normal kedepan pada temperatur 370C – 380C, gerakan akan berhenti dan metabolisme sangat lambat pada 50C dan pada 540C – 560C akan mati. Perubahan suhu secara cepat sangat berbahaya bagi sperma (shok temperatur).
Pengencer dan tekanan osmotic yang sesuai dengan semen menunjang motilitas. Motilitas sperma menurun pada kondisi sangat asam. Sinar matahari berbahaya bagi sperma karena mempengaruhi DNA dan aktifitasnya. Gas oksigen dan karbondioksida yang berlebihan serta logam berat dapat mempengaruhi motilitas sperma.
Konsentrasi sperma merupakan jumlah sperma per ml semen (Toelihere, 1985). Konsentrasi semen yang lebih pekat pada umumnya mempunyai konsentrasi sperma yang lebih tinggi. Konsentrasi sperma berbeda nyata dari pejantan yang satu dengan yang lain diantaranya; kelompok umur pejantan berbeda, Perbedaan musim dalam setahun, perbedaan tempat geografis, perkembangan seksual dan kedewasaan sapi jantan, kualitas pakan yang diberikan dan kesehatan reproduksinya (Salisbury dan Van Demark, 1985).
Menurut pendapat (Masuda, 1992) bahwa jumlah sperma berbeda sesuai dengan spesies hewan, ras, individu, umur ternak, metode penampungan, frekuensi ejakulasi dan musim. Konsentrasi merupakan jumlah sperma tiap unit volume semen dan penting untuk menentukan rasio pengenceran semen yang akan diproses lebih lanjut (Hafez, 1993).
Persentase hidup sperma didasarkan atas perbedaan daya permeabilitas terhadap cairan pada sperma hidup dan mati. Sperma hidup tidak menyerap cairan dan berwarna terang , sedangkan sperma mati menyerap cairan sehingga tampak gelap dimikroskop. Persentase tinggi pada sperma mati tidak dapat ditunjukkan pada waktu mengamati sperma dibawah mikroskop pada waktu pengamatan motilitas karena banyak sperma inaktif tersapu oleh pergerakan sperma yang hidup (Lasley dan Cambell, 1977). Persentase hidup mati sperma memiliki rataan sebanyak 60% (Putro, 2001).
Abnormalitas sperma meliputi abnormalitas primer dan sekunder (Lindsay et al.., 1982). Abnormalitas primer terajadi karena kelainan pada tubuli seminiferi dan ganguan testiskuler yang ditandai kelainan bentuk pada kepala dan ekor yang dapat menghambat gerak dan menurunkan fertilitas. Abnormalitas sekunder terjadi didalam saluran kelamin jantan dan sewaktu ejakulasi setelah sperma meninggalkan epitel kecambah pada tubuh seminiferi, meliputi kepala terpisah dari leher, leher patah, ekor kusut, patah dan tergulung (Pane, 1986).
Kelainan bentuk sperma diakibatkan oleh shok dingin, panas, sinar X, dan ketidakseimbangan nutrisi dan hormonal/endokrin yang dapat mempengaruhi spermatogenesis. Kualitas semen yang baik memiliki jumlah sperma abnormal 5% - 15% (Lasley dan Campbell, 1977). Sedangkan menurut (Masuda, 1992) sebanyak 10% (1% - 20%). Produksi sperma dapat terganggu akibat chryptorchidismus, testis yang tersembunyi, penyakit kulit, deman dan kelembaban yang tinggi. Penurunan semen normal (Toelihere, 1981). Suhu lingkungan yang terlampau tinggi mempengaruhi fungsi termoregulatoris skrotom dan berakibat pada spermatogenesis (Wodzicka Tomaszeska, 1991).
D. Bahan Pengencer dan Pengenceran Semen
Pengenceran merupakan campuran dari bahan – bahan yang bisa mencukupi zat – zat makanan bagi sel mani. Sehingga kebutuhan hidupnya diluar saluran reproduksi dapat terpenuhi (Djanah, 1989). Lebih lanjut dikatakan bahwa bahan yang banyak digunakan sebagai pengencer adalah bahan – bahan yang berupa susu, kuning telur, glukosa dan gliserin dalam perbandingan tertentu. (Almquist 1968) menyatakan bahwa bahan tersebut masih ditambahkan antibiotic dan penicillin guna mencegah penyebaran kuman – kuman.
Fungsi dari pengencer adalah untuk memperbanyak volume sehingga semen yang didapat itu dapat dibagi - bagi untuk menginseminasi banyak betina dari satu ejakulat, sumber nutrisi spermatozoa untuk mempertahankan hidupnya, melindungi spermatozoa dan sebagai bakteriostatik dimana pengencer harus mengandung zat – zat ini sehingga zat – zat renik dalam semen dapat dihentikan aktifitasnya serta sebagai pelindung spermatozoa terhadap perubahan – perubahan temperature atau anti shok (Toelihere, 1981).
Lebih lanjut dikatakan bahan pengencer juga harus memenuhi syarat antara lain; murah, sederhana dan praktis dibuat tetapi mempunyai kemampuan pemeliharaan yang tinggi, mengandung unsur yang sama dengan sifat fisik dan kimiawi semen, tidak boleh mengandungzat – zat toksit terhadap spermatozoa, serta harus memeberi kemungkinan penilaian sperma sesudah pengenceran.
Untuk semen yang tidak dibekukan dengan penambahan gliserol dapat meninggikan daya hidup spermatozoa terutama dengan suhu pengencer, tidak pada pengencer sitrat- kuning telur (Willet dan Ohms, 1956). Mc Lean (1956) menyatakan bahwa spermatozoa didalam semen yang diencerkan dengan susu pengencer ditambah 10% gliserol ternyata mempunyai daya tahan hidup dan fertilitas yang baik.
E. Proses Pembekuan Semen
Pembekuan adalah suatu proses untuk menghentikan aktifitas sperma agar daya hidup sperma dapat diperpanjang sampai batas waktu yang lama. Apabila suatu larutan dibekukan maka pelarut air membeku menjadi kristal – kristal es dan bahan – bahan terlarut tidak bersatu dengan kristal – kristal tersebut melainkan berakumulasi dan makin pekat (Toelihere dan Taurin, 1979). Lebih lanjut dikatakan bahwa pada umumnya problem pembekuan semen berkisar antara dua fenomena yaitu pengaruh cool shok terhadap sel yang dibekukan dan perubahan – perubahan intraseluler akibat pengeluaran air yang bertalian dengan pembentukan kristal – kristal es.
(Toelihere, 1985) menyatakan bahwa untuk mencegah kejutan dingin semen diberi gliserol yang berfungsi sebagai zat pelindung pada saat pembekuan. Cara penambahan gliserol tersebut harus secara bertahap dan berselang selama satu jam. Penambahan gliserol kedalam bahan pengencer sangat penting untuk proses pembekuan semen sebab penambahan gliserol dapat menyebabkan kenaikan daya hidup sperma dalam penyimpanan diatas titik beku (Polge et al.., 1949).
Batas suhu terendah untuk penyimpanan semen sapi adalah pada suhu -1960C. bahan yang digunakan untuk membekukan semen tersebut adalah N2 cair (Salisbury dan Van Demark, 1985). (Forgason et al.., 1961) menyatakan bahwa straw yang telah terisi oleh semen dibekukan didalam mesin yang diatur penurunan suhunya oleh uap nitrogen cair dan apabila suhu -800C sudah dicapai, semen didinginkan lebih cepat lagi sehingga mencapai suhu -1960C. lebih lanjut dikatakan pembekuan dapat pula dilakukan dengan menempatkan ampul – ampul didalam uap nitrogen cair.
F. Penyimpanan dan Pengangkutan Semen Beku
Penyimpanan semen beku pada suhu beku ditujukan agar semen tersebut dapat digunakan secara optimal sebagai sarana pembuahan atau sebagai sarana untuk mempertahankan daya fertilisasi dengan jalan menghambat seminimal mungkin secara fisik dan kimiawi semua aktifitas yang penting dalam spermatozoa, sehingga proses metabolisme yang terjadi dapat dikurangi (Hardjoprandjoto, 1991).
(Toelihere dan Taurin, 1979) menyatakan bahwa untuk penyimpanan dan pengankutan semen beku ditempatkan pada beberapa cantingan atau canister dan disimpan dalam bejana atau container yang berisi nitrogen cair. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bentuk – bentuk straw dan pellet dapat pula ditempatkan dahulu kedalam tabung – tabung plastic pendek (goblet) sebelum ditaruh didalam canister. Container yang mengandung semen yang baik dalam bentuk ampul, straw, atau pellet, harus selalu mengandung nitrogen (Toelihere, 1985).
G. Perkandangan
Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga. Menurut Siregar (2006) pembuatan kandang untuk penggemukan memerlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :
1. Memberi kenyamanan bagi sapi-sapi yang digemukkan dan bagi si pemelihara ataupun pekerja kandang.
2. Memenuhi persayaratan bagi kesehatan sapi
3. Mempunyai ventilasiatau pertukaran udara yang sempurna
4. Mudah dibersihkan dan terjaga kebersihannya
5. Memberi kemudahan bagi peternak ataupun pekerja kandang pada saat bekerja sehingga efisiensi kerja dapat tercapai
6. Bahan-bahan kandang yang digunakan bertahan lama, tidak mudah lapuk, harganya relative murah dan mudah didapat didaerah sekitar
7. Tidak ada genangan ait didalam ataupun diluar kandang.
H. Penyakit
Kejadian penyakit diare pada pedet sangat tinggi diare dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan protozoa. Anonimus (2006) menyatakan bahwa E. coli merupakan salah satu penyebab diare pada sapi, yang menyebabkan jaringan epitel dalam usus berubah fungsi dari metode penyerapan (nutrisi) menjadi metode pengeluaran. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengobatan penyakit diare berupa antibiotik (streptomicyn) dapat mengurangi populasi bakteri sehingga proses pencernaan dapat berjalan dengan normal kembali.
I. Pakan
Menurut Hartadi (1986) konsentrat adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keseimbangan nutrisi dari keseluruhan bahan pakan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau pakan pelengkap.
Menurut Murtidjo (1990) bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. 1)Pakan hijauan yaitu semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan. Yang termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan lain. Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu berupa hijauan segar dan kering. 2) pakan penguat yaitu pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar relative rendah dan mudah dicerna. Bahan pakan penguat meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil kelapa, tetes. yang berfungsi untuk meningkatkan dan memperkaya nilai nutrient pada bahan pakan lain yang nilai nutriennya rendah. 3) pakan tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea.
Pakan tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang hidupnya berada dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain vitamin A dan D, mineral terutama Ca dan P, urea. (Anonimus, 2001).
J. Penanganan limbah
Limbah dari ternak dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi apabila dikelola dengan baik. Kotoran cair dan padat dari ternak pada umumnya digunakan sebagai pupuk organic bagi tanaman pertanian ataupun lahan hijuan makanan ternak (Darmono, 1992)
BAB III
METODE PELAKSANAAN PKL
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL
Kegiatan PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan yang dimulai dari tanggal 17 september 2007 sampai dengan 28 desember 2007, yang dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran, JL. MT. Haryono No. 53 A Ungaran Telp. (024) 6921107 Ungaran, Semarang. Adapun beberapa jadwal kegiatan PKL yang dilaksanakan yaitu orientasi dilakukan hari pertama mahasiswa berada di lokasi PKL , observasi, adaptasi dilakukan setiap hari baik itu dilingkungan industri maupun dilingkungan masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan PKL di industri setiap mahasiswa PKL didampingi oleh pembimbing dari Industri. Penulisan laporan dilakukan dua minggu sebelum kegiatan PKL telah dilaksanakan di tempat industri yaitu kurang lebih tiga bulan.
B. Metode PKL
1.Orientasi
Oreintasi dilakukan setelah mahasiswa PKL telah berada di lingkungan industri untuk mendapat pengarahan dari pimpinan industri ataupun pihak yang telah menerima mahasiswa untuk kegiatan PKL. Mahasiswa dikumpulkan dalam satu ruangan untuk mendapat pengarahan dan petunjuk dari pihak industri dan pembimbing, dalam kegiatan ini mahasiswa mempelajari struktur organisasi Balai Inseminasi Buatan Ungaran Semarang, ruang lingkup Balai Iseminasi Buatan Ungaran tersebut spesifik kedalam kegiatan produksi semen beku untuk keperluan Inseminasi Buatan. Fasilitas di Balai Inseminasi Buatan Ungaran menpunyai ruang tata usaha, gedung pertemuan, laboratorium, perumahan karyawan, mes utnuk mahasiswa PKL maupun untuk diklat. Selain produksi semen beku kegiatan lain yang dilaksanakan adalah pemasaran.
2. Observasi
Observasi dilakukan langsung oleh mahasiswa PKL untuk memperoleh data dan informasi mengenai lokasi, situasi dan kondisi lapangan yang berhubungan dengan materi PKL
3. Adaptasi
Adaptasi sangat penting dilakukan oleh mahasiswa dengan pihak industri agar kegiatan PKL berjalan dengan baik. Adaptasi dengan pembimbing industri dengan cara bertanya seputar kegiatan selama pelaksanaan PKL, masalah-masalah yang terjadi di industri dan untuk mengumpulkan data atau bahan untuk pembuatan laporan. Adaptasi juga dilakukan dengan semua karyawan di industri yaitu dengan cara ramah terhadap setiap karyawan dan mematuhi peraturan industri, selain itu kita juga harus beradaptasi dengan masyarakat tempat tinggal yaitu dengan cara ramah serta ikut membantu dalam kegiatan social atau kemasyarakatan.
4. Pelaksanaan PKL
Pelaksanaan PKL dilakukan pada tanggal 19 september 2007 sampai dengan tanggal 28 desember 2007. Prosedur kegitan PKL yaitu mahasiswa menyesuaikan dengan jadwal yang telah diberikan dari pihak industri dan harus dipatuhi oleh mahasiswa. Jadwal kerja yaitu hari senin sampai dengan hari jumat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah berdirinya BIB Ungaran
Pada tahun 1953 melalui program pemerintah yang disebut Rencana Kesejahteraan Istimewa (RKI) didirikanlah Balai Pembenihan Ternak yang terletak di Desa Sidomulyo Kec. Ungaran Kab. Semarang dengan luas lahan ± 2 Ha. Di balai tersebut pertama kali diadakan aplikasi kegiatan inseminasi buatan di Indonesia dengan menggunakan semen cair. Perkembangan kegiatan IB selanjutnya menggunakan semen beku import pada tahun 1972 dan Balai Pembenihan Ternak berubah menjadi UPT-IB Sidomulyo.
Dengan berdirinya BIB Lembang 1976 dan BIB Singosari 1988, maka tugas UPT-IB Sidomulyo hanyalah sebagai penerima dan pendistribusi semen beku baik impor maupun produksi dalam negeri (BIB Lembang dan Singosari) mulai tahu 1976 hingga tahun 2002.
Pada tahun 1997 di Indonesia mengalami krisis moneter yang berkepanjangan sehingga populasi di Jawa Tengah mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena tingginya permintaan daging sapi potong dari luar propinsi, menurunya jumlah peternak ayam pedaging serta terhentinya impor sapi bakalan.
Sebagai salah satu upaya yang ditempuh Dinas Peternakan Jawa Tengah untuk mengatasi penurunan populasi sapi yaitu peningkatan penggunaan teknologi IB, namun usaha ini terbentur oleh terbatasnya produksi semen beku dalam negeri. Sajlan dengan otonomi daerah dan desentralisasi BIB, maka pada tahun 2001/2002 melalui proyek peningkatan fungsi UPT-IB Sidomulyo didirikan Balai Inseminasi Buatan (BIB) Jawa Tengah yang selanjutnya dikenal denagn nama BIB Ungaran yang dibangun diareal eks-TC Peternakan (Training Center Peternakan atau Mix Farming) dengan luas areal ± 7 Ha.
Pada bulan juni 2002 mulai memproduksi semen beku dengan menggunakan pejantan simental 12 ekor dan 8 ekor limosin, dimana pengadaan pejantan tersebut 10 ekor bantuan pusat dan 10 ekor dari APBD I. BIB Ungaran didirikan berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2002 Tanggal 2 April 2002, sedangkan operasionalnya diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 27 Februari 2003.
2. Letak Geografis
BIB ungaran terletak di Desa Sidomulyo Kecamatan Ungaran, berada sekitar ± 2 km dari Ibukota Kabupaten Semarang kearah timur, berada pada ketinggian ± 316 m dari permukaan laut dengan suhu udara sekitar 24-300c. luas areal BIB Ungaran sekitar 7 Ha (70.000 m2).
3. Struktur organisasi
Struktur organisasi BIB Ungaran Jawa Tengah ditetapkan berdasarkan Perda No. 1 Tanggal 2 April 2002. Struktur organisasi BIB Ungaran Tahun 2006/2007 adalah sebagai berikut:
1. Kepala Balai di pimpin oleh Ir. Ardiana Rustana, M.Si.
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh Soetowo SH.
3. Kepala Seksi Produksi, Distribusi, dan pemasaran dipimpin oleh Eddy Suwarsana.
4. Kepala Seksi Pemeliharaan Ternak dipimpin oleh Drh. Hamam.
4. Visi dan Misi
a. Visi
BIB Ungaran mempunyai visi menjadi Balai Inseminasi Buatan yang berkualitas, profesional dan kompetitif untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui perbaikan genetic ternak di Jawa Tengah.
b. Misi
Misi dari BIB Ungaran adalah:
1. Menyediakan benih ternak secara tepat mutu, tepat jumlah dan tepat waktu
2. Meningkatkan kualitas dan proses pelayanan
3. Memberikan citra yang terbaik bagi petani peternak.
5. Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan di Balai Inseminasi Buatan meliputi manajemen pemeliharaan ternak pejantan untuk IB dan produksi semen beku serta pemasarannya.
B. Hasil kegiatan PKL
1. Manajemen Pemeliharaan Pejantan
Manajemen pemeliharaan ternak sangat penting khususnya untuk pejantan karena akan berpengaruh pada kualitas semen. Agar pejantan yang dipelihara mencapai kondisi prima untuk menghasilkan semen segar dan berkualitas yang akan diproses menjadi semen beku. Selain itu juga dapat menberi nilai tambah untuk jumlah straw yang akan dihasilkan dari proses produksi semen segar menjadi semen beku. Dalam hal ini akan dibahas mengenai beberapa aspek atau faktor ayng harus diperhatikan dalam pemeliharaan ternak pejantan yang meliputi;
a. Perkandangan
BIB (Balai Inseminasi Buatan) dalam pemeliharaannya paerkandangan sangat penting untuk ternak karena mempunyai beberapa fungsi yaitu;
1) Melindungi ternak dari panas, hujan, dan angin
Fungsi kandang yang dimaksudkan adalah agar kondisi ternak dalam keadaan prima dan sehat karena terbebas dari panas, hujan, dan angina yang dapat menyebabkan kesehatan ternak terganggu dan dapat terkena penyakit seperti bloat, cacingan, dan hidrasi.
2) Melindungi ternak dari ganguan binatang lain
Dimaksudkan agar ternak dapat melakukan aktifitas dengan tenang dan tidak stress serta dapat merasa aman dari gangguan ternak yang mengancam keselamatan ternak.
3) Mempermudah dalam penanganan ternak
Dimaksudkan agar dalam Penanganan ternak seperti pemberian pakan dan minum, Penanganan kesehatan lebih mudah serta dalam sanitasi kandang, lebih efektif untuk setiap ternak.
4) Sebagai tempat ternak melakukan aktifitas
Kandang merupakan tempat yang cocok untuk ternak untuk beraktifitas seperti makan dan minum, bereproduksi dan berproduksi.
Adapun persyaratan yang harus diperhatikan dalam pembuatan dan kontruksi kandang yang meliputi;
• Ventilasi cukup
Dalam pembuatan kandang ventilasi harus diperhatikan agar sirkulasi udara dapat teratur dan sinar matahari pagi bisa masuk karena penting untuk kesehatan ternak dan dapat mengatur temperature dalam kandang agar kandang tidak lembab
• Temperature dan kelembaban cukup
Suhu juga sangat penting diperhatikan karena keadaan kandang tidak seharusnya lembab karena hal demikian dapat menyebabkan bakteri atau bibit penyakit mudah berkembangbiak sehingga dapat menggangu kesehatan ternak.
• Mudah dalam kegiatan sanitasi
Kontruksi kandang luar dan dalam harus diperhatikan dalam hal ini drainase karena darinase berperan sebagai tempat mengalirnya limbah kotoran ternak yang langsung menuju ketempat penampungan limbah, dan ketinggian lantai kandang yang harus dibuat agak tinggi agar dalam pembersihan lantai mudah, serta sarana dan prasarana dalam kegiatan sanitasi lengkap.
• Alas kandang tidak licin dan agak miring
Alas kandang dibuat tidak licin agar ternak tidak terpeleset dan jatuh karena kalau hal demikian terajadi akan berpengaruh pada kesehatan ternak dan rumen ternak. Demikian pula dengan alas kandang yang dibuat agak miring agar air dapat mengalir dengan mudah ke drainase sehingga tidak menyebabkan alas kandang lembab, dan juga mudah dalam sanitasi.
• Drainase
Dalam pembuatan kandang harus dilengkapi dengan saluran air atau untuk limbah cair yang disebut drainase, hal ini penting karena dapat berfungsi untuk mengalirkan kotoran bersama air kedalam bak penampungan sehingga kandang terlihat bersih dan tidak tergenang air yang dapat menyebabkan lantai kandang menjadi lembab dan bau. Ukuran drainase harus dibuat agak lebar agar dalam pembersihan efektif.
Ukuran kandang di BIB (balai inseminasi buatan) ungaran, semarang secara umum adalah 4 x 2,5 x 2,5 meter. System kandang yang digunakan adalah kandang panggung dengan ketinggian kayu dari lantai beton 25cm – 30cm, sehingga memudahkan dalam sanitasi seperti pembersihan kotoran dari lantai kandang. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum, rantai pengikat ternak. Ternak diikat dengan rantai pada kedua sisi kandang, sehingga ternak mengarahkan kea rah tempat pakan dan minum.
Model kandang yang ada di BIB adalah model kandang individu yang bertujuan agar dalam Penanganan atau pemeliharaan ternak lebih mudah baik darisegi pemberian pakan dan minum, Penanganan kesehatan, dan perawatan serta sanitasi kandang. Berdasarkan tujuan dari kandang individu yang digunakan seperti yang diuraikan diatas sangat cocok untuk ternak sapi pejantan yang bertujuan untuk pengambilan sperma agar sperma yang dihasilkan berkualitas dan tingkat mortalitasnya bagus. Kandang setiap hari dibersihkan dari kotoran ternak dan lumut lumut tumbuh disekitar kandang, kandang setiap sebulan sekali dilakukan pengapuran untuk mencegah tumbuhnya lumut
.
Gambar 1. Sanitasi Kandang
b. Pembibitan
Pembibitan merupakan bakalan dari ternak yang telah diseleksi untuk dijadikan sebagai bibit ungul yang akan dipelihara. Atau merupakan salah satu kegiatan untuk menyeleksi ternak unggul yang dilihat dari postur badan. Status fisiologis, kesehatan ternak, dan lain - lain. Bibit ternak pejantan yang ada di Balai Inseminasi Buatan ungaran, semarang didatangkan dari luar negri, seperti sapi limousine dan simental yang langsung didatangkan dari Australia. Adapun yang didatangkan dari dalam kota maupun luar kota seperti sapi PO. Bibit yang sudah diseleksi tersebut lansung dikirim ke Balai Inseminasi Buatan ungaran dipelihara untuk pengambilan semen dan produksi semen.
Gambar 2. Ternak Pejantan
c. Pakan dan Pemberiannya
Manajemen Pakan dan pemberian pakan sangat penting dan harus diperhatikan dalam setiap usaha pemeliharaan ternak karena dengan begitu ternak yang dipelihara bisa bertahan hidup. Adapun beberapa jenis pakan yang diberikan untuk ternak pejantan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran antara lain:
1) Pakan Konsentrat
Pakan konsentrat diberikan dalam bentuk butiran (pellet). Konsentrat tersebut terbukti mengandung asam amino yang solid dan diperlukan oleh pejantan terutama untuk pembentukan spermatozoa.
2) Pakan Tambahan (feed additive)
Pakan tambahan diberikan dalam bentuk tepung yang dicampur dengan konsentrat pada saat pemberian, pakan tambahan yang digunakan adalah customix yang merupakan beberapa campuran vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral yang terkandung didalamnya adalah vitamin A,D3,E, antioxidant-ethoxyquin, Mn, Fe, Cu, Co, I.
Adapun kegunaan dari pakan tambahan yang diberikian untuk ternak di Balai Inseminasi Buatan adalah sebagai berikut:
• Melengkapi kebutuhan pakan seperti vitamin dan mineral untuk tubuh ternak
• Meningkatkan nafsu makan
• Meningkatkan fertilitas
• Mencegah penyakit yang disebabkan karena kekurangan vitamin dan mineral
3) Hijauan Pakan Ternak
Hijauan pakan ternak yang diberikan berupa rumput gajah (pennisetum purpureum). Pemberian rumput gajah sangat penting karena mengandung serat kasar yang tinggi yaitu 36,34%. Hal ini berguna dalam siistem pertumbuhan ternak.
Manajemen Pemberian pakan ternak dilakukan 3 kali dalam sehari setiap harinya yaitu pada pagi hari dimulai dari jam 07.00 berupa pakan konsentrat dalam bentuk pellet sebanyak 5 kg serta ditambahkan pakan tambahan (feed additive) yang dicampur dengan konsentrat, setelah itu ditambahkan dengan pemberian kecambah, pemberian kecambah berfungsi untuk produksi dan kualitas semen. Selanjutnya pada siang hari sekitar jam 09.00 diberikan hijauan yaitu berupa rumput gajah yang telah dicacah sebanyak 30 – 40 kg/ekor/hari. Pemberian pakan sore hari pukul 15.00 berupa hijauan yang telah dicacah sebanyak 30 – 40 kg/ekor/hari.
Rumput gajah yang baru dipanen disimpan selama 18 jam sebelum dicacah yang bertujuan untuk melayukan rumput sehingga kadar airnya berkurang, tujuan pencachan adalah untuk mencapai efisiensi konsumsi hijauan oleh ternak, sehingga memudahkan ternak dalam mengkonsumsi hujauan karena semua bagian dari rumput baik itu batang dan daun dapat dimakan oleh ternak.
Gambar 3. Pemberian Pakan Hijauan
d. Pengendalian Penyakit
Agar semen yang dihasilkan oleh pejantan berkualiats baik seahrusnya pejantan selalu dalm kindisi sehat. Karena pejantan yang tidak sehat dapat mengakibatkan kuantitas semen akan turun. Untuk itu di Balai Inseminasi Buatan Ungaran perawatan kesehatan ternak pejantan digolongkan sebagai berikut: 1) pencegahan penyakit, 2) pengendalian penyakit, 3) dan pengobatan penyakit.
1) Pencegahan Penyakit
Upaya pencegahan penyakit sangat penting untuk melindungi ternak dari penyakit adapun beberapa tindakan yang dilakukan seperti pemotongan kuku hal ini dilakukan agar ternak pada saat menaiki ternak pemancing atau teaser mudah, selain itu tujuan dari pemotongan kuku adalah agar ternak mudah bergerak dan tidak terserang penyakit. Pemotongan kuku dilakukan selama 1 bulan sekali dengan menggunakan rennet, pahat, palu, dan kikir. Kuku pejantan juga diolesi oleh cool teer agar mencegah jasad renik masuk kedalam kuku yang lunak.
Vaksinasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh ternak terhadap penyakit sedangkan pemberian vitamin dilakukan setiap 2 mingga sekali. Perawatan kulit juga sangat penting agar ternak tidak mudah terkena penyakit, ternak pejantan setiap hari dimandikan dan membersihkan tubuh ternak dari kotoran
Gambar 4. Penyemprotan Desinfektan
2) Pengendalian Penyakit
Pemeriksaan kesehatan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran dilakukan secara laboratorium yaitu dengan cara pengambilan sample darah dan feses. Hal ini dilakukan untuk mengetahui penyakit pada ternak dan untuk mengantisipasi penyakit menular. Selama kegitan PKL berlangsung pengambilan sample darah hanya dilakukan satu kali.
3) Pengobatan Penyakit
Ternak pejantan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran pengobatannya hanya berupa penyemprotan gosanek dan salap antiseptic karena ternak hanya menderita luka karena gesekan dan goresan.
e.Recording
Recording untuk pemeliharaan pejantan IB yang ada di Balai Inseminasi Buatan adalah recording kesehatan dan berat badan. Sedangkan recording untuk produksi semen beku adalah recording produksi, penjualan dan hasil pengujian fertilitas semen beku.
1. Recording Kesehatan
Recording kesehatan merupakan pencatatan mengenai data kesehatan ternak sehingga memudahkan dalam pengontrolan ternak pejantan.
2. Recording Penimbangan
Recording penimbangan merupakan pencatatan untuk mengetahui pertambahan berat badan pada setiap ekor pejantan. Kegiatan penimbangan yang ada di Balai Inseminasi Buatan ungaran, semarang dilakukan setiap akhir bulan.
3. Recording Produksi
Recording produksi merupakan pencatatan terhadap jumlah produksi per hari, per bangsa sapi maupun jumlah komulatif harus dicatat sehingga memudahkan mengetahui jumlah produksi yang telah dicapai.
4. Recording Penjualan
Recording penjualan merupakan pencatatan terhadap jumlah penjualan per daerah dan per bangsa sapi.
5. Recording hHasil Pengujian Fertilitas Semen Beku
Rekording hasil pengujian fertilitas semen beku merupakan pencatatan terhadap jumlah Inseminasi per kebuntingan, pencatatan meliputi data per pejantan, per bangsa sapi dan per daerah.
f. Pemanenan Hasil/Pemasaran (Distribusi Semen Beku)
Sesuai dengan fungsinya Balai Inseminasi Buatan Ungaran mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan, promosi, distribusi dan pemasaran semen beku khususnya di propensi jawa tengah. Adapun produksi semen beku ditetapkan berdasarkan kesepakatan kerjasama antara koperasi Gembala Makmur yang menetapkan harga sebesar Rp. 5.000/dosis.
Daerah tujuan distribusi semen beku BIB Ungaran sekitar jawa tengah. Adapun syarat-syarat pelaksanaan administrasi yang harus dipenuhi dalam penjualan semen beku adalah mengeluarkan/mencatat semen beku yang dijual pada buku masing-masing pejantan, mengisi buku induk penjualan semen beku, menghapus kartu penyimpanan semen beku sesuai dengan jumlah yang dijual. Setelah itu mengisi data masing-masing penjualan semen beku pada kartu untuk dipindahkan, kemudian membuat kartu petunjuk dan berita acara serah terima semen beku sesuai dengan jumlah semen beku yang dikirim.
g. Penanganan limbah
Limbah yang ada di Balai Inseminasi Buatan Ungaran berupa limbah padat dan cair, limbah padat dari kotoran sapi setiap hari disimpan di tempat penampungan untuk dijadikan pupuk kompos yang bertujuan sebagai pupuk untuk kebun rumput yang berada disekitar kandang, sedangkan limbah cair ditampung dan digunakan untuk pembuatan biogas, selain itu langsung dialirkan kekebun rumput disekitar kandang.
Gambar 5. Pengangkutan Limbah
2. Proses Produksi Semen Beku
Balai Inseminasi Buatan Ungaran merupakan unit pelaksana teknis dinas peternakan jawa tengah yang bertugas untuk memproduksi, mendistribusikan dan memasarkan semen beku. Adapun beberapa kegiatan proses produksi semen beku antara lain:
a. Pembuatan Bahan Pengencer
Bahan pengencer adalah suatu dengan syarat – syarat tertentu yang ditambahkan kedalam semen segar dengan perbandingan tertentu, sehingga volume semen beratambah. Pembuatan pengencer dilakukan sehari sebelum penampungan semen.
1) Syarat Pengencer
a) Murah, sederhana, praktis dan mudah dibuat
b) Tidak mengandung zat – zat toksik/ beracun terhadap spermatozoa maupun saluran reproduksi betina
c) Mengandung unsur atau sifat fisik atau kimiawi yang sama dengan karakteristik semen
d) Memberi penilaian sperma sesudah pengenceran
e) Tidak melebihi daya fertilisasi sperma
2) Fungsi Pengencer
a) Melindungi spermatozoa terhadap cool shok
b) Menyediakan zat makanan sebagai sumber energi spermatozoa
c) Memperbanyak volume semen
d) Mencegah pertumbuhan kuman
3) Bahan dan Cara Pembuatan Pengencer Semen Sapi
a) Susu skim
b) Aquabidest
c) Kuning telur
d) Glukosa
e) Gliserol
b. Cara Membuat Pengencer
1) Membuat buffer 1000 cc
• Susu Skim 100 ml
• Aquabidest 960 ml
Kedua bahan tersebut dicampur dan kemudian dipanaskan sampai mencapai suhu 920c - 950 c, setelah mencapai suhu tersebut didiamkan selama 12 menit kemudian disaring dan setelah dingin disimpan didalam refrigenerator. Setelah dingin ditambahkan antibiotika berupa penicillin 2 flc dan streptomycin 5 flc dicampur dan ditambahkan aquab€dest sampai volumenya menjadi 30 cc.
2) Membuat penngencer part A (untuk 400 cc)
• Buffer Antiiotika 360cc
• Kuning Telur 40cc
3) Membuat pengencer part B (400)
• Buffer Antibiotika 360cc
• Gliserol 40ml
• Kuning Telur 40ml
• Glukosa 8 gram
Masing – masing pengencer tersebut dicampur sampai homogen.
Gambar 6. Pembuatan Pengencer
3. Proses Penampungan Sperma
a. Mempersiapkan Vagina Buatan
Sebelum melakukan penmapungan sebaiknya mempersiapkan vagina buatan, sebagai berikut:
1) Memasang corong karet pada badan vagina buatan dan posisi lubang udara pada corong harus sejajar dengan kran vagina buatan kemudian diikat dengan tali pita agar pada saat pelaksanaan penampungan, corong tidak terlepas dari tabung vagina buatan.
2) Memasang tabung sperma pada ujung corong AV lalu diikat dengan tali pita kemudian ditempel kertas label sesuai dengan kode pejantan yang akan ditampung. Pemberian label bertujuan untuk mengetahui hasil penampungan dari pejantan.
3) Memasang pelindung tabung sperma dengan tujuan agar sperma tidak langsung terkena sinar matahari dan melindungi pecahnya tabung sperma dari benturan.
4) Memasang plastik pelindung sehingga corong ataupun tabung sperma tetap terlindung dari kotoran dan tidak terlepas dari badan vagina buatan.
5) Mengisi air hangat dengan suhu 420c- 480c.
6) Memberi vaselin secukupnya melalui vagina buatan 1/3 bagian, dengan menggunakan stick glass atau fibber glass bertujuan agar pada saat penampungan penis pejantan setelah masuk kedalam vagina buatan tidak terluka.
7) Mengisi udara melalui kran vagina buatan dengan cara memompa atau meniup dan diatur kekenyalannya menyerupai aat kelamin betina.
8) Mengecek kembali vagina buatan sebelum digunakan untuk penampungan.
b. Pelaksanaan Penampungan Semen
Penampungan semen adalah proses pengambilan semen dari pejantan yang telah dewasa tubuh dan dewasa kelamin dengan menggunakan vagina buatan ataupun dengan elektroejakulator yang dibuat menyerupai alat kelamin betina, Balai Inseminasi Buatan Ungaran penampungan semen dilakukan setiap 2 kali dalam seminggu yaitu pada hari senin dan kamis, pengambilan semn menggunakan vagina buatan. Adapun beberapa prosedur dalam penampungan semen yaitu;
1) Mempersiapkan pejantan yang akan ditampung beserta teasernya, pajantan dan teaser harus dalam keadaan bersih dan sehat khususnya pada bagian preputium agar tidak mempengaruhi kualitas semen. Memasukkan teaser kedalam kandang kawin atau kandang jepit.
2) Mendekatkan pejantan dengan teaser dan mengusahakan pejantan tersebut menaiki teaser beberapa kali sampai libidonya memuncak, pada saat pejantan menaiki teaser dan penis pejantan keluar collector harus dalam keadaan siap kemudian mengarahkan penis pejantan dengan memegang pangkal dari preputium ke posisi samping atau kearah collector, tangan kiri menggunakan sarung tangan plastic untuk setiap pejantan.
3) Tempat penampungan harus selalu dalam keadaan tenang dan lantai tempat penampungan diberi lapisan matras berupa sabut kelapa agar tidak licin dan pada saat hentakan kaki pejantan pada saat menuruni teaser tidak terlalu keras.
c. Melakukan penampungan semen
Pada saat penampungan sebaiknya collector selalu dalam keadan siap sehingga saat pejantan menaiki teaser dan libidonya telah memuncak maka penis dari pejantan akan keluar maka pada saat itu collector harus memegang penis dan mengarahkan kedalam vagina buatan sehingga mempermudah proses ejakulasi terjadi.
Semen yang telah ditampung segera dibawa ke laboratorium untuk diperiksa untuk menentukan apakah semen tersebut layak untuk diproduksi menjadi semen beku
4. Pemeriksaan Semen Segar
Semen dari hasil penampungan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa sebelum diproses menjadi semen beku. Pemeriksaan semen segar yang ada di Balai Inseminasi Buatan Ungaran dilakukan dengan cara makroskopis dan mikroskopis, pemeriksaan secara makroskopis bertujuan untuk mengetahui volume (rata – rata pada sapi 5cc), warna (susu, krem, kuning), dan konsistensi (encer, sedang, kental).
Sedangkan pemeriksaan secara mikroskopis meliputi (konsentrasi, gerakan massa, motilitas minimal 55%) bertujuan untuk mengetahui gerakan dan jumlah sperma serta untuk mengetahui ketahanan sperma didalam alat reproduksi betina, karena selama perjalanannya dalam saluran reproduksi betina sperma mengalami perubahan fisiologik.
Untuk mempertinggi daya fertilitasnya, proses ini disebut kapasitasi. Setelah pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis selesai semen yang tidak memenuhi standar dibuang, sedangkan yang memenuhi standar segera diproses melalui prosespengenceran.
5. Proses Pengenceran
Proses pengenceran merupakan tahapan selanjutnya dari proses produksi semen beku, yang bertujuan untuk memperbanyak volume semen.
Di Balai Inseminasi Buatan Ungaran pengenceran dilakukan setelah semen segar telah dievaluasi atau diperiksa. Pengenceran semen dilakukan dengan cara semen yang akan diproses dicampur dengan part A yang telah disimpan dalam ingkubator (water jaket) dengan suhu 370C dan diberi label no bull, kemudian disimpan dalam cool toop dengan suhu 40C selama 35 menit, setelah 35 menit water jaketnya dilepaskan, 50 menit kemudian dilakukan pencampuran dengan part A extra yang telah disiapkan dalam cool top.
Pencampuran part B dilakukan 4 kali selama 15 menit didalam cool top (proses glycerolisasi), dua stengah jam (2,5 jam) setelah pencampuran dengan part B selesai dilakukan pemeriksaan pemeriksaan melalui mikroskop untuk mengetahui persentase hidup dan mati spermatozoa. Menurut djanuar (1985) menyatakan bahwa pengenceran yang tepat bagi semen sapi jantan yang diketahui fertilitasnya sebaiknya didasarkan atas jumlah spermatozoa dan kandungannya bukan atas volumenya.
Gamabar 7. Proses pengenceran Di CoolTop
6. Printing Straw
Printing straw adalah proses mencetak identitas pejantan pada yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan, identiras tersebut meliputi, jenis pejantan, nama pejantan nomor, kode pejantan, batch number dan nama produsen semen beku.
Warna straw yang digunakan juga bervariasi hal ini disesuaikan dengan jenis pejantan yang semennya akan diproses atau diproduksi. Warna straw untuk jenis pejantan Brahman (biru tua), Simmental (bening), limousine (merah muda), untuk FH (abu - abu). Menurut toelihere (1981) bahwa straw dapat dibuat dalam berbagai warna, dimana setiap warna untuk identifikasi tertentu. Pelaksanaan printing straw dilakukan bersamaan dengan waktu pengenceran semen setelah diketahui jumlah straw yang akan dicetak. Volume semen yang dapat ditampung untuk setiap straw adalah 0,25 cc. straw yang telah dibuat atau telah diprinting disimpandalam cool top.
7. Filling dan Sealing
Filling dan sealing adalah suatu proses pengisian mini straw dengan 0,25 cc semen yang telah diencerkan setelah itu menyumbat ujung straw dengan alat yang bekerja secara otomatis. Proses filling dan sealing dilakukan didalam cool top yang bersuhu 40c hal ini bertujuan untuk mempertahankan motilitas semen. Menurut toelihere (1981) menyatakan bahwa jumlah semen dalam straw adalah 0,5 ml, sedangkan untuk mimi straw 0,25 ml. dimana konsentrasi sperma harus jauh lebih tinggi dan tetap mengandung minimal 12 juta sel untuk setiap straw.
Proses filling dan sealing menggunakan mesin yang bekerja secara otomatis, cara kerjanya sebagai berikut: 1) memasang jarum pengisap dan corong tempat semen dan jarum pengisi pada tempatnya, 2) mejalankan mesin dan mengatur letak straw, 3) mengatur jarum supaya bisa masuk kedalam straw dan memasukkan semen kedalam corong semen, 4) menjalankan vacuum pengisap dan mesin bronsor, 5) mesin filling dan sealing dijalankan dan mengawasi straw sedang diisi, kemudian menghitung straw dengan menggunakan rak. Waktu pengisian semen untuk setiap straw adalah 0,18 detik.
8. Proses Freezing atau Pembekuan
Setelah melalui proses filling dan sealing straw tersebut dipindahkan kedalam countainer yang berisi nitrogen cair atau N2 cair yang mempunyai suhu – 1960c. agar semen tidak mengalami cool sock atau kejutan dingin yang dapat membunuh sperma maka harus melalui 2 tahap yaitu proses pra pembekuan dan tahap pembekuan. Pra pembekuan proses penurunan suhu semen dari 40c menjadi -1100c sampai dengan -1200c. dengan cara straw yang berada dalam rak dipindahkan kedalam box countainer dan ditempatkan 4cm diatas permukaan nitrogen cair dengan suhu -1100c sampai dengan -1200c, proses ini dilakukan didalam storage countainer selama 9 menit.
Tahap freezing adalah proses penurunan suhu semen menjadi -1960c. straw dipindahkan kedalam goblet kemudian dimasukkan kedalam canister dan direndam dalam nitrogen cair yang suhunya -1960c didalam countainer. Penurunan suhu secara perlahan – lahan dari mulai suhu 40c sebelum dibekukan dan proses pra pembekuan dengan suhu -1100c sampai dengan -1200c serta proses pembekuan atau freezing dengan suhu -1960c, bertujuan untuk mengatasi problema cool sock terhadap spermatozoa.
9. Pemeriksaan Kualitas Semen Beku
Pemeriksaan semen beku bertujuan untuk menjaga dan mengetahui kualitas semen beku yang diproduksi di Balai Inseminasi Buatan Ungaran sebelum didistribusikan atau dijual. Pemeriksaan dilakukan pada esok harinya setelah proses pembekuan atau freezing dengan mengambil 2 sampai 3 dosis dari masing – masing pejantan. Pemeriksaan dilakukan untuk menilai persentase hidup dan gerakan spermatozoa dengan menggunakan mikroskop. Sebelum pemeriksaan dilkakukan pada mikroskop dilakukan thawing yaitu pencairan kembali semen beku dengan cara sebagai berikut; 1) air ledeng/air sumur selama ± 30 detik, 2) air hangat dengan suhu 370c ±15 detik.
Thawing dilakukan apabila kurva peningkatan kurva suhu semen naik secara konstan waktu inseminasi. Suhu semen yang tidak konstan dapat menyebabkan sperma mati. Semen beku yang sudah dithawing tidak dapat disimpan kembali, apabila semen telah dithawing diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui gerakan dan jumlah sperma yang akan digunakan untuk IB, serta untuk mengetahui ketahanan sperma didalam alat reproduksi betina.
Karena selama perjalannannya didalam saluran reproduksi betina sperma mengalami perubahan fisiologik untuk mempertinggi daya fertilitasnya, proses tersebut disebut kapasitasi. Kapasitas diperlukan karena terdapat indikasi bahwa perubahan acrosoma terjadi lebih awal sebelum sperma memasuki ovum melaliu zona pellucida yang berlangsung selama 4 – 6 jam. Untuk menjaga kualitas semen beku di Balai Inseminasi Buatan Pemeriksaan semen beku melalui 2 tahap yaitu 1) test after thawing, 2) test water incubator.
a. Test After Thawing
Bertujuan untuk mengetahui apakah semen beku masih layak digunakan untuk IB. pada tes ini ditentukan standart minimal gerakan individu sperma 3+ dan persentase sperma hidup adalah 40%. Untuk 1 dosis semen beku atau satu buah straw mengandung 25 juta sel sperma, jadi prosentase yang hidup = 40/100 x 25 juta = 10.000.000. sperma/inseminasi, dengan sperma yang motil antara 5 – 15 juta / inseminasi (dirjen peternakan 2000).
Cara melakukan test after thawing yaitu menyiapkan tabung yang berisi 2 cc pengencer part A. simpan didalam incubator yang berisi aquabidest dengan temperature 370c, kemudian mengambil 2 buah straw semen beku dan thawing dengan air hangat 370c selama ± 15 detik kemudian keringkan dengan kertas tissue dan potong kedua ujung straw. Teteskan kedalam tabung yang telah disiapkan campurkan dengan menggunakan stick glass teteskan semen tersebut diatas objek glass yang telah disiapkan diatas warmer stage dan tutup dengan cover glass kemudian lihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10 x 10 dan hitung persentase spermatozoa yang hidup dengan penilaian antara 0 – 100%, kemudian melihat gerakan individu sperma dengan penilaian 0 (tidak ada gerakan), 1 (gerakan ditempat), 2 (gerakan lamban), 3 (gerakan cepat), 4 (gerakan sangat cepat).
Setelah itu simpan kembali tabung yang berisi semen tersebut kedalam incubator untuk test water incubator. Half dan elliot (1954) menyatakan bahwa thawing pada air yang bersuhu 380c sampai 400c menghasilkan daya tahan hidup sperma yang lebih baik bila dibandingkan dengan suhu yang rendah. Sebaliknya thawing pada suhu 50c menghasilkan pergerakan yeng lebih baik bila dibandingkan dengan thawing dengan suhu 380c (van demark et al, 1957).
Gambar 8. Test After Thawing
b. Test Water Incubator
Test water incubator bertujuan untuk mengetahui jumlah spermatozoa yang dapat bertahan sampai didalam alat reproduksi betina dalam waktu 4 jam. Latar belakang test ini adalah waktu kapasitas spermatozoa dalam saluran reproduksi saluran ternak betina 4 – 7 jam.
Menurut Pfisterhammer (1975) menyatakan bahwa semen beku yang sudah dithawing diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui persentase sperma motil, selain itu dilakukan pemeriksaan water incubator untuk mengetahui ketahanan spermatozoa didalam saluran reproduksi betina karena selama perjalanannya spermatozoa mengalami persiapan dan perubahan fisiologik sebelum mencapai ovum.
Toelihere (1981) menyatakan bahwa spermatozoa tidak sanggup membuahi ovum segera sesudah memasuki saluran kelamin betina tetapi memerlukan waktu waktu 4 – 6 jam didalam uterus atau tuba fallopi sebelum menembus zona pellucida.
Cara melakukan test water incubator adalah langkah awal adalah menyimpan tabung yang berisi semen (setelah dithawing) dalam water incubator selama 4 jam. Kemudian diperiksa dibawah mikroskop. Persentase sperma motil dengan gerakan standart individu minimal 10 % yang hidup dengan gerakan individu 2. tabung yang berisi semen tadi disimpan lagi dalam water incubator selama 3 jam (total 7 jam). Kemudian diperiksa lagi dibawah mikroskop, persentase sperma motil minimal 5% dan gerakan individu minimal 2. hasil uji kwalitas test after thawing 0 jam dan water incubator 4 jam.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapang) yang dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran Semarang, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang dilakukan di BIB Ungaran meliputi Pemeliharaan Ternak Pejantan dan Prosese Produksi Semen Beku. Adapun beberapa langkah dalam Proses Produksi Semen Beku yaitu sebagai berikut:
1. Pembuatan bahan pengencer yang terdiri dari Pengencer Part A dan Part B
2. Pemeriksaan semen segar secara Makroskopis dan Mikroskopis
3. Proses pengenceran
4. Printing straw
5. Filling dan sealing
6. Proses freezing atau pembekuan
7. Pemeriksaan kualitas semen beku dengan cara Test After Thawing dan Test Water Incubator.
Apabila dari porsedur pembuatan semen beku yang ada di Balai Inseminasi Buatan Ungaran sudah berjalan dengan baik dan ditangani oleh pekerja yang ahli dalam bidang masing-masing. Selain itu kelengkapan peralatan sudah lengkap dan menggunakan peralatan yang modern sehingga menpercepat proses pembuatan semen beku. Sedangkan untuk pemeliharaan pejantan untuk IB sudah efektif.
Manajemen pemeliharaan di Balai Inseminasi Buatan sudah efektif dilihat dari managemen pemberian pakan dan pencegahan dan Penanganan penyakit.
B. Saran
1. Pemasaran semen beku diusahakan tidak hanya didistribusikan di daerah Jawa Tengah saja tetapi harus diusahakan didistribusikan keluar daerah Jawa Tengah.
2. Perlu adanya promosi kedaerah-daerah luar Jawa Tengah untuk mencari atau menarik pelanggan yang dapat bekerjasama memasarkan semen beku.
3. Alas kandang dengan menggunakan papan tidak bertahan lama papan sewaktu-waktu bisa lapuk sehingga menyebabkan ternak bisa terjatuh.
4. Penanganan limbah harus diupayakan menjadi pupuk kompos yang bisa dipasarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Almquist , J.O. 1968. Dairy Cattle. Dalam : E.J Perry (E.d). The Artifical Inseminasi of Farm Animal. Fourth Revised Edition. Rutgers University Press, New Jersey.
Anonymus, 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius : Yogyakarta.
Anonymus. 1992. Petunjuk Beternak Sapi Potong. Kanisius Yogyakata.
Darmono. 1992. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius, Jakarta.
Dirjen Peternakan, 2000. Prosedur Tetap Produksi dan Distribusi Semen Beku. Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta.
Djanuar, R,. Haryati. C. T. R. Tagama. 1985. Dasar-Dasar Insemenasi Buatan Pada Ternak Sapi. Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.
Flipse, R.J. and J.O Almquist. 1961. Effect of Total Digestible Nutrient Intake Form Birth To Four Years Of Age On Growth And Reproductive Development And Performance Of dairy Bills. J. Dairy Sci.,44.095
Foster , J. .J.O Almquist and R.C. Martig, 1970. Reproductive.capacity Of Beef Bull. IV. Changes In Sexual Behavior And Semen Characterisitic Among Sucsessive Ejaculation, J. Anim. Sci. 30, 245.
Hafez, E. S. E. 1993. Anatomy of Male Reproduction. Dalam E. S. E. Hafez (E.d) Reproduction in Farm Animals. Sixth Edition. Lea and Febiger Philadelphia.
Hartadi, H. S. 1986. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia.Universytas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Frandson. R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke empat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hardopranjoto, S. 1991. Fisiologi dan Reproduksi edisi kedua .Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Erlangga Surabaya.
Pane, L. 1986. Pemiliabiakan ternak Sapi. PT. Gramedia Pustaka utama. Jakarta.
Partidhihardjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara. Jakarta.
Murtidjo, B. A. 1995. Beternak Sapi Potong. Kanisius, Yogyakarta.
Salisbury, G.W.dan N.L. Van Denmark. 1985. Fisiologi Reproduksi Dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjha Mada University Press Yogyakarta.
Srigandono, B. 1987. Kamus Istilah Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung.
Toelihere, M.R. dan M.B. Taurin. 1979. Semen Beku edisi ketiga. Departemen Reproduksi Institute Pertanian Bogor, Bogor.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inseminasi buatan adalah suatu proses mengawinkan ternak dengan cara buatan atau beternak secara modern yang sudah diterapkan dalam sejumlah usaha peternakan, yang sangat efisien untuk meningkatkan produktifitas ternak. Pada perkawinan secara alami pejantan hanya bisa mengawini satu ekor betina dalam satu kali kawin, berbeda dengan pekawinan secara IB dimana semen atau sperma yang dihasilkan oleh seekor pejantan dalam satu kali ejakulasi (pemancaran sperma) dapat digunakan untuk melayani lebih banyak betina setelah semen tersebut sudah diproses dan dalam bentuk straw.
Inseminasi buatan di Indonesia pertama kali pada permulaan tahun 1950, namun baru pada permulaan tahun 1973 untuk pertama kali semen beku di impor ke Indonesia atas kerjasama pemerintah Indonesia dengan pemerintah Inggris dan Selandia Baru. Sejak saat itu semen beku yang diperoleh dalam bentuk straw telah dipakai pada hampir semua program IB pada sapi.
Ternak merupakan sumber protein hewani yang sangat diperlukan oleh manusia disamping manfaat yang lain. Untuk meningkatkan produktifitas ternak maka efisiensi reproduksi yaitu ditingkatkan dengan teknologi Inseminasi Buatan (IB). Dengan teknik ini maka mutu genetic ternak dapat meningkat lebih baik sehingga produktifitasnya juga semakin baik, dengan begitu pendapatan peternak juga meningkat. Peningkatan mutu genetic melalui teknologi IB memang perlu dilakukan karena penerapan IB dilapangan sudah menjadi kebutuhan para peternak khususnya peternakan sapi perah dan sapi potong. Selain itu IB mempunyai beberapa keuntungan yaitu dapat mencegah penyakit kelamin menular pada ternak, menghemat biaya perkawinan, menghindari resiko perkawinan, (toelihere, 1985).
Selain itu IB juga bermanfaat untuk meningkatkan angka kelahiran sehingga populasi ternak cepat bertambah atau meningakat, disamping itu bermanfaat dalam peningkatan ternak secara kuantitatif, memperbaiki mutu genetic (secara kualitatif), sehingga akan membantu perusahaan – perusahaan peternakan dan bahkan para petani peternak yang tidak atau belum mampu memiliki pejantan unggul yang harganya relatif mahal.
Dalam pelaksanaanya IB perlu ditunjang oleh beberapa faktor yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sehingga diharapkan hasil yang maksimal dalam waktu yang singkat. Dengan semakin majunya teknologi semen dari pejantan yang unggul dapat dibuat dalam bentuk semen beku. Dengan adanya semen beku maka dapat menjawab kesulitan-kesulitan yang dialami dalam penggunaan semen cair. Terlebih lagi ditemukannya kemasan dalam bentuk straw maka semen dapat hidup dan dapat digunakan pada tempat dan waktu yang berbeda, sehingga program IB dapat berjalan dengan baik dan efektif.
B. Tujuan
• Untuk mengetahui menajemen pemeliharaan sapi pejantan untuk keperluan Inseminasi Buatan
• Untuk mengetahui cara penampungan semen pada sapi
• Untuk mengetahui proses pembuatan semen beku
• Untuk mengetahui cara penilaian semen
• Sebagai salah satu persyaratan dalam kegiatan pembelajaran program D4 VEDCA.
C. Sasaran
Dalam pelaksanaan PKL ini sasaran atau ruang lingkup kegiatan PKL dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran Semarang, yang dalam kegiatannya bergerak dalam bidang pemiliharaan sapi pejantan untuk Inseminasi Buatan dan produksi semen beku.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teknik Penampungan Semen
Metode penampungan semen khususnya pada ternak sapi telah mengalami perubahan dari tahun ketahun, dan perubahan – perubahan ini merupakan langkah yang penting dalam peningkatan dan perkembangan IB, (Toelihere, 1981) menyatakan bahwa penampungan semen merupakan suatu proses pengambilan semen pejantan yang sudah dewasa kelamin pada saat ejakulasi dengan menggunakan vagina buatan, elektroejakulator dan pemijatan. Hal yang penting didalam program inseminasi buatan adalah proses penampungan semen yang benar, hal ini meliputi pengaturan interval pejantan yang baik pada saat penampungan semen, persiapan pejantan, dan teknik yang benar didalam penampungan semen (hafez, 1993).
Faktor yang mempengaruhi penampungan semen terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal meliputi hormonal, metabolisme, keturunan, umur dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan, cuaca, sarana dan prasarana, dan hewan pemancing. (Djanuar, 1985). Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh menjaga kualitas dan kuantitas dari semen. Foster et al (1970) menyatakan bahwa seorang penampung harus mempelajari agar dapat memanfaatkan tersebut semaksimal mungkin, khususnya dalam penampungan semen.
Penampungan semen dilakukan apabila penis sudah benar – benar tegang dan tampak kemerahan serta sapi tersebut sudah menaiki pemancing sebanyak 3 – 4 kali. Kolektor yang bertugas memegang vagina buatan dengan tangan kanan sementara tangan kiri memegang praepetium dan berdiri di sebelah kanan teaser dengan posisi vagina buatan memebentuk sudut 450C garis dengan horizontal. Penis diarahkan ke vagina buatan yang dipegang dengan menggunakan tangan kanan. Disusul dengan tekanan kedepan dan terjadi ejakulasi. Saat ejakulasi penjantan harus dibiarkan mendorong penisnya sendiri kedalam vagina buatan untuk memperoleh ejakulasi yang optimal (Salisbury dan van demark, 1985).
(Hale dan almquist, 1960) menyatakan bahwa rangsangan yang ditimbulkan oleh satu pemancing akan terus menurun pada setiap penampungan berikutnya dan pada akhirnya pejantan akan menolak menaiki pemancing tersebut, dengan mengganti pemancing umumnya libido dapat dipulihkan kembali dan bahkan dapat dilakukan beberapa kali penampungan.
B. Semen
Semen atau air mani adalah cairan yang terdiri dari hasil sekresi kelenjar kelamin aksesoris dan spermatozoa yang sudah masak dari epididimis seekor sapi pejantan dewasa (srigandono, 1987). (hafez, 1993)menyatakan bahwa semen terdiri dari campuran spermatozoa yang dihasilkan oleh jaringan testis didalam tubulus semineferus dan plasma semen yang berasal dari kelenjar kelamin pelengkap. Plasma semen berfungsi sebagai medium smigelatinous yang membawa spermatozoa dari saluran reproduksi hewan jantan kedalam saluran reproduksi hewan betina (toelihere, 1981).
Spermatozoa terdiri dari bagian kepala yang mengandung bagian inti dan bagian ekor untuk bergerak (tomaszewska et al.. 1991) mengatakan bahwa bagian depan dari kepala ditutupi dengan sebuah pembungkus yang disebut dengan acrosome yang akan dilepas sesaat sebelum spermatozoa memasuki sel telur. Pelepasan acrosome ini penting untuk penetrasi dan melangsungkan pembuahan. Plasma semen yaitu campura sekresi dari epididimis, vas deferens, vesikulo seminalis, kelenjar prostate dan cowper yang mengandung bermacam – macam zat organic dan anorganik serta air (partodihardjo,1982).
Jumlah semen dan konsentrasi antara spesies berbeda – beda. Sifat fisik dan kimiawi semen sebagian besar ditentukan oleh plasma semen (Lindsay et al.. 1982). (Flipse dan almquist 1961) menyatakan bahwa berat badan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pejantan menjadi lamban, sulit untuk berkopulasi karena kemalasannya, kelemahan kaki – kaki belakang dan penurunan libido. Lebih lanjut dikatakan bahwa belum dapat dibuktikan bahwa gerak badan dapat mempengaruhi produksi spermatozoa secara kualitatif dan kuantitatif (Snyder dan Ralston, 1955).
C. Karakteristik Semen
Pemeriksaan semen dapat dilakukan dengan cara makroskopis, mikroskopis, biologis dan kimia faali. Pemeriksaan secara makroskopis meliputi pemeriksaan volume semen, konsistensi, warna dan ph ejakulat (toelihere, 1985). (Almquist 1968) menyatakan bahwa kisaran normal volume semen sapi antara 8 ml (2ml – 15ml), motilitas 65% (50% - 80%), dan konsentrasi sperma 1200 juta/ml (400 juta/ml – 2000 juta/ml). kisaran semen sapi jantan menurut (Hafez 1993) yaitu volume semen 5ml – 8ml, gerakan massa sperma (2+) – (3+), motilitas sperma 65% (50% - 80%), konsentrasi sperma 1000 juta/ml – 1800 juta/ml, persentase sperma hidup 70% dan abnormalitas sperma 20%.
Pemeriksaan dan pengujian untuk menjaga kualitas semen beku daapt dilakukan tiga macam test yaitu; test after thawing, test water incubator, dan pewarnaan. Test after thawing bertujuan utuk mengetahui apakah semen beku masih layak digunakan untuk inseminasi buatan, (dirjen peternakan, 2000). Lebih lanjut dijelaskan bahwa test after thawing yang dinilai adalah persentase spermatozoa yang motil progresif terhadap keseluruhan jumlah spermatozoa dan gerakan individual spermatozoa. Test water incubator bertujuan untuk mengetahui jumlah spermatozoa yang dapat bertahan sampai didalam alat reproduksi betina dalam waktu kurang lebih 4 jam, sedangkan tujuan test dengan pewarnaan adalah untuk mengetahui presentase spermatozoa yang hidup dan mati berdasarkan perbedaan warna spermatozoa.
1. Karakteristik Semen Secara Makroskopis
(Salisbury dan van demark, 1985) menyatakan bahwa volume semen akan bertambah banyak sesuai dengan besar tubuh, Kesehatan reproduksi, daya kekuatan dan frekuensi penggunaan pejantan. Produksi semen yang tinggi diperoleh dari volume tiap pancaran semen yang tinggi dengan konsentrasi ayng tinggi, (hardjopranjoto, 1991).
Kisaran ph yang normal menurut (almquist 1968) sebesar 6,2 – 6,7. sedangkan menurut (Sorensen 1979) yaitu 6,3 – 6,9. ph semen yang cenderung asam mencerminkan aktifitas sperma pada kondisi anaerob, sperma yang menghasilkan asam laktat semakin rendah nilai ph, maka motilitas sperma akan semakin rendah pula. Dinyatakan oleh (Masuda 1992) bahwa ph semen biasanya berasal pada kondisi netral atau asam lemah 6,5 – 6,8). Ph semen dipengaruhi oleh sekresi kelenjar aksesori, ph semen yang berlebih memperlihatkan fungsi abnormal organ tersebut atau kemungkinan tercampuri oleh bahan lain (urin).
2. Karakteristik Semen Secara Mikroskopis
Pemeriksaan semen secara mikroskopis meliputi gerakan massa, motilitas, konsentrasi, persentase sperma hidup dan abnormalitas sperma dilakukan secara berurutan (Toelihere, 1985). (Perry 1968) menyatakan bahwa semen yang baik memiliki pola mikroskopis gelombang massa baik hingga sangat baik. Sperma dikatakan berkualitas apabila mengandung sperma yang bergerak aktif denagn gerakan massa yang tinggi (Toelihere, 1981). Gerakan massa sperma dinilai berdasarkan dengan kecenderungan sperma bergerak ke satu arah (Toelihere, 1985).
Motilitas sperma mencerminkan konsentrasi dan daya hidup sperma dengan rata – rata yang berguna untuk menilai fertilitas pejantan (Lasley dan Campbell, 1977). Motilitas sperma dilihat dari persentase gerak atau hidup sel sperma (Sorensen, 1979). Lebih lanjut dijelasakan oleh (Partodihardjo, 1982)bahwa pergerakan sperma meliputi gerakan massa atau progresf, mundur atau reverse, bergetar atau vibratory, dan berbutir atau sirculatory. Stimulus awal bagi motilitas sperma berasal dari isi kelenjar asesoris saat semen diejakulasikan (Hunter, 1995). Motilitas juga dipengaruhi oleh temperature (Takahashi, 1992).
(Lindsay et al.., 1982) menyatakan bahwa standar minimum semen sapi jantan yang dikoleksikan dengan vagina buatan dan dipakai untuk IB memiliki persentase motil 50%. Menurut pernyataan (Masuda, 1992) menyatakan bahwa motilitas tergantung pada spesies hewan, temperature dan plasma semen. Sperma sapi jantan bergerak normal kedepan pada temperatur 370C – 380C, gerakan akan berhenti dan metabolisme sangat lambat pada 50C dan pada 540C – 560C akan mati. Perubahan suhu secara cepat sangat berbahaya bagi sperma (shok temperatur).
Pengencer dan tekanan osmotic yang sesuai dengan semen menunjang motilitas. Motilitas sperma menurun pada kondisi sangat asam. Sinar matahari berbahaya bagi sperma karena mempengaruhi DNA dan aktifitasnya. Gas oksigen dan karbondioksida yang berlebihan serta logam berat dapat mempengaruhi motilitas sperma.
Konsentrasi sperma merupakan jumlah sperma per ml semen (Toelihere, 1985). Konsentrasi semen yang lebih pekat pada umumnya mempunyai konsentrasi sperma yang lebih tinggi. Konsentrasi sperma berbeda nyata dari pejantan yang satu dengan yang lain diantaranya; kelompok umur pejantan berbeda, Perbedaan musim dalam setahun, perbedaan tempat geografis, perkembangan seksual dan kedewasaan sapi jantan, kualitas pakan yang diberikan dan kesehatan reproduksinya (Salisbury dan Van Demark, 1985).
Menurut pendapat (Masuda, 1992) bahwa jumlah sperma berbeda sesuai dengan spesies hewan, ras, individu, umur ternak, metode penampungan, frekuensi ejakulasi dan musim. Konsentrasi merupakan jumlah sperma tiap unit volume semen dan penting untuk menentukan rasio pengenceran semen yang akan diproses lebih lanjut (Hafez, 1993).
Persentase hidup sperma didasarkan atas perbedaan daya permeabilitas terhadap cairan pada sperma hidup dan mati. Sperma hidup tidak menyerap cairan dan berwarna terang , sedangkan sperma mati menyerap cairan sehingga tampak gelap dimikroskop. Persentase tinggi pada sperma mati tidak dapat ditunjukkan pada waktu mengamati sperma dibawah mikroskop pada waktu pengamatan motilitas karena banyak sperma inaktif tersapu oleh pergerakan sperma yang hidup (Lasley dan Cambell, 1977). Persentase hidup mati sperma memiliki rataan sebanyak 60% (Putro, 2001).
Abnormalitas sperma meliputi abnormalitas primer dan sekunder (Lindsay et al.., 1982). Abnormalitas primer terajadi karena kelainan pada tubuli seminiferi dan ganguan testiskuler yang ditandai kelainan bentuk pada kepala dan ekor yang dapat menghambat gerak dan menurunkan fertilitas. Abnormalitas sekunder terjadi didalam saluran kelamin jantan dan sewaktu ejakulasi setelah sperma meninggalkan epitel kecambah pada tubuh seminiferi, meliputi kepala terpisah dari leher, leher patah, ekor kusut, patah dan tergulung (Pane, 1986).
Kelainan bentuk sperma diakibatkan oleh shok dingin, panas, sinar X, dan ketidakseimbangan nutrisi dan hormonal/endokrin yang dapat mempengaruhi spermatogenesis. Kualitas semen yang baik memiliki jumlah sperma abnormal 5% - 15% (Lasley dan Campbell, 1977). Sedangkan menurut (Masuda, 1992) sebanyak 10% (1% - 20%). Produksi sperma dapat terganggu akibat chryptorchidismus, testis yang tersembunyi, penyakit kulit, deman dan kelembaban yang tinggi. Penurunan semen normal (Toelihere, 1981). Suhu lingkungan yang terlampau tinggi mempengaruhi fungsi termoregulatoris skrotom dan berakibat pada spermatogenesis (Wodzicka Tomaszeska, 1991).
D. Bahan Pengencer dan Pengenceran Semen
Pengenceran merupakan campuran dari bahan – bahan yang bisa mencukupi zat – zat makanan bagi sel mani. Sehingga kebutuhan hidupnya diluar saluran reproduksi dapat terpenuhi (Djanah, 1989). Lebih lanjut dikatakan bahwa bahan yang banyak digunakan sebagai pengencer adalah bahan – bahan yang berupa susu, kuning telur, glukosa dan gliserin dalam perbandingan tertentu. (Almquist 1968) menyatakan bahwa bahan tersebut masih ditambahkan antibiotic dan penicillin guna mencegah penyebaran kuman – kuman.
Fungsi dari pengencer adalah untuk memperbanyak volume sehingga semen yang didapat itu dapat dibagi - bagi untuk menginseminasi banyak betina dari satu ejakulat, sumber nutrisi spermatozoa untuk mempertahankan hidupnya, melindungi spermatozoa dan sebagai bakteriostatik dimana pengencer harus mengandung zat – zat ini sehingga zat – zat renik dalam semen dapat dihentikan aktifitasnya serta sebagai pelindung spermatozoa terhadap perubahan – perubahan temperature atau anti shok (Toelihere, 1981).
Lebih lanjut dikatakan bahan pengencer juga harus memenuhi syarat antara lain; murah, sederhana dan praktis dibuat tetapi mempunyai kemampuan pemeliharaan yang tinggi, mengandung unsur yang sama dengan sifat fisik dan kimiawi semen, tidak boleh mengandungzat – zat toksit terhadap spermatozoa, serta harus memeberi kemungkinan penilaian sperma sesudah pengenceran.
Untuk semen yang tidak dibekukan dengan penambahan gliserol dapat meninggikan daya hidup spermatozoa terutama dengan suhu pengencer, tidak pada pengencer sitrat- kuning telur (Willet dan Ohms, 1956). Mc Lean (1956) menyatakan bahwa spermatozoa didalam semen yang diencerkan dengan susu pengencer ditambah 10% gliserol ternyata mempunyai daya tahan hidup dan fertilitas yang baik.
E. Proses Pembekuan Semen
Pembekuan adalah suatu proses untuk menghentikan aktifitas sperma agar daya hidup sperma dapat diperpanjang sampai batas waktu yang lama. Apabila suatu larutan dibekukan maka pelarut air membeku menjadi kristal – kristal es dan bahan – bahan terlarut tidak bersatu dengan kristal – kristal tersebut melainkan berakumulasi dan makin pekat (Toelihere dan Taurin, 1979). Lebih lanjut dikatakan bahwa pada umumnya problem pembekuan semen berkisar antara dua fenomena yaitu pengaruh cool shok terhadap sel yang dibekukan dan perubahan – perubahan intraseluler akibat pengeluaran air yang bertalian dengan pembentukan kristal – kristal es.
(Toelihere, 1985) menyatakan bahwa untuk mencegah kejutan dingin semen diberi gliserol yang berfungsi sebagai zat pelindung pada saat pembekuan. Cara penambahan gliserol tersebut harus secara bertahap dan berselang selama satu jam. Penambahan gliserol kedalam bahan pengencer sangat penting untuk proses pembekuan semen sebab penambahan gliserol dapat menyebabkan kenaikan daya hidup sperma dalam penyimpanan diatas titik beku (Polge et al.., 1949).
Batas suhu terendah untuk penyimpanan semen sapi adalah pada suhu -1960C. bahan yang digunakan untuk membekukan semen tersebut adalah N2 cair (Salisbury dan Van Demark, 1985). (Forgason et al.., 1961) menyatakan bahwa straw yang telah terisi oleh semen dibekukan didalam mesin yang diatur penurunan suhunya oleh uap nitrogen cair dan apabila suhu -800C sudah dicapai, semen didinginkan lebih cepat lagi sehingga mencapai suhu -1960C. lebih lanjut dikatakan pembekuan dapat pula dilakukan dengan menempatkan ampul – ampul didalam uap nitrogen cair.
F. Penyimpanan dan Pengangkutan Semen Beku
Penyimpanan semen beku pada suhu beku ditujukan agar semen tersebut dapat digunakan secara optimal sebagai sarana pembuahan atau sebagai sarana untuk mempertahankan daya fertilisasi dengan jalan menghambat seminimal mungkin secara fisik dan kimiawi semua aktifitas yang penting dalam spermatozoa, sehingga proses metabolisme yang terjadi dapat dikurangi (Hardjoprandjoto, 1991).
(Toelihere dan Taurin, 1979) menyatakan bahwa untuk penyimpanan dan pengankutan semen beku ditempatkan pada beberapa cantingan atau canister dan disimpan dalam bejana atau container yang berisi nitrogen cair. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bentuk – bentuk straw dan pellet dapat pula ditempatkan dahulu kedalam tabung – tabung plastic pendek (goblet) sebelum ditaruh didalam canister. Container yang mengandung semen yang baik dalam bentuk ampul, straw, atau pellet, harus selalu mengandung nitrogen (Toelihere, 1985).
G. Perkandangan
Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga. Menurut Siregar (2006) pembuatan kandang untuk penggemukan memerlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :
1. Memberi kenyamanan bagi sapi-sapi yang digemukkan dan bagi si pemelihara ataupun pekerja kandang.
2. Memenuhi persayaratan bagi kesehatan sapi
3. Mempunyai ventilasiatau pertukaran udara yang sempurna
4. Mudah dibersihkan dan terjaga kebersihannya
5. Memberi kemudahan bagi peternak ataupun pekerja kandang pada saat bekerja sehingga efisiensi kerja dapat tercapai
6. Bahan-bahan kandang yang digunakan bertahan lama, tidak mudah lapuk, harganya relative murah dan mudah didapat didaerah sekitar
7. Tidak ada genangan ait didalam ataupun diluar kandang.
H. Penyakit
Kejadian penyakit diare pada pedet sangat tinggi diare dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan protozoa. Anonimus (2006) menyatakan bahwa E. coli merupakan salah satu penyebab diare pada sapi, yang menyebabkan jaringan epitel dalam usus berubah fungsi dari metode penyerapan (nutrisi) menjadi metode pengeluaran. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengobatan penyakit diare berupa antibiotik (streptomicyn) dapat mengurangi populasi bakteri sehingga proses pencernaan dapat berjalan dengan normal kembali.
I. Pakan
Menurut Hartadi (1986) konsentrat adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keseimbangan nutrisi dari keseluruhan bahan pakan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau pakan pelengkap.
Menurut Murtidjo (1990) bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. 1)Pakan hijauan yaitu semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan. Yang termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan lain. Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu berupa hijauan segar dan kering. 2) pakan penguat yaitu pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar relative rendah dan mudah dicerna. Bahan pakan penguat meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil kelapa, tetes. yang berfungsi untuk meningkatkan dan memperkaya nilai nutrient pada bahan pakan lain yang nilai nutriennya rendah. 3) pakan tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea.
Pakan tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang hidupnya berada dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain vitamin A dan D, mineral terutama Ca dan P, urea. (Anonimus, 2001).
J. Penanganan limbah
Limbah dari ternak dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi apabila dikelola dengan baik. Kotoran cair dan padat dari ternak pada umumnya digunakan sebagai pupuk organic bagi tanaman pertanian ataupun lahan hijuan makanan ternak (Darmono, 1992)
BAB III
METODE PELAKSANAAN PKL
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL
Kegiatan PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan yang dimulai dari tanggal 17 september 2007 sampai dengan 28 desember 2007, yang dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran, JL. MT. Haryono No. 53 A Ungaran Telp. (024) 6921107 Ungaran, Semarang. Adapun beberapa jadwal kegiatan PKL yang dilaksanakan yaitu orientasi dilakukan hari pertama mahasiswa berada di lokasi PKL , observasi, adaptasi dilakukan setiap hari baik itu dilingkungan industri maupun dilingkungan masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan PKL di industri setiap mahasiswa PKL didampingi oleh pembimbing dari Industri. Penulisan laporan dilakukan dua minggu sebelum kegiatan PKL telah dilaksanakan di tempat industri yaitu kurang lebih tiga bulan.
B. Metode PKL
1.Orientasi
Oreintasi dilakukan setelah mahasiswa PKL telah berada di lingkungan industri untuk mendapat pengarahan dari pimpinan industri ataupun pihak yang telah menerima mahasiswa untuk kegiatan PKL. Mahasiswa dikumpulkan dalam satu ruangan untuk mendapat pengarahan dan petunjuk dari pihak industri dan pembimbing, dalam kegiatan ini mahasiswa mempelajari struktur organisasi Balai Inseminasi Buatan Ungaran Semarang, ruang lingkup Balai Iseminasi Buatan Ungaran tersebut spesifik kedalam kegiatan produksi semen beku untuk keperluan Inseminasi Buatan. Fasilitas di Balai Inseminasi Buatan Ungaran menpunyai ruang tata usaha, gedung pertemuan, laboratorium, perumahan karyawan, mes utnuk mahasiswa PKL maupun untuk diklat. Selain produksi semen beku kegiatan lain yang dilaksanakan adalah pemasaran.
2. Observasi
Observasi dilakukan langsung oleh mahasiswa PKL untuk memperoleh data dan informasi mengenai lokasi, situasi dan kondisi lapangan yang berhubungan dengan materi PKL
3. Adaptasi
Adaptasi sangat penting dilakukan oleh mahasiswa dengan pihak industri agar kegiatan PKL berjalan dengan baik. Adaptasi dengan pembimbing industri dengan cara bertanya seputar kegiatan selama pelaksanaan PKL, masalah-masalah yang terjadi di industri dan untuk mengumpulkan data atau bahan untuk pembuatan laporan. Adaptasi juga dilakukan dengan semua karyawan di industri yaitu dengan cara ramah terhadap setiap karyawan dan mematuhi peraturan industri, selain itu kita juga harus beradaptasi dengan masyarakat tempat tinggal yaitu dengan cara ramah serta ikut membantu dalam kegiatan social atau kemasyarakatan.
4. Pelaksanaan PKL
Pelaksanaan PKL dilakukan pada tanggal 19 september 2007 sampai dengan tanggal 28 desember 2007. Prosedur kegitan PKL yaitu mahasiswa menyesuaikan dengan jadwal yang telah diberikan dari pihak industri dan harus dipatuhi oleh mahasiswa. Jadwal kerja yaitu hari senin sampai dengan hari jumat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah berdirinya BIB Ungaran
Pada tahun 1953 melalui program pemerintah yang disebut Rencana Kesejahteraan Istimewa (RKI) didirikanlah Balai Pembenihan Ternak yang terletak di Desa Sidomulyo Kec. Ungaran Kab. Semarang dengan luas lahan ± 2 Ha. Di balai tersebut pertama kali diadakan aplikasi kegiatan inseminasi buatan di Indonesia dengan menggunakan semen cair. Perkembangan kegiatan IB selanjutnya menggunakan semen beku import pada tahun 1972 dan Balai Pembenihan Ternak berubah menjadi UPT-IB Sidomulyo.
Dengan berdirinya BIB Lembang 1976 dan BIB Singosari 1988, maka tugas UPT-IB Sidomulyo hanyalah sebagai penerima dan pendistribusi semen beku baik impor maupun produksi dalam negeri (BIB Lembang dan Singosari) mulai tahu 1976 hingga tahun 2002.
Pada tahun 1997 di Indonesia mengalami krisis moneter yang berkepanjangan sehingga populasi di Jawa Tengah mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena tingginya permintaan daging sapi potong dari luar propinsi, menurunya jumlah peternak ayam pedaging serta terhentinya impor sapi bakalan.
Sebagai salah satu upaya yang ditempuh Dinas Peternakan Jawa Tengah untuk mengatasi penurunan populasi sapi yaitu peningkatan penggunaan teknologi IB, namun usaha ini terbentur oleh terbatasnya produksi semen beku dalam negeri. Sajlan dengan otonomi daerah dan desentralisasi BIB, maka pada tahun 2001/2002 melalui proyek peningkatan fungsi UPT-IB Sidomulyo didirikan Balai Inseminasi Buatan (BIB) Jawa Tengah yang selanjutnya dikenal denagn nama BIB Ungaran yang dibangun diareal eks-TC Peternakan (Training Center Peternakan atau Mix Farming) dengan luas areal ± 7 Ha.
Pada bulan juni 2002 mulai memproduksi semen beku dengan menggunakan pejantan simental 12 ekor dan 8 ekor limosin, dimana pengadaan pejantan tersebut 10 ekor bantuan pusat dan 10 ekor dari APBD I. BIB Ungaran didirikan berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2002 Tanggal 2 April 2002, sedangkan operasionalnya diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 27 Februari 2003.
2. Letak Geografis
BIB ungaran terletak di Desa Sidomulyo Kecamatan Ungaran, berada sekitar ± 2 km dari Ibukota Kabupaten Semarang kearah timur, berada pada ketinggian ± 316 m dari permukaan laut dengan suhu udara sekitar 24-300c. luas areal BIB Ungaran sekitar 7 Ha (70.000 m2).
3. Struktur organisasi
Struktur organisasi BIB Ungaran Jawa Tengah ditetapkan berdasarkan Perda No. 1 Tanggal 2 April 2002. Struktur organisasi BIB Ungaran Tahun 2006/2007 adalah sebagai berikut:
1. Kepala Balai di pimpin oleh Ir. Ardiana Rustana, M.Si.
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh Soetowo SH.
3. Kepala Seksi Produksi, Distribusi, dan pemasaran dipimpin oleh Eddy Suwarsana.
4. Kepala Seksi Pemeliharaan Ternak dipimpin oleh Drh. Hamam.
4. Visi dan Misi
a. Visi
BIB Ungaran mempunyai visi menjadi Balai Inseminasi Buatan yang berkualitas, profesional dan kompetitif untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui perbaikan genetic ternak di Jawa Tengah.
b. Misi
Misi dari BIB Ungaran adalah:
1. Menyediakan benih ternak secara tepat mutu, tepat jumlah dan tepat waktu
2. Meningkatkan kualitas dan proses pelayanan
3. Memberikan citra yang terbaik bagi petani peternak.
5. Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan di Balai Inseminasi Buatan meliputi manajemen pemeliharaan ternak pejantan untuk IB dan produksi semen beku serta pemasarannya.
B. Hasil kegiatan PKL
1. Manajemen Pemeliharaan Pejantan
Manajemen pemeliharaan ternak sangat penting khususnya untuk pejantan karena akan berpengaruh pada kualitas semen. Agar pejantan yang dipelihara mencapai kondisi prima untuk menghasilkan semen segar dan berkualitas yang akan diproses menjadi semen beku. Selain itu juga dapat menberi nilai tambah untuk jumlah straw yang akan dihasilkan dari proses produksi semen segar menjadi semen beku. Dalam hal ini akan dibahas mengenai beberapa aspek atau faktor ayng harus diperhatikan dalam pemeliharaan ternak pejantan yang meliputi;
a. Perkandangan
BIB (Balai Inseminasi Buatan) dalam pemeliharaannya paerkandangan sangat penting untuk ternak karena mempunyai beberapa fungsi yaitu;
1) Melindungi ternak dari panas, hujan, dan angin
Fungsi kandang yang dimaksudkan adalah agar kondisi ternak dalam keadaan prima dan sehat karena terbebas dari panas, hujan, dan angina yang dapat menyebabkan kesehatan ternak terganggu dan dapat terkena penyakit seperti bloat, cacingan, dan hidrasi.
2) Melindungi ternak dari ganguan binatang lain
Dimaksudkan agar ternak dapat melakukan aktifitas dengan tenang dan tidak stress serta dapat merasa aman dari gangguan ternak yang mengancam keselamatan ternak.
3) Mempermudah dalam penanganan ternak
Dimaksudkan agar dalam Penanganan ternak seperti pemberian pakan dan minum, Penanganan kesehatan lebih mudah serta dalam sanitasi kandang, lebih efektif untuk setiap ternak.
4) Sebagai tempat ternak melakukan aktifitas
Kandang merupakan tempat yang cocok untuk ternak untuk beraktifitas seperti makan dan minum, bereproduksi dan berproduksi.
Adapun persyaratan yang harus diperhatikan dalam pembuatan dan kontruksi kandang yang meliputi;
• Ventilasi cukup
Dalam pembuatan kandang ventilasi harus diperhatikan agar sirkulasi udara dapat teratur dan sinar matahari pagi bisa masuk karena penting untuk kesehatan ternak dan dapat mengatur temperature dalam kandang agar kandang tidak lembab
• Temperature dan kelembaban cukup
Suhu juga sangat penting diperhatikan karena keadaan kandang tidak seharusnya lembab karena hal demikian dapat menyebabkan bakteri atau bibit penyakit mudah berkembangbiak sehingga dapat menggangu kesehatan ternak.
• Mudah dalam kegiatan sanitasi
Kontruksi kandang luar dan dalam harus diperhatikan dalam hal ini drainase karena darinase berperan sebagai tempat mengalirnya limbah kotoran ternak yang langsung menuju ketempat penampungan limbah, dan ketinggian lantai kandang yang harus dibuat agak tinggi agar dalam pembersihan lantai mudah, serta sarana dan prasarana dalam kegiatan sanitasi lengkap.
• Alas kandang tidak licin dan agak miring
Alas kandang dibuat tidak licin agar ternak tidak terpeleset dan jatuh karena kalau hal demikian terajadi akan berpengaruh pada kesehatan ternak dan rumen ternak. Demikian pula dengan alas kandang yang dibuat agak miring agar air dapat mengalir dengan mudah ke drainase sehingga tidak menyebabkan alas kandang lembab, dan juga mudah dalam sanitasi.
• Drainase
Dalam pembuatan kandang harus dilengkapi dengan saluran air atau untuk limbah cair yang disebut drainase, hal ini penting karena dapat berfungsi untuk mengalirkan kotoran bersama air kedalam bak penampungan sehingga kandang terlihat bersih dan tidak tergenang air yang dapat menyebabkan lantai kandang menjadi lembab dan bau. Ukuran drainase harus dibuat agak lebar agar dalam pembersihan efektif.
Ukuran kandang di BIB (balai inseminasi buatan) ungaran, semarang secara umum adalah 4 x 2,5 x 2,5 meter. System kandang yang digunakan adalah kandang panggung dengan ketinggian kayu dari lantai beton 25cm – 30cm, sehingga memudahkan dalam sanitasi seperti pembersihan kotoran dari lantai kandang. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum, rantai pengikat ternak. Ternak diikat dengan rantai pada kedua sisi kandang, sehingga ternak mengarahkan kea rah tempat pakan dan minum.
Model kandang yang ada di BIB adalah model kandang individu yang bertujuan agar dalam Penanganan atau pemeliharaan ternak lebih mudah baik darisegi pemberian pakan dan minum, Penanganan kesehatan, dan perawatan serta sanitasi kandang. Berdasarkan tujuan dari kandang individu yang digunakan seperti yang diuraikan diatas sangat cocok untuk ternak sapi pejantan yang bertujuan untuk pengambilan sperma agar sperma yang dihasilkan berkualitas dan tingkat mortalitasnya bagus. Kandang setiap hari dibersihkan dari kotoran ternak dan lumut lumut tumbuh disekitar kandang, kandang setiap sebulan sekali dilakukan pengapuran untuk mencegah tumbuhnya lumut
.
Gambar 1. Sanitasi Kandang
b. Pembibitan
Pembibitan merupakan bakalan dari ternak yang telah diseleksi untuk dijadikan sebagai bibit ungul yang akan dipelihara. Atau merupakan salah satu kegiatan untuk menyeleksi ternak unggul yang dilihat dari postur badan. Status fisiologis, kesehatan ternak, dan lain - lain. Bibit ternak pejantan yang ada di Balai Inseminasi Buatan ungaran, semarang didatangkan dari luar negri, seperti sapi limousine dan simental yang langsung didatangkan dari Australia. Adapun yang didatangkan dari dalam kota maupun luar kota seperti sapi PO. Bibit yang sudah diseleksi tersebut lansung dikirim ke Balai Inseminasi Buatan ungaran dipelihara untuk pengambilan semen dan produksi semen.
Gambar 2. Ternak Pejantan
c. Pakan dan Pemberiannya
Manajemen Pakan dan pemberian pakan sangat penting dan harus diperhatikan dalam setiap usaha pemeliharaan ternak karena dengan begitu ternak yang dipelihara bisa bertahan hidup. Adapun beberapa jenis pakan yang diberikan untuk ternak pejantan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran antara lain:
1) Pakan Konsentrat
Pakan konsentrat diberikan dalam bentuk butiran (pellet). Konsentrat tersebut terbukti mengandung asam amino yang solid dan diperlukan oleh pejantan terutama untuk pembentukan spermatozoa.
2) Pakan Tambahan (feed additive)
Pakan tambahan diberikan dalam bentuk tepung yang dicampur dengan konsentrat pada saat pemberian, pakan tambahan yang digunakan adalah customix yang merupakan beberapa campuran vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral yang terkandung didalamnya adalah vitamin A,D3,E, antioxidant-ethoxyquin, Mn, Fe, Cu, Co, I.
Adapun kegunaan dari pakan tambahan yang diberikian untuk ternak di Balai Inseminasi Buatan adalah sebagai berikut:
• Melengkapi kebutuhan pakan seperti vitamin dan mineral untuk tubuh ternak
• Meningkatkan nafsu makan
• Meningkatkan fertilitas
• Mencegah penyakit yang disebabkan karena kekurangan vitamin dan mineral
3) Hijauan Pakan Ternak
Hijauan pakan ternak yang diberikan berupa rumput gajah (pennisetum purpureum). Pemberian rumput gajah sangat penting karena mengandung serat kasar yang tinggi yaitu 36,34%. Hal ini berguna dalam siistem pertumbuhan ternak.
Manajemen Pemberian pakan ternak dilakukan 3 kali dalam sehari setiap harinya yaitu pada pagi hari dimulai dari jam 07.00 berupa pakan konsentrat dalam bentuk pellet sebanyak 5 kg serta ditambahkan pakan tambahan (feed additive) yang dicampur dengan konsentrat, setelah itu ditambahkan dengan pemberian kecambah, pemberian kecambah berfungsi untuk produksi dan kualitas semen. Selanjutnya pada siang hari sekitar jam 09.00 diberikan hijauan yaitu berupa rumput gajah yang telah dicacah sebanyak 30 – 40 kg/ekor/hari. Pemberian pakan sore hari pukul 15.00 berupa hijauan yang telah dicacah sebanyak 30 – 40 kg/ekor/hari.
Rumput gajah yang baru dipanen disimpan selama 18 jam sebelum dicacah yang bertujuan untuk melayukan rumput sehingga kadar airnya berkurang, tujuan pencachan adalah untuk mencapai efisiensi konsumsi hijauan oleh ternak, sehingga memudahkan ternak dalam mengkonsumsi hujauan karena semua bagian dari rumput baik itu batang dan daun dapat dimakan oleh ternak.
Gambar 3. Pemberian Pakan Hijauan
d. Pengendalian Penyakit
Agar semen yang dihasilkan oleh pejantan berkualiats baik seahrusnya pejantan selalu dalm kindisi sehat. Karena pejantan yang tidak sehat dapat mengakibatkan kuantitas semen akan turun. Untuk itu di Balai Inseminasi Buatan Ungaran perawatan kesehatan ternak pejantan digolongkan sebagai berikut: 1) pencegahan penyakit, 2) pengendalian penyakit, 3) dan pengobatan penyakit.
1) Pencegahan Penyakit
Upaya pencegahan penyakit sangat penting untuk melindungi ternak dari penyakit adapun beberapa tindakan yang dilakukan seperti pemotongan kuku hal ini dilakukan agar ternak pada saat menaiki ternak pemancing atau teaser mudah, selain itu tujuan dari pemotongan kuku adalah agar ternak mudah bergerak dan tidak terserang penyakit. Pemotongan kuku dilakukan selama 1 bulan sekali dengan menggunakan rennet, pahat, palu, dan kikir. Kuku pejantan juga diolesi oleh cool teer agar mencegah jasad renik masuk kedalam kuku yang lunak.
Vaksinasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh ternak terhadap penyakit sedangkan pemberian vitamin dilakukan setiap 2 mingga sekali. Perawatan kulit juga sangat penting agar ternak tidak mudah terkena penyakit, ternak pejantan setiap hari dimandikan dan membersihkan tubuh ternak dari kotoran
Gambar 4. Penyemprotan Desinfektan
2) Pengendalian Penyakit
Pemeriksaan kesehatan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran dilakukan secara laboratorium yaitu dengan cara pengambilan sample darah dan feses. Hal ini dilakukan untuk mengetahui penyakit pada ternak dan untuk mengantisipasi penyakit menular. Selama kegitan PKL berlangsung pengambilan sample darah hanya dilakukan satu kali.
3) Pengobatan Penyakit
Ternak pejantan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran pengobatannya hanya berupa penyemprotan gosanek dan salap antiseptic karena ternak hanya menderita luka karena gesekan dan goresan.
e.Recording
Recording untuk pemeliharaan pejantan IB yang ada di Balai Inseminasi Buatan adalah recording kesehatan dan berat badan. Sedangkan recording untuk produksi semen beku adalah recording produksi, penjualan dan hasil pengujian fertilitas semen beku.
1. Recording Kesehatan
Recording kesehatan merupakan pencatatan mengenai data kesehatan ternak sehingga memudahkan dalam pengontrolan ternak pejantan.
2. Recording Penimbangan
Recording penimbangan merupakan pencatatan untuk mengetahui pertambahan berat badan pada setiap ekor pejantan. Kegiatan penimbangan yang ada di Balai Inseminasi Buatan ungaran, semarang dilakukan setiap akhir bulan.
3. Recording Produksi
Recording produksi merupakan pencatatan terhadap jumlah produksi per hari, per bangsa sapi maupun jumlah komulatif harus dicatat sehingga memudahkan mengetahui jumlah produksi yang telah dicapai.
4. Recording Penjualan
Recording penjualan merupakan pencatatan terhadap jumlah penjualan per daerah dan per bangsa sapi.
5. Recording hHasil Pengujian Fertilitas Semen Beku
Rekording hasil pengujian fertilitas semen beku merupakan pencatatan terhadap jumlah Inseminasi per kebuntingan, pencatatan meliputi data per pejantan, per bangsa sapi dan per daerah.
f. Pemanenan Hasil/Pemasaran (Distribusi Semen Beku)
Sesuai dengan fungsinya Balai Inseminasi Buatan Ungaran mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan, promosi, distribusi dan pemasaran semen beku khususnya di propensi jawa tengah. Adapun produksi semen beku ditetapkan berdasarkan kesepakatan kerjasama antara koperasi Gembala Makmur yang menetapkan harga sebesar Rp. 5.000/dosis.
Daerah tujuan distribusi semen beku BIB Ungaran sekitar jawa tengah. Adapun syarat-syarat pelaksanaan administrasi yang harus dipenuhi dalam penjualan semen beku adalah mengeluarkan/mencatat semen beku yang dijual pada buku masing-masing pejantan, mengisi buku induk penjualan semen beku, menghapus kartu penyimpanan semen beku sesuai dengan jumlah yang dijual. Setelah itu mengisi data masing-masing penjualan semen beku pada kartu untuk dipindahkan, kemudian membuat kartu petunjuk dan berita acara serah terima semen beku sesuai dengan jumlah semen beku yang dikirim.
g. Penanganan limbah
Limbah yang ada di Balai Inseminasi Buatan Ungaran berupa limbah padat dan cair, limbah padat dari kotoran sapi setiap hari disimpan di tempat penampungan untuk dijadikan pupuk kompos yang bertujuan sebagai pupuk untuk kebun rumput yang berada disekitar kandang, sedangkan limbah cair ditampung dan digunakan untuk pembuatan biogas, selain itu langsung dialirkan kekebun rumput disekitar kandang.
Gambar 5. Pengangkutan Limbah
2. Proses Produksi Semen Beku
Balai Inseminasi Buatan Ungaran merupakan unit pelaksana teknis dinas peternakan jawa tengah yang bertugas untuk memproduksi, mendistribusikan dan memasarkan semen beku. Adapun beberapa kegiatan proses produksi semen beku antara lain:
a. Pembuatan Bahan Pengencer
Bahan pengencer adalah suatu dengan syarat – syarat tertentu yang ditambahkan kedalam semen segar dengan perbandingan tertentu, sehingga volume semen beratambah. Pembuatan pengencer dilakukan sehari sebelum penampungan semen.
1) Syarat Pengencer
a) Murah, sederhana, praktis dan mudah dibuat
b) Tidak mengandung zat – zat toksik/ beracun terhadap spermatozoa maupun saluran reproduksi betina
c) Mengandung unsur atau sifat fisik atau kimiawi yang sama dengan karakteristik semen
d) Memberi penilaian sperma sesudah pengenceran
e) Tidak melebihi daya fertilisasi sperma
2) Fungsi Pengencer
a) Melindungi spermatozoa terhadap cool shok
b) Menyediakan zat makanan sebagai sumber energi spermatozoa
c) Memperbanyak volume semen
d) Mencegah pertumbuhan kuman
3) Bahan dan Cara Pembuatan Pengencer Semen Sapi
a) Susu skim
b) Aquabidest
c) Kuning telur
d) Glukosa
e) Gliserol
b. Cara Membuat Pengencer
1) Membuat buffer 1000 cc
• Susu Skim 100 ml
• Aquabidest 960 ml
Kedua bahan tersebut dicampur dan kemudian dipanaskan sampai mencapai suhu 920c - 950 c, setelah mencapai suhu tersebut didiamkan selama 12 menit kemudian disaring dan setelah dingin disimpan didalam refrigenerator. Setelah dingin ditambahkan antibiotika berupa penicillin 2 flc dan streptomycin 5 flc dicampur dan ditambahkan aquab€dest sampai volumenya menjadi 30 cc.
2) Membuat penngencer part A (untuk 400 cc)
• Buffer Antiiotika 360cc
• Kuning Telur 40cc
3) Membuat pengencer part B (400)
• Buffer Antibiotika 360cc
• Gliserol 40ml
• Kuning Telur 40ml
• Glukosa 8 gram
Masing – masing pengencer tersebut dicampur sampai homogen.
Gambar 6. Pembuatan Pengencer
3. Proses Penampungan Sperma
a. Mempersiapkan Vagina Buatan
Sebelum melakukan penmapungan sebaiknya mempersiapkan vagina buatan, sebagai berikut:
1) Memasang corong karet pada badan vagina buatan dan posisi lubang udara pada corong harus sejajar dengan kran vagina buatan kemudian diikat dengan tali pita agar pada saat pelaksanaan penampungan, corong tidak terlepas dari tabung vagina buatan.
2) Memasang tabung sperma pada ujung corong AV lalu diikat dengan tali pita kemudian ditempel kertas label sesuai dengan kode pejantan yang akan ditampung. Pemberian label bertujuan untuk mengetahui hasil penampungan dari pejantan.
3) Memasang pelindung tabung sperma dengan tujuan agar sperma tidak langsung terkena sinar matahari dan melindungi pecahnya tabung sperma dari benturan.
4) Memasang plastik pelindung sehingga corong ataupun tabung sperma tetap terlindung dari kotoran dan tidak terlepas dari badan vagina buatan.
5) Mengisi air hangat dengan suhu 420c- 480c.
6) Memberi vaselin secukupnya melalui vagina buatan 1/3 bagian, dengan menggunakan stick glass atau fibber glass bertujuan agar pada saat penampungan penis pejantan setelah masuk kedalam vagina buatan tidak terluka.
7) Mengisi udara melalui kran vagina buatan dengan cara memompa atau meniup dan diatur kekenyalannya menyerupai aat kelamin betina.
8) Mengecek kembali vagina buatan sebelum digunakan untuk penampungan.
b. Pelaksanaan Penampungan Semen
Penampungan semen adalah proses pengambilan semen dari pejantan yang telah dewasa tubuh dan dewasa kelamin dengan menggunakan vagina buatan ataupun dengan elektroejakulator yang dibuat menyerupai alat kelamin betina, Balai Inseminasi Buatan Ungaran penampungan semen dilakukan setiap 2 kali dalam seminggu yaitu pada hari senin dan kamis, pengambilan semn menggunakan vagina buatan. Adapun beberapa prosedur dalam penampungan semen yaitu;
1) Mempersiapkan pejantan yang akan ditampung beserta teasernya, pajantan dan teaser harus dalam keadaan bersih dan sehat khususnya pada bagian preputium agar tidak mempengaruhi kualitas semen. Memasukkan teaser kedalam kandang kawin atau kandang jepit.
2) Mendekatkan pejantan dengan teaser dan mengusahakan pejantan tersebut menaiki teaser beberapa kali sampai libidonya memuncak, pada saat pejantan menaiki teaser dan penis pejantan keluar collector harus dalam keadaan siap kemudian mengarahkan penis pejantan dengan memegang pangkal dari preputium ke posisi samping atau kearah collector, tangan kiri menggunakan sarung tangan plastic untuk setiap pejantan.
3) Tempat penampungan harus selalu dalam keadaan tenang dan lantai tempat penampungan diberi lapisan matras berupa sabut kelapa agar tidak licin dan pada saat hentakan kaki pejantan pada saat menuruni teaser tidak terlalu keras.
c. Melakukan penampungan semen
Pada saat penampungan sebaiknya collector selalu dalam keadan siap sehingga saat pejantan menaiki teaser dan libidonya telah memuncak maka penis dari pejantan akan keluar maka pada saat itu collector harus memegang penis dan mengarahkan kedalam vagina buatan sehingga mempermudah proses ejakulasi terjadi.
Semen yang telah ditampung segera dibawa ke laboratorium untuk diperiksa untuk menentukan apakah semen tersebut layak untuk diproduksi menjadi semen beku
4. Pemeriksaan Semen Segar
Semen dari hasil penampungan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa sebelum diproses menjadi semen beku. Pemeriksaan semen segar yang ada di Balai Inseminasi Buatan Ungaran dilakukan dengan cara makroskopis dan mikroskopis, pemeriksaan secara makroskopis bertujuan untuk mengetahui volume (rata – rata pada sapi 5cc), warna (susu, krem, kuning), dan konsistensi (encer, sedang, kental).
Sedangkan pemeriksaan secara mikroskopis meliputi (konsentrasi, gerakan massa, motilitas minimal 55%) bertujuan untuk mengetahui gerakan dan jumlah sperma serta untuk mengetahui ketahanan sperma didalam alat reproduksi betina, karena selama perjalanannya dalam saluran reproduksi betina sperma mengalami perubahan fisiologik.
Untuk mempertinggi daya fertilitasnya, proses ini disebut kapasitasi. Setelah pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis selesai semen yang tidak memenuhi standar dibuang, sedangkan yang memenuhi standar segera diproses melalui prosespengenceran.
5. Proses Pengenceran
Proses pengenceran merupakan tahapan selanjutnya dari proses produksi semen beku, yang bertujuan untuk memperbanyak volume semen.
Di Balai Inseminasi Buatan Ungaran pengenceran dilakukan setelah semen segar telah dievaluasi atau diperiksa. Pengenceran semen dilakukan dengan cara semen yang akan diproses dicampur dengan part A yang telah disimpan dalam ingkubator (water jaket) dengan suhu 370C dan diberi label no bull, kemudian disimpan dalam cool toop dengan suhu 40C selama 35 menit, setelah 35 menit water jaketnya dilepaskan, 50 menit kemudian dilakukan pencampuran dengan part A extra yang telah disiapkan dalam cool top.
Pencampuran part B dilakukan 4 kali selama 15 menit didalam cool top (proses glycerolisasi), dua stengah jam (2,5 jam) setelah pencampuran dengan part B selesai dilakukan pemeriksaan pemeriksaan melalui mikroskop untuk mengetahui persentase hidup dan mati spermatozoa. Menurut djanuar (1985) menyatakan bahwa pengenceran yang tepat bagi semen sapi jantan yang diketahui fertilitasnya sebaiknya didasarkan atas jumlah spermatozoa dan kandungannya bukan atas volumenya.
Gamabar 7. Proses pengenceran Di CoolTop
6. Printing Straw
Printing straw adalah proses mencetak identitas pejantan pada yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan, identiras tersebut meliputi, jenis pejantan, nama pejantan nomor, kode pejantan, batch number dan nama produsen semen beku.
Warna straw yang digunakan juga bervariasi hal ini disesuaikan dengan jenis pejantan yang semennya akan diproses atau diproduksi. Warna straw untuk jenis pejantan Brahman (biru tua), Simmental (bening), limousine (merah muda), untuk FH (abu - abu). Menurut toelihere (1981) bahwa straw dapat dibuat dalam berbagai warna, dimana setiap warna untuk identifikasi tertentu. Pelaksanaan printing straw dilakukan bersamaan dengan waktu pengenceran semen setelah diketahui jumlah straw yang akan dicetak. Volume semen yang dapat ditampung untuk setiap straw adalah 0,25 cc. straw yang telah dibuat atau telah diprinting disimpandalam cool top.
7. Filling dan Sealing
Filling dan sealing adalah suatu proses pengisian mini straw dengan 0,25 cc semen yang telah diencerkan setelah itu menyumbat ujung straw dengan alat yang bekerja secara otomatis. Proses filling dan sealing dilakukan didalam cool top yang bersuhu 40c hal ini bertujuan untuk mempertahankan motilitas semen. Menurut toelihere (1981) menyatakan bahwa jumlah semen dalam straw adalah 0,5 ml, sedangkan untuk mimi straw 0,25 ml. dimana konsentrasi sperma harus jauh lebih tinggi dan tetap mengandung minimal 12 juta sel untuk setiap straw.
Proses filling dan sealing menggunakan mesin yang bekerja secara otomatis, cara kerjanya sebagai berikut: 1) memasang jarum pengisap dan corong tempat semen dan jarum pengisi pada tempatnya, 2) mejalankan mesin dan mengatur letak straw, 3) mengatur jarum supaya bisa masuk kedalam straw dan memasukkan semen kedalam corong semen, 4) menjalankan vacuum pengisap dan mesin bronsor, 5) mesin filling dan sealing dijalankan dan mengawasi straw sedang diisi, kemudian menghitung straw dengan menggunakan rak. Waktu pengisian semen untuk setiap straw adalah 0,18 detik.
8. Proses Freezing atau Pembekuan
Setelah melalui proses filling dan sealing straw tersebut dipindahkan kedalam countainer yang berisi nitrogen cair atau N2 cair yang mempunyai suhu – 1960c. agar semen tidak mengalami cool sock atau kejutan dingin yang dapat membunuh sperma maka harus melalui 2 tahap yaitu proses pra pembekuan dan tahap pembekuan. Pra pembekuan proses penurunan suhu semen dari 40c menjadi -1100c sampai dengan -1200c. dengan cara straw yang berada dalam rak dipindahkan kedalam box countainer dan ditempatkan 4cm diatas permukaan nitrogen cair dengan suhu -1100c sampai dengan -1200c, proses ini dilakukan didalam storage countainer selama 9 menit.
Tahap freezing adalah proses penurunan suhu semen menjadi -1960c. straw dipindahkan kedalam goblet kemudian dimasukkan kedalam canister dan direndam dalam nitrogen cair yang suhunya -1960c didalam countainer. Penurunan suhu secara perlahan – lahan dari mulai suhu 40c sebelum dibekukan dan proses pra pembekuan dengan suhu -1100c sampai dengan -1200c serta proses pembekuan atau freezing dengan suhu -1960c, bertujuan untuk mengatasi problema cool sock terhadap spermatozoa.
9. Pemeriksaan Kualitas Semen Beku
Pemeriksaan semen beku bertujuan untuk menjaga dan mengetahui kualitas semen beku yang diproduksi di Balai Inseminasi Buatan Ungaran sebelum didistribusikan atau dijual. Pemeriksaan dilakukan pada esok harinya setelah proses pembekuan atau freezing dengan mengambil 2 sampai 3 dosis dari masing – masing pejantan. Pemeriksaan dilakukan untuk menilai persentase hidup dan gerakan spermatozoa dengan menggunakan mikroskop. Sebelum pemeriksaan dilkakukan pada mikroskop dilakukan thawing yaitu pencairan kembali semen beku dengan cara sebagai berikut; 1) air ledeng/air sumur selama ± 30 detik, 2) air hangat dengan suhu 370c ±15 detik.
Thawing dilakukan apabila kurva peningkatan kurva suhu semen naik secara konstan waktu inseminasi. Suhu semen yang tidak konstan dapat menyebabkan sperma mati. Semen beku yang sudah dithawing tidak dapat disimpan kembali, apabila semen telah dithawing diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui gerakan dan jumlah sperma yang akan digunakan untuk IB, serta untuk mengetahui ketahanan sperma didalam alat reproduksi betina.
Karena selama perjalannannya didalam saluran reproduksi betina sperma mengalami perubahan fisiologik untuk mempertinggi daya fertilitasnya, proses tersebut disebut kapasitasi. Kapasitas diperlukan karena terdapat indikasi bahwa perubahan acrosoma terjadi lebih awal sebelum sperma memasuki ovum melaliu zona pellucida yang berlangsung selama 4 – 6 jam. Untuk menjaga kualitas semen beku di Balai Inseminasi Buatan Pemeriksaan semen beku melalui 2 tahap yaitu 1) test after thawing, 2) test water incubator.
a. Test After Thawing
Bertujuan untuk mengetahui apakah semen beku masih layak digunakan untuk IB. pada tes ini ditentukan standart minimal gerakan individu sperma 3+ dan persentase sperma hidup adalah 40%. Untuk 1 dosis semen beku atau satu buah straw mengandung 25 juta sel sperma, jadi prosentase yang hidup = 40/100 x 25 juta = 10.000.000. sperma/inseminasi, dengan sperma yang motil antara 5 – 15 juta / inseminasi (dirjen peternakan 2000).
Cara melakukan test after thawing yaitu menyiapkan tabung yang berisi 2 cc pengencer part A. simpan didalam incubator yang berisi aquabidest dengan temperature 370c, kemudian mengambil 2 buah straw semen beku dan thawing dengan air hangat 370c selama ± 15 detik kemudian keringkan dengan kertas tissue dan potong kedua ujung straw. Teteskan kedalam tabung yang telah disiapkan campurkan dengan menggunakan stick glass teteskan semen tersebut diatas objek glass yang telah disiapkan diatas warmer stage dan tutup dengan cover glass kemudian lihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10 x 10 dan hitung persentase spermatozoa yang hidup dengan penilaian antara 0 – 100%, kemudian melihat gerakan individu sperma dengan penilaian 0 (tidak ada gerakan), 1 (gerakan ditempat), 2 (gerakan lamban), 3 (gerakan cepat), 4 (gerakan sangat cepat).
Setelah itu simpan kembali tabung yang berisi semen tersebut kedalam incubator untuk test water incubator. Half dan elliot (1954) menyatakan bahwa thawing pada air yang bersuhu 380c sampai 400c menghasilkan daya tahan hidup sperma yang lebih baik bila dibandingkan dengan suhu yang rendah. Sebaliknya thawing pada suhu 50c menghasilkan pergerakan yeng lebih baik bila dibandingkan dengan thawing dengan suhu 380c (van demark et al, 1957).
Gambar 8. Test After Thawing
b. Test Water Incubator
Test water incubator bertujuan untuk mengetahui jumlah spermatozoa yang dapat bertahan sampai didalam alat reproduksi betina dalam waktu 4 jam. Latar belakang test ini adalah waktu kapasitas spermatozoa dalam saluran reproduksi saluran ternak betina 4 – 7 jam.
Menurut Pfisterhammer (1975) menyatakan bahwa semen beku yang sudah dithawing diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui persentase sperma motil, selain itu dilakukan pemeriksaan water incubator untuk mengetahui ketahanan spermatozoa didalam saluran reproduksi betina karena selama perjalanannya spermatozoa mengalami persiapan dan perubahan fisiologik sebelum mencapai ovum.
Toelihere (1981) menyatakan bahwa spermatozoa tidak sanggup membuahi ovum segera sesudah memasuki saluran kelamin betina tetapi memerlukan waktu waktu 4 – 6 jam didalam uterus atau tuba fallopi sebelum menembus zona pellucida.
Cara melakukan test water incubator adalah langkah awal adalah menyimpan tabung yang berisi semen (setelah dithawing) dalam water incubator selama 4 jam. Kemudian diperiksa dibawah mikroskop. Persentase sperma motil dengan gerakan standart individu minimal 10 % yang hidup dengan gerakan individu 2. tabung yang berisi semen tadi disimpan lagi dalam water incubator selama 3 jam (total 7 jam). Kemudian diperiksa lagi dibawah mikroskop, persentase sperma motil minimal 5% dan gerakan individu minimal 2. hasil uji kwalitas test after thawing 0 jam dan water incubator 4 jam.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapang) yang dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan Ungaran Semarang, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang dilakukan di BIB Ungaran meliputi Pemeliharaan Ternak Pejantan dan Prosese Produksi Semen Beku. Adapun beberapa langkah dalam Proses Produksi Semen Beku yaitu sebagai berikut:
1. Pembuatan bahan pengencer yang terdiri dari Pengencer Part A dan Part B
2. Pemeriksaan semen segar secara Makroskopis dan Mikroskopis
3. Proses pengenceran
4. Printing straw
5. Filling dan sealing
6. Proses freezing atau pembekuan
7. Pemeriksaan kualitas semen beku dengan cara Test After Thawing dan Test Water Incubator.
Apabila dari porsedur pembuatan semen beku yang ada di Balai Inseminasi Buatan Ungaran sudah berjalan dengan baik dan ditangani oleh pekerja yang ahli dalam bidang masing-masing. Selain itu kelengkapan peralatan sudah lengkap dan menggunakan peralatan yang modern sehingga menpercepat proses pembuatan semen beku. Sedangkan untuk pemeliharaan pejantan untuk IB sudah efektif.
Manajemen pemeliharaan di Balai Inseminasi Buatan sudah efektif dilihat dari managemen pemberian pakan dan pencegahan dan Penanganan penyakit.
B. Saran
1. Pemasaran semen beku diusahakan tidak hanya didistribusikan di daerah Jawa Tengah saja tetapi harus diusahakan didistribusikan keluar daerah Jawa Tengah.
2. Perlu adanya promosi kedaerah-daerah luar Jawa Tengah untuk mencari atau menarik pelanggan yang dapat bekerjasama memasarkan semen beku.
3. Alas kandang dengan menggunakan papan tidak bertahan lama papan sewaktu-waktu bisa lapuk sehingga menyebabkan ternak bisa terjatuh.
4. Penanganan limbah harus diupayakan menjadi pupuk kompos yang bisa dipasarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Almquist , J.O. 1968. Dairy Cattle. Dalam : E.J Perry (E.d). The Artifical Inseminasi of Farm Animal. Fourth Revised Edition. Rutgers University Press, New Jersey.
Anonymus, 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius : Yogyakarta.
Anonymus. 1992. Petunjuk Beternak Sapi Potong. Kanisius Yogyakata.
Darmono. 1992. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius, Jakarta.
Dirjen Peternakan, 2000. Prosedur Tetap Produksi dan Distribusi Semen Beku. Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta.
Djanuar, R,. Haryati. C. T. R. Tagama. 1985. Dasar-Dasar Insemenasi Buatan Pada Ternak Sapi. Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.
Flipse, R.J. and J.O Almquist. 1961. Effect of Total Digestible Nutrient Intake Form Birth To Four Years Of Age On Growth And Reproductive Development And Performance Of dairy Bills. J. Dairy Sci.,44.095
Foster , J. .J.O Almquist and R.C. Martig, 1970. Reproductive.capacity Of Beef Bull. IV. Changes In Sexual Behavior And Semen Characterisitic Among Sucsessive Ejaculation, J. Anim. Sci. 30, 245.
Hafez, E. S. E. 1993. Anatomy of Male Reproduction. Dalam E. S. E. Hafez (E.d) Reproduction in Farm Animals. Sixth Edition. Lea and Febiger Philadelphia.
Hartadi, H. S. 1986. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia.Universytas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Frandson. R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke empat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hardopranjoto, S. 1991. Fisiologi dan Reproduksi edisi kedua .Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Erlangga Surabaya.
Pane, L. 1986. Pemiliabiakan ternak Sapi. PT. Gramedia Pustaka utama. Jakarta.
Partidhihardjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara. Jakarta.
Murtidjo, B. A. 1995. Beternak Sapi Potong. Kanisius, Yogyakarta.
Salisbury, G.W.dan N.L. Van Denmark. 1985. Fisiologi Reproduksi Dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjha Mada University Press Yogyakarta.
Srigandono, B. 1987. Kamus Istilah Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung.
Toelihere, M.R. dan M.B. Taurin. 1979. Semen Beku edisi ketiga. Departemen Reproduksi Institute Pertanian Bogor, Bogor.
Langganan:
Postingan (Atom)